3

7 2 0
                                    

"Mark pelan-pelan."
"Oh, maaf seonsaengnim." Mark pun memperlambat langkahnya. "Bagaimana sekarang ?"

"Lebih baik." Mark Tersenyum. "Omong-omong, mengapa kau tiba-tiba berlari seperti itu tadi ? Bahkan kau menarikku dan meninggalkan Haechan yang sedang sakit. Bagaimana dengan keadaan Haechan sekarang ?!"
  "Ya! seonsaeng tenanglah. Ia baik-baik saja, karena aku tahu, ia tak benar-benar sakit. Lagipula jika ia memang benar-benar sakit, UKS hanya tinggal beberapa langkah lagi dari tempatnya bersandiwa- ah maksudku, terjatuh. Jadi seonsaengnim tak perlu khawatir."
   "Baiklah. Jadi, sekarang apa maksudmu menarikku pergi ?"
   "Tidak ada. Hanya ingin."
   "Ya! Apa-apaan itu? Kalau begitu, lebih baik kita kembali saja ke kelas. Apa yang akan di katakan kepala sekolah jika aku tidak ada di kelas ?"
   "Oh, ayolah seonsaengnim. Kepala sekolah tidak akan mengatakan apa-apa. Jadi, nikmati saja acara jalan-jalan ini."
   "Tapi-"
   "Ku mohon." Mark mengeratkan genggamannya.
   "Ah baiklah. Terserah kau saja." Jawab (Y/n) pasrah.

Mendengar itu, Mark kembali tersenyum. Kali ini, senyum kemenangan.

   "Terima kasih seonsaengnim."
   "Hm."
Dan tepat setelah itu, Mark dengan cepat mengecup kening (Y/n).
   "YA! MARK LEE." ucap (Y/n) spontan. Yang diteriaki hanya menyeringai, menjulurkan lidahnya dan tertawa lepas melihat wajah merah padam (Y/n).

.

.

.

Mark yang sedang asik mengayunkan genggaman tangannya dengan (Y/n), tidak menyadari seseorang tengah mengikutinya dari belakang.

   "Seonsaengnim tahu tidak ?"
   "Hm ?"
   "Aku-"

Belum selesai perkataan Mark, tiba-tiba ia mengaduh kesakitan. Melepaskan genggamannya, kemudian memegang tengkuk lehernya. Dan dalam hitungan detik, tangan (Y/n) kembali ditarik. Di ambil alih.

   "Maaf Hyung." ucap orang yang menarik (Y/n), sekaligus yang (telah) memukul tengkuk leher Mark.

  "BR*NGS*K LU, NA JAEMIN !"

Dan (Y/n)-pun kembali dibawa lari.

-Next ?-

Uri SeonsaengnimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang