Prolog

118K 7.2K 201
                                    



Suara bising klakson membuat langkahku terhenti. Tapi salahnya aku karena berhenti mendadak dan tidak menatap trotoar yang aku injak. Heels putihku masuk ke dalam genangan air. Salah satu pavin trotoar yang aku injak hilang dan membuat lubang yang besar. Disitulah kaki kananku sekarang terendam.

Hujan memang mengguyur Yogya semalaman penuh. Pagi inipun masih sedikit rintik hujan yang membuat aku harus membawa payung dari rumah eyang.

Pagi yang buruk.

 Aku mengangkat kakiku yang basah dan menatap putus asa ke arah sepatu yang baru saja aku beli. Harusnya sepatu itu mengawali hari kerjaku di sini. Pertama kali masuk kerja.

Kuaduk-aduk tas selempang warna coklat yang sekarang sudah berpindah ke depanku. Satu gulung tisu toilet yang memang selalu kubawa kuambil dan menyobek sebagian. Lalu menunduk untuk membersihkan sepatuku.

Crasssssshhhh...

Tapi aku memekik terkejut saat tiba-tiba ada mobil yang dengan seenaknya menyentuh genangan air di jalanan. Dan alhasil rok tutu putihku yang kukenakan jugs ternoda coklat.

"Astagfirullah."

Kalau harus balik lagi ke rumah eyang aku pasti akan terlambat. Lagipula aku naik trans yogya untuk sampai di kantor baruku. Harusnya ini tinggal jalan 5 menit dari halte pemberhentian. Tapi dengan keadaan kacau begini, akankah aku diterima?

Kuhela nafasku dan kini mulai membersihkan rok putihku. Dengan tisu yang aku ambil dan aku gulung menjadi gumpalan kecil. Tapi malah membuat tisu itu menjadi sobek kecil-kecil. Parahnya sobekan tisu menempel di rok yang sudah bernoda coklat.

Ya sudahlah. Apa adanya kalau begitu. 

Aku segera melangkah lagi. Jam sudah menunjukkan pukul 8 lewat. Padahal harusnya aku datang lebih pagi lagi. Hanya saja ini  hari pertamaku bekerja. Sebagai karyawan pindahan dari Jakarta. Cukup grogi, karena aku naik jabatan dari seorang marketing biasa menjadi senior marketing.

Kuhirup udara yang lembab dengan senang. Aku pindah ke Yogya. Kota asal bunda. Sudah menjadi impianku sejak dulu. Aku senang dengan kota pelajar ini. Orang-orangnya ramah.

"PT. CIPTA SENTOSA."
Aku tersenyum saat menatap plang yang terlihat jelas di depan bangunan sebuah gedung. Cabang perusahaan dari tempatku bekerja.
Aku melangkah masuk dengan mengucap bismilah.

"Selamat pagi."
Seorang wanita menyapaku dengan ramah. Aku langsung mendekati meja resepsionis.

"Maaf, Mbak, Saya Sofia. Marketing Senior yang dipindah dari Jakarta. Kemarin saya sudah menelepon Bu Lia."

Wanita itu langsung tersenyum ramah.
"Owh, Mbak Sofia ya? Selamat datang mbak. Dari tadi jam 7 udah ditunggu Bu Lia sebenarnya. Soalnya pagi ini ada meeting dengan Pak Aslan."

Aku mengernyit mendengar nama itu. Jadi inget nama Aslan di film Narnia. Singanya yang gede itu.

"Pak Aslan?"

Resepsionis itu tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Mungkin lebih dikenal sebagai Pak Serkan ya? Manajer marketing di sini. Yang langsung membawahi Bu Lia dan anda."

Mataku langsung melebar mendengar ucapan resepsionis di depanku.
Setahuku bos yang bernama Serkan itu...

"Sofia ya?"

Seorang wanita tiba-tiba keluar dari pintu kaca yang ada di balik meja resepsionis. Aku menganggukkan kepala dengan ragu. Sepatuku yang basah makin membuat berdiriku goyah.

*THE BOSS IS ASLAN*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang