Aku pergi. Menenangkan diri. Melihat orang orang,mobil lalu lalang,serta segala yang mampu aku pandang. Aku terus bergerak,berusaha mengobati hatiku yang retak. Sungguh,aku tak habis pikir,mengapa bisa secinta ini padamu,sementara kau merenung tak dapat membalas perasaanku. Sampai kita sepakat,apa yang ada didalam dadamu,pun diseisi dadaku,semua itu diluar kuasa kita.
Aku terus berupaya mengelak. Aku rasakan ada kekuatan magis yang menyuruhku untuk menoleh ke belakang. Mati matian aku berusaha agar tidak kembali melihatmu barang sejenak. Sebab,jika sedetik saja aku melihatmu,mungkin aku tak mampu melanjutkan kepergianku.
Aku bersikeras,terus saja bergegas. Semoga,segera terbebas. Bukan untuk melupakanmu,tapi membuang segala rasaku.
Namun,sial sejuta kali sial. Rupanya,sedari tadi aku hanya berlari di tempat. Wajahmu masih ada disebelahku,dan perasaan ini tetap kuingat. Aku harus menyadari kita tak lebih dari sahabat.
Lantas,kita bersitatap. Kau diam. Senyum tipismu menahan tangis. Diwajahmu ada kesedihan,ketidakmengertian,serta kepasrahan yang tak aku pahami sepenuhnya. Tapi,kau seolah berkata, "Ada baiknya aku pergi saja".
Hatiku pecah. Tak mampu pergi darimu, dan tak kuasa melihat kau berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTUISI
RandomSedikit kata kata mengenai perasaan yang ada,yang tak terbalaskan.