3. Vampire (ChanChen)

2.6K 112 5
                                    

Apa kalian mempercayai vampire?

Makhluk mitos penghisap darah yang abadi. Jika tidak itu artinya kalian sama seperti Kim Jongdae.

Pemuda berumur dua puluh tiga tahun itu bahkan tidak percaya yang namanya takhayul. Apalagi vampire penghisap darah yang sedang gempar dibicarakan masyarakat di daerahnya.

Berita di sana-sini yang menampikan banyak korban dengan luka sayatan maupun gigitan dileher. Belum lagi korbannya yang kehabisan darah saat para tim medis melakukan pengecekan.

Siang ini Jongdae sedang bekerja disalah satu toko roti yang terletak tak jauh dari rumahnya. Pekerjaan yang sudah ia tekuni kurang lebih empat tahun.

"Jongdae, bisakah kau antarakan kue ini ke Nyonya Im." Baekhyun sang pemilik toko bertanya.

"Baiklah. Baek, katakan pada Kyungsoo lima menit lagi kuenya tolong keluarkan dari oven."

Baekhyun menganggukan kepalanya.

Jongdae segera memasukkan beberapa kue pesanan ke dalam kardus. Memindahkan tumpukan kardus itu ke dalam keranjang sepeda miliknya. Ia segera meninggalkan toko kue Baekhyun menuju kediaman Nyonya Im. Pedal terus ia kayuh, menahan terik panas matahari yang menyengat. Tak heran jika jarang orang berpergian di siang panas seperti ini.

Rumah dengan nomer satu tiga menjadi tujuannya. Menekan bel yang berada tak jauh dari pintu.

"Ah, Jongdae. Kue dari Baekhyun ya."

"Iya nyonya." Jawab Jongdae.

"Tolong bawakan semuanya ke dalam ya."

Jongdae mengangguk menuruti keinginan pelanggannya. Membawa semua kardus roti yang telah dipesan. Menaruhnya di atas meja bundar di tengah ruangan.

"Ini uangnya. Maaf membuatmu mengirim siang-siang begini." Nyonya Im merasa tak enak hati.

Jongdae hanya tersenyum mengucapkan tidak masalah. Ia segera pamit saat tugasnya telah selesai.

Jongdae terus mengayuh sepedanya hingga terpaksa harus memberhentikan lajunya. Melihat jalan yang biasa ia lalui sedang ada perbaikan.

"Ya Tuhan. Kenapa harus ada perbaikan sih." Desahan lelah keluar dari mulut Jongdae, dengan terpaksa ia harus memilih jalan memutar yang lebih jauh.

Jika saja jalan menuju ia berangkat tadi bukan jalan satu arah sudah dipastikan Jongdae telah tiba di toko roti. Panas matahari benar-benar membuat cairan dalam tubuh Jongdae berkurang drastis. Rasanya Jongdae seperti dehidrasi.

Jongdae memutar arah balik mencari jalan lain. Jalan yang sesungguhnya malas jika harus dia lalui. Selain jauh jalan di sana juka cukup buruk. Banyak lubang jalan besar maupun kecil di kanan dan kiri. Sesekali Jongdae harus turun dari sepeda saat jalan dengan satu arah itu memiliki lubang yang sangat besar.

Jongdae melihat sekelilingnya. Beberapa bangunan rumah yang terlihat sangat sepi. Rumah-rumah besar yang seperti rumah hantu dimata Jongdae. Memang benar Jongdae tidak percaya hantu dan yang lainnya itu. Hanya saja pemandangan yang ia lihat ini seperti sinetron yang sering ia lihat tengah malam.

"Wah, itu rumah atau istana besar sekali." Jongdae menghentikan sepedanya, memandang sebentar rumah dengan cat hitam mendominasi.

Pemuda Kim itu hanya bisa menggelengkan kepalanya membayangkan betapa kayanya pemilik rumah yang sedang ia pandangi itu.

Jam tangan yang melingjar dipergelangan tangan menunjukkan pukul setengah satu siang. Membuat Jongdae melebarkan matanya saat menyadari bahwa ia terlalu lama mengantarkan kue. Ia segera meninggalkan tempat tersebut. Mengayuh sepedanya sekecang mungkin agar Baekhyun tidak memarahinya.

Oneshoot ChenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang