Sarung Tangan

433 58 4
                                    


Langit terlihat gelap, awan gelap berkumpul dan bersiap menumpahkan Kristal putih. Sekarang bulan Desember, bulan sang juru selamat terlahir di dunia. Beberapa siswa memilih langsung pulang tanpa harus menunggu salju turun. Mereka tak siap dengan serangan dingin yang serasa membekukan tulang. Beberapa saat kelas menjadi sepi.

Seseorang masih tertinggal di kelas meskipun siswa piket sudah pulang. Ia sibuk mengaduk isi tasnya mencari sesuatu benda yang sepertinya berharga. Lorong mulai sepi dan beberapa lampu kelas sudah mati. Sesekali ekor matanya melirik pintu luar yang mulai gelap. Sedikit banyak ia merasa takut. Cerita teman-temannya tentang hantu muncul begitu saja di kepalanya. Segera ia menggeleng dan melanjutkan pencarian.

Sudah satu jam ia mencari. Tapi benda itu tak juga terlihat. Ia membanting tas nya membuat isinya berhamburan di lantai kelas. Terduduk kemudian kepalanya bersandar di meja. Rasanya ingin menangis tapi sadar bahwa lelaki tak boleh cengeng.

"ada orang?"

Yang di dalam kelas tersentak dan mengangkat kepala dari meja melihat seorang pria berdiri di pintu kelas. Dadanya tiba-tiba berdebar melihat siapa disana. Itu ketua osis baru yang dilantik dua minggu lalu. Park Chanyeol.

Pria yang di dalam segera berdiri dengan gugup ketika Chanyeol berjalan kearahnya.

"kau tidak pulang?"

Chanyeol memperhatikan pria didepannya yang menunduk tak mau menatapnya. Ia menusuri penampilan pria pendek itu. Kulitnya putih cerah, rambutnya tebal menutupi sebagian matanya, jasnya terbuka dan kemeja di dalamnya tak terkancing dengan rapi, di dada kanannya terpasang name tag, Do Kyungsoo disana.

Sedikit senyum terterik di bibir merah Chanyeol melihat Kyungsoo di depannya yang masih enggan membuka mulut, beberapa buku berserakan di lantai hampir terinjak sepatunya.

"kau ada kegiatan club?" chanyeol berjongkok memungut beberapa buku yang tak jauh dari kakinya.

Kyungsoo menggeleng tetap memilih bungkam.

Melihat lawan bicara yang enggan membuka mulut, Chanyeol berdiri kembali dan menyerahkan buku itu pada Kyungsoo.

"kau bisu?"

"tidak" cicit Kyungsoo pelan.

"pulanglah karena aku akan mengunci pintu kelas."

Kyungsoo meremat tangannya gugup, matanya melirik ke sekitar dari pada harus balik menatap sang ketua osis.

"hei.." Chanyeol hilang kesabaran karena merasa diabaikan, ia mengayunkan telapak tangan di depan wajah Kyungsoo yang sibuk melihat sekitar.

"aku tidak bisa pulang." Jawab Kyungsoo pelan.

"apa?"

"aku kehilangan sarung tangan ku."

Wajah itu terangkat, mata bulat itu mengadu dengan sang ketua osis. Sesaat Chanyeol merasa dadanya dihantam sesuatu yang membuatnya sesak. Ia harus menelan ludah untuk mengembalikan kesadaran.

"sarung tangan?" ulang Chanyeol.

Kyungsoo mengangguk kemudian kembali menatap lantai. Chanyeol menghela, apa sebegitu menariknya lantai dibawah sana. Ia seperti kembali sepuluh tahun lalu saat pertama kali menginjak kaki di kota ini. Pria di depannya sama sekali tidak berubah. Masih sama seperti Kyungsoonya yang dulu.

"hilang bagaimana?"

Chanyeol berjalan ke bangku belakang kemudian berbalik menatap punggung sempit Do Kyungsoo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chansoo ArenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang