Chapter 3

281 54 12
                                    

Komen "AYO MENUJU CHAPTER 4" buat lanjut,










Seoul dibawah hujan rintik sore itu membuat restoran kecil menjadi tempat berteduh bagi beberapa orang yang berlalu lalang disekitar sana.

Secara tak langsung hujan membawa berkah bagi restoran kecil tersebut karena mereka memesan beberapa makanan untuk menghangatkan tubuh.

Saat ini aku berada didalam salah satu restoran di daerah pertokoan ini, sendirian tanpa siapapun hanya ada Ayah yang sedang memasak di dapur restoran.

Ya, Ayahku pemilik restoran kecil ini yang sedang ku ceritakan ini. Ia memulai bisnis turun temurun dari saat Ibu masih hidup hingga aku besar seperti sekarang.

Sudah cukup tua kelihatannya tapi Ibu memilih sebuah restoran dan toko bunga, tapi karena keuangan kami yang tak memadai akhirnya kami lebih memilih meneruskan restoran.

Aku duduk disalah satu meja restoran yang mulai ramai sambil memandangi orang diluaran sana, termenung sendiri memikirkan beberapa hal yang menimpaku akhir-akhir ini.

"Apa kau lapar?" Ayah sempat bertanya padaku meskipun tangannya sibuk dengan bahan-bahan makanan.

Mendengar kalimat perhatian dari Ayah aku pun membalasnya dengan menggeleng kepalaku dengan pelan. Ayah sedang sibuk jadi aku tidak ingin membebaninya.

Melihatku seperti ini, Ayah tersenyum sambil meletakan mangkuk berisikan makanan yang diukir menjadi bentuk pokemon di meja yang sedang ku tempati ini.

Melihatku seperti ini, Ayah tersenyum sambil meletakan mangkuk berisikan makanan yang diukir menjadi bentuk pokemon di meja yang sedang ku tempati ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku memandangi bento tersebut lalu beralih ke Ayah, "Ayah?" panggilku lirih.

"Pikachu mirip anak Ayah! makanya Ayah buat semirip mungkin, Semoga putri Ayah selalu ceria seperti bento itu."

Ayah sangat peka terhadap diriku melihat bagaimana dia peduli dikala mengurusiku sendirian tanpa seorang istri, menjagaku serta memenuhi semua kebutuhanku seorang diri.

Itulah mengapa aku sangat bangga terhadap Ayah meskipun ia memiliki kekurangan yang membuatmu diolok-olok di Sekolah.

Mengingat itu air mataku mengumpul dipelupuk mata, aku tidak ingin ayah melihatku menangis jadi aku membuang wajahku.

"Gomawo! Aku akan memakannya Ayah!" ucapku dengan riang meskipun Ayah tidak akan mendengarnya.

Krring! Cklak!

Suara pintu terbuka membuatku menatap kearah pintu masuk restoran dan terlihat seorang gadis familiar tengah membuka pintu itu kemudian berjalan menghampiriku.

"Aku mencarimu kemana-mana tahu ternyata kau disini! Aku harus menahan malu saat menunggumu seperti orang bodoh!" protes gadis bersurai pendek itu sembari duduk disebrangku.

"Maaf, Sinb."

Setelah itu aku tak menggubrisnya lagi dan lebih memilih memakan masakan buatan ayahku, tetapi Sinb masih menggangguku.

Doctor Bae - Bae JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang