Aku menghempaskan diri ke kasur. Mood-ku kali ini benar-benar hancur karena Pacarku sendiri. Bagaimana tidak, aku melihat Pacarku sendiri sedang berboncengan dengan perempuan lain, padahal saat itu aku juga sedang menunggunya untuk menjemputku.
Brengsek!
Han Jisung sialan!
Aku tiada henti memaki dirinya dalam hatiku. Kenapa bisa-bisanya aku menerima lelaki sepertinya.
Bodoh.
Aku bodoh karena cinta.Seminggu yang lalu, aku baru saja merasa bahagia karena Jisung menjadi kekasihku. Tapi minggu ini dia justru malah bersama dengan perempuan lain.
Aku merogoh tasku untuk mencari benda persegi yang hampir setiap saat ku bawa kemanapun. Kumainkan salah satu lagu dari Paul kim yang berjudul Me After You. Dalam keadaan seperti ini, yang kubisa hanyalah menangis sambil mendengarkan lagu.
Hampir setengah lagu ku lewati dengan isak tangis yang sengaja ku redam di balik selimutku, hingga suara dering telepon menghentikan lagunya.
Aku menarik napas sebelum mengangkat teleponnya. Malas jika harus ditanya kenapa aku bisa menangis.
"Apa?!" Ucapku ketus.
"Aku di depan Apartemen kamu" Katanya tak kalah ketus.
Aku mendengus kesal saat mendengar nada bicaranya. "Aku nggak lagi di apartemen" Jawabku bohong. Mana mungkin aku menjawab kalau aku ada disini, dia pasti akan memaksaku untuk membuka pintunya
"Bohong. Aku denger ada yang lagi ngomong dari dalem kamar kamu"
Bodoh. Aku baru ingat kalau Jisung tau kata sandi apartemenku.
"Buka pintu kamarnya." Tegasnya, membuat diriku sedikit takut.
Dia mematikan teleponnya sepihak.
Dengan sedikit keberanianku, akhirnya ku bukakan pintu kamarku yang sengaja aku kunci. Aku menunduk saat kami saling berhadapan. Kulihat dia membawa salah satu merek minuman kesukaanku.
Kenapa sekarang jadi aku yang takut padanya. Seharusnya aku marah padanya karena dia tidak menjemputku dan malah jalan dengan perempuan lain.
"Tatap aku"
Dengan ragu, perlahan aku mendongakkan kepalaku lalu menatap matanya.
Dia menatapku lembut. Sebelah tangannya yang bebas, mengusap lembut pipiku yang masih ada jejak air matanya.
"Maaf,"
"Maaf udah bikin kamu nangis" Katanya yang membuatku bingung.
Berarti dia tau kalau aku habis menangis karenanya? Tapi bagaimana bisa?
Aku terkejut ketika dia tiba-tiba memelukku. Lagi-lagi aku menangis. Aku kembali teringat kejadian tadi.
"Kok nangis lagi?"
"Ka-kamu jahat!" Ujarku dengan susah payah.
Aku bisa merasakan dia menepuk nepuk punggungku lembut. "Maaf ya, tadi aku cuma ngetes kamu aja. Yang tadi Ryujin, pacarnya Hyunjin"
Aku menatapnya bingung. "Kok kamu tau aku nangis gara-gara itu?" Tanyaku.
Lagi-lagi dia mengusap pipiku lembut. "Tau dong, kan aku sengaja" Katanya diiringi dengan senyum menyebalkannya.
Aku mencebikkan bibirku. "Sengaja bikin aku nangis?" Kataku yang diakhiri dengan isak tangis.
Menyebalkan sekali. Kenapa sekarang aku gampang menangis sih.
"Eh? Nggak gitu, jangan nangis lagi dong. Iya ini aku jelasin, tapi jangan nangis"
Aku mengangguk dalam pelukannya, mencoba untuk berhenti terisak.
