Dalam Diam

42 2 0
                                    

Sejak awal aku melihatmu,aku sangat tidak suka melihatmu entah mengapa aku pun tidak tahu. Aku merasa takut jika berdekatan denganmu. Hingga akhirnya semuanya menjadi berbalik. Kau peduli dan memang nyatanya peduli. Dengan rasa pedulimu itu kau sudah menarik hati. Mungkin benar, benci jadi cinta itu nyata. Aku langsung menyukaimu. Kita sering bertanya kabar dan berbasa basi tentang hal yang tak penting,dan itu dimulai sejak seseorang yang sangat berarti dalam hidupku telah pergi.untuk selamanya.
Sejak saat itu,kau menjadi segalanya untukku. Selalu ada untukku. Memberiku motivasi motivasi terbaik. Lebih dari seorang sahabat. Kau pacarku. Ya,aku memanggilmu dengan sebutan itu. Tapi satu hal yang tak kutahu, apakah kau juga merasakan hal yang sama?

Harapanku tak terkabul,ternyata kau hanya menganggapku tak lebih dari seorang sahabat. Rupanya semesta dan waktu belum berpihak padaku. Maka,aku berharap semoga suatu saat nanti kau berubah dan melihat cintaku.

Hingga suatu hari kusadari,senja menyadarkanku. Ya,senja memberitahuku mengapa kau tidak merasakan hal yang sama. Nyatanya,selama ini bukan karena aku tak menarik,hanya saja kau punya batasan yang harus aku terima,dimana tidak semua orang bisa kau pandang dengan leluasa. Dan,senja ini aku benar benar iri sebab kau orang yang teguh menjaga hati. Ya,ada seseorang yang memayungimu;dia yang hatinya kau jaga selalu.

Hari hari selanjutnya,kau masih tetap peduli dan tak lupa memberi motivasi. Hanya saja aku yang harus sadar diri dan mulai harus membatasi perasaan. Meski masih ada rasa kecewa,tapi aku memang harus bisa terima. Dan, pada setiap hari yang datang,aku hanya bisa mengagumimu dengan kedekatan kita dalam persahabatan.

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang