2

201 7 0
                                    

Di tempat lain seorang pria sedang terkekeh sendiri menatap ponselnya. Dia selalu suka melihat perempuan nya kesal seperti ini. Oh, shit. Apa yang dia pikir kan? Perempuan nya? Oh, come on, bahkan mereka baru bertukar pesan kembali setelah bertahun-tahun saling mengubur perasaan mereka masing-masing dan saling meniadakan kabar. Sampai akhir nya perempuan tersebut kembali mengabari nya, dan mereka merasa lebih dekat dari biasanya.

Iya, dia Faleno Abraham. Walaupun hanya saling bertukar pesan tapi itu cukup membuat keