Mobil yang membawa Yuri berhenti didepan sebuah rumah dengan halaman luas. Bangunan bernuansa putih tulang itu terlihat sangat megah dengan pepohonan yang menghiasi sisinya. Yuri melirik kesekeliling dan menghela nafas berat.
"Benar, dia benar-benar kembali." lirihnya setelah melihat beberapa orang berseragam berdiri disekitar halaman.
Yuri tersentak saat wanita yang tadi berada dibelakang kemudi kini membukakan pintu untuknya. Yuri melirik wajah wanita itu dan dengan segera melangkah keluar. Dengan berat hati gadis berseragam itu melangkah mendekati pintu. Mata Yuri menatap pintu besar didepannya, dia tidak menghiraukan barisan pengawal yang membungkuk disisi kanan dan kirinya.
Apa yang ada didalam sana, apa dia sedang menungguku?
Yuri memejamkan matanya sejenak saat kini sudah berada tepat didepan pintu.
CEKLEK!
Pintu besar berwarna putih itu terbuka sempurna dan bersaman dengan itu pula Yuri menggenggam jari-jarinya.
Yuri Pov
Di sana, tepat didepanku. Laki-laki berjas hitam itu tersenyum sambil menatap kearahku. Aku percaya jika senyum itu adalah sebuah topeng yang akan selalu dia pakai saat menyambutku. Aku menatap sosok disebelahnya, wanita bergaun merah itu terlihat menatap iba padaku karena sama halnya denganku, dia tahu benar apa yang akan terjadi setelah aku melangkahkan kakiku masuk kedalam rumah.
Aku melangkah ragu saat laki-laki didepan sana mengulurkan tangannya.
"Akhirnya kau pulang? apa kau tahu jika selama empat bulan di Jepang aku sangat merindukanmu."
Aku hanya diam saat laki-laki itu kembali tersenyum setelah mengatakan kalimat yang membuat hatiku merasa sesak.
"Yeobo, Yuri baru pulang....biarkan dia makan siang dulu."
Seketika mata laki-laki itu menatap tajam sosok disebelahnya. Aku tahu benar jika dia marah karena kalimat itu.
"Kau sudah bosan tinggal disini?"
Kulihat wajah itu menunduk karena takut atas kalimat barusan. Ya, tidak ada yang bisa menghentikan laki-laki itu meski istrinya sekalipun.
"Kwon Yuri, keruanganku sekarang juga."
Dengan cepat laki-laki itu berbalik meninggalkan kami menuju ruangan yang berada di sebelah kiri tangga. Aku yang tidak berhak membantah dengan segera melangkah menyusulnya. Namun aku terhenti saat sebuah tangan menahan lenganku. Aku melirik soso wanita itu, dengan mata yang terlihat berkaca-kaca dia menggenggam jemariku.
"Yuri-ya, kau tidak harus kesana.....Eomma akan bicara pada Appamu, ne?"
Dengan segera aku menarik tanganku dan menatapnya.
"Jika anda tidak bisa menjanjikan kebebasanku maka jangan berpikir untuk bicara padanya."Aku kembali melanjutkan langkah menjauh darinya karena sungguh, saat dia menahanku maka hatiku merasa semakin sakit.
Kini aku sudah berada disebuah ruang kerja. Aku menatap sosok yang kini sudah berdiri dengan jas putihnya. Aku melihat jika saat ini dia sedang sibuk menggulung lengan kemejanya dan melepas jam tangan itu.
Aku dengan cepat meletakan tas sekolah kelantai, membuka seragamku dan hanya tersisa kemeja putih dan juga rok selututku. Dengan segera aku berlutut dilantai dengan bertumpu pada kedua lututku.
SRAKK!
Aku menegang mendengar suara itu, aku tahu benar jika laki-laki itu baru saja melepas ikat pinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sun ( Complete )
FanficGadis yang begitu dingin di sekolah bisa sangat menyedihkan dirumah. Dihukum karena kesalahan yang sama sekali tidak masuk akal baginya. . . . "Aku lebih menyukai matahari karena saat pagi aku akan terbebas".