"Jadi yang tadi Ryujin, pacarnya Hyunjin. Aku sengaja nggak jemput kamu dan biarin kamu pulang sendiri, supaya kamu bisa liat aku boncengan sama cewek lain"
"Aku cuma mau ngebuktiin kalau kamu itu sebenernya sayang nggak sih sama aku. Soalnya selama seminggu kita pacaran, kamu kayak cuek banget"
Aku akui sikapku selama menjadi pacarnya memang cuek, Itu karena aku tidak bisa mengekspresikan hatiku sendiri.
"Dan kayaknya kamu emang nggak sayang sama aku" Katanya yang membuatku terkejut.
Aku melepaskan pelukannya secara paksa. Dia memang tidak peka atau bagaimana sih? Apakah tangisanku tidak berarti apa-apa untuknya. "Kata siapa?!" Kataku tak terima.
Kulihat dia tersenyum jahil. "Gemesnya pacarku" Dia mencubit pipiku gemas. Aku tidak berontak ataupun menepisnya karena ini kali pertamanya kami seperti ini. Sebelum-sebelumnya kami tidak pernah melakukan skinship, paling hanya sekedar berpegangan tangan saja.
"Nggak kok, iya kamu sayang banget kan sama aku. Makanya sampe nangis begini, liat ini hidungnya merah banget kayak badut" Dia beralih mencubit hidungku. Kali ini aku menepisnya karena ini area sensitifku.
Terakhir dia mengelus rambutku. "Kalau ada apa-apa, kamu bisa cerita sama aku, aku kan pacar kamu. Jangan pendam semuanya sendirian. Kalau kamu cemburu, bilang, jangan cuma nangis sendiri kayak tadi" Katanya lembut.
Aku tidak tahu harus menjawab apa. Jadi yang bisa ku lakukan saat ini hanyalah memeluknya dengan erat. Menyalurkan rasa sayangku lewat pelukan ini.
Bisa kurasakan jika saat ini dia sedang mengecup pucuk kepalaku. "Aku juga suka kalau kamu manja kayak gini" Katanya.
"Yaudah, hari ini aku mau peluk kamu terus" Kataku sambil terus memeluknya.
"Boleh sih, tapi aku nggak disuruh duduk nih?"
Aku menggeleng dalam pelukannya.
Tapi tiba-tiba saja tubuhku diangkat olehnya. Jadi sekarang posisinya Jisung duduk di kasurku dengan aku yang masih dalam pelukannya.
Kami sama sekali tidak merubah posisi ini. Masa bodo dengan Jisung yang sepertinya merasa pegal. Aku sudah terlanjur nyaman dengan posisinya.
Aku merasa beruntung bisa memiliki Jisung di hidupku. Dan semoga Jisung juga merasa begitu.
End
©swtyren, September 2018Angkat tangan jika kalian sudah tidak kuat dengan cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mixtape √
Fanfiction"ᴋᴜᴍᴘᴜʟᴀɴ ᴅʀᴀʙʙʟᴇ, ғɪᴄʟᴇᴛ ᴅᴀɴ ᴏɴᴇsʜᴏᴛ ɪᴅᴏʟ ᴋᴘᴏᴘ; ᴍᴏsᴛʟʏ ɪᴅᴏʟ ɢᴇɴ 3-4" ⚠ᴡᴀʀɴɪɴɢ⚠ • sᴇᴍɪ ʙᴀᴋᴜ • ɴᴏᴛ ɪᴍᴀɢɪɴᴇ • ᴊɪᴋᴀ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴋᴜᴀᴛ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴄᴇʀɪᴛᴀ ғʟᴜғғ, ʜᴀʀᴀᴘ sᴇɢᴇʀᴀ ᴛɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ ʟᴀᴘᴀᴋ ɪɴɪ. [ʀᴇǫᴜᴇsᴛ? sɪʟᴀʜᴋᴀɴ ᴛᴜʟɪs ᴅɪᴋᴏʟᴏᴍ ᴋᴏᴍᴇɴᴛᴀʀ ɴᴀᴍᴀ ɪᴅᴏʟ ʙᴇsᴇʀᴛᴀ ɪɴᴛɪ ᴄᴇʀɪ...