Bab 03 Tugas

47.1K 5.9K 133
                                    

"Iya ayah, Sofia di sini baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya ayah, Sofia di sini baik-baik saja."
Aku melirik Aslan yang sedang sibuk menelepon seseorang. Jadi aku gunakan untuk menjawab telepon dari ayah.

Aku ada di sini, di dalam ruangan meeting. Menunggu pihak pengembang yang akan menerima presentasi dari perusahaan ini. Dan aku ditugaskan untuk melakukan itu. Harusnya Mbak Retno ini tugasnya, tapi tadi pagi dia telepon ijin kalau anaknya sakit. Aslan tidak mungkin menugaskan Sinta yang masih anak magang dan belum tahu apapun. Romi ditugaskan untuk promosi di bagian konsumen langsung. Dan akhirnya akulah yang ada di sini.

Sebenarnya memang aku, tapi saat kemarin aku dipanggil Aslan dan memang belum menguasai semuanya. Membuat Aslan mengaum dan menerkamku. Satu jam lebih dia memarahiku dan tidak mau memberiku tugas itu lagi. Sehingga pagi tadi dengan terpaksa dan wajah tertekuk saat akhirnya membawaku ke sini.

"Ya sudah. Nitip Kenan ya."

"Baik ayah. Kenan sudah datang tadi subuh dan sekarang sedang tidur."

"Sofia!"

Tentu saja aku berjenggit mendengar panggilan itu. Langsung aku berpamit kepada ayah dan kini memasukkan ponselku ke dalam saku.

Aslan sudah menatapku tajam. Dia bersedekap di depanku. Bulu-bulu halus di sekitar rahangnya terlihat lebih lebat daripada kemarin. Jadi membuat Aslan makin menyeramkan.

"Siapa yang suruh kamu mainan hp? Hafalkan itu."

Aslan menunjuk laptop di depanku yang memang sudah menyala.

"Baik pak."
Kuanggukan kepala dan mulai fokus ke laptop lagi. Semalaman aku juga tidak tidur karena membaca bahan untuk presentasi ini. Rasa kantukku menguap sudah setelah melihat wajah Aslan.

"Jangan cemberut. Kalau bisa senyum dan mengucapkan dengan pelafalan yang jelas. Coba kamu bicara."

Tuh kan bawelnya kambuh. Lha gimana aku bisa baca dan fokus kalau dia terus cerewet.

"Selamat datang di Pt...."

"Stop. Jangan menggumam seperti itu. Kamu itu seperti berkumur. Yang jelas Sofia. Coba kamu pindah ke sini. Berdiri."

Aslan menunjuk sisi sebelahnya. Dia duduk di tepi meja besar yang mengelilingi ruangan besar ini. Akhirnya aku beranjak berdiri dan beralih ke tempatnya.

"Masih ada 30 menit sebelum mereka datang. Coba kamu menghadap ke arahku."

Akhirnya aku menghadap lurus ke arah Aslan. Menatap lurus ke wajahnya. Mata coklatnya tampak menatapku tajam. Aslan memang asli keturunan Turki. Dulu sewaktu SMA aku mengagumi sosoknya. Aku memang sudah memastikan kalau dia Atma. Ketua osis di sekolahku dulu. Baru ingat kalau namanya Aslan Adyatma serkan. ATMA  diambil dari nama tengahnya.

"Kenapa malah melamun. Waktu ini..."
Aku kembali berjenggit mendengar teriakan Aslan. Kuhela nafasku dan kini mulai mengucapkan lagi.

"Selamat datang..."

"Kamu kenapa pucat sekali? Gak pake make up?"

Ucapanku sudah dipotong lagi. Aku menatap Aslan yang kini bersedekap dengan dagu terangkat dan menatapku angkuh.

"Udah pake make up pak. Ini namanya make up natural bapak."

Aku mencoba menahan emosiku yang sudah terpercik di permukaan.

Tapi Aslan mengibaskan tangannya.

"Ini kita ketemu sama pihak pengembang. Kalau yang presentasi saja pucat begitu mana mau mereka. Pakai lipstik atau apalah yang bisa buat wajah kamu segar."

Aku memang mengantuk dan kurang tidur. Salah siapa coba? Semalam sambil menghafal juga membalas chat si bos Aslan ini. Menanyakan ini itu kepadaku.

Aku segera melangkah ke arah kursiku lagi. Mengaduk-aduk isi tas dan mengeluarkan bedal dan lipstik.

"Begini?"

Kutunjuk bibirku yang sudah aku kasih lipstik merah. Aslan yang sibuk dengan ponselnya kali ini menatapku.

"Kamu mau merayu mereka? Merah banget kayak gitu."

Aku sendiri juga merasa kemerahan. Akhirnya aku hapus dengan tisu dan mulai memberi lipstik tipis-tipis lagi.

"Sofia cepetan."
Padahal aku baru saja akan menanyakan lipstikku.

Saat aku beranjak dari dudukku itulah ketukan di pintu dan orang-orang sudah masuk. Aslan sudah berdiri tegap dan menyalami mereka semua. Jantungku berdegup kencang saat melihat banyaknya yang datang. Bukannya si Aslan bilang cuma 4 orang? Lha ini 10 an lebih.

"Sofia.. "

Aslan memberiku tanda untuk memulai setelah semuanya duduk. Loh kok aku yang membukanya? Harusnya kan aku cuma presentasi?
*****

"Mbak piaaaaaaahhh... gimana 3 jam di dalam sana."

Aku hanya menggelengkan kepala mendengar sambutan  Romi dari balik kubikelnya saat aku duduk. 3 jam yang menguras otak.

"Hancur."

Aku kegerahan. Padahal ac di dalam juga dingin banget
Tapi suasananya menegangkan.

"Maksudnya hancur piye?"

Romi sudah meletakkan tanganya untuk menopang dagunya.

"Yah gitu deh. Tanya ama si bos aja. Kali kamu nanti ditraktir masakan jepang lagi."
Mata Romi membulat membuat aku tersenyum.

Namum panggilan Aslan mengagetkanku.

"Sofia, Romi ke dalam."

Aku dan Romi langsung bertatapan. Tapi sedetik kemudian kami sudah ada di depan meja kerja Aslan.
Dia mencoret-coret kertas di atas meja.

"Rom aku perlu laporan kamu siang ini."

Romi langsung menganggukkan kepala.

"Baik pak. Saya kirim ke email bapak ya."

Aslan menganggukkan kepala tanpa melihat Romi. Dan akhirnya aku ditinggal sendirian lagi.

"Nih hasil evaluasi presentasi kamu."

Aku menerima kertas yang baru saja di coret-coret Aslan. Dan mataku membelalak saat melihat nilai
0 gede banget di kertas. Ada penilaiannya juga mulai dari sikap, penguasaan materi dan bla bla bla.

"Kok 0 pak? Lha tadi Pak Nardi aja bilang puas dengan presentasi saya."

Kini Aslan mengangkat alisnya.

"Yang bos kamu itu aku apa Nardi?"

"Bapak."
Jawabku akhirnya dan membuat Aslan menganggukkan kepala.

"Bagiku kamu masih belum bisa apa-apa. Presentasi tadi hancur total. Untung saja mereka memang tertarik dengan produk kita. Jadi selama beberapa hari ini mending kamu bersihin ruanganku, rapikan kabinet-kabinet ini. Sambil mempelajari semuanya. Percuma tadinya kamu marketing di lapangan kalau tidak menguasai produk."

Ya Allah ampunilah hambamu ini karena merasa sangat kesal dengan bos yang makin nyinyir ini.

"Terus saya tugasnya ngapain?"

Aslan menatapku dengan sinis.

"Tidak ada tugas apapun. Kembali ke kubikelmu,"

Tuh kan dia ngusir ini? Lah....aku udah ngantuk semalaman demi menghafal materi. Dan sudah berdiri 3 jam untuk presentasi. Padahal selama di dalam tadi juga si Aslan cuma diam aja. Menimpali sesekali. Yang kerja itu aku, lha kok aku yang dibilang gak becus?
Astaghfirullah.

Bersambung

INI LAGI PROMO YA PDFNYA SAMA SERIES KAFKA YANG LAIN 100RB DAPAT 5 PDF LOH YUK MERAPAT KE WA 085643207626

*THE BOSS IS ASLAN*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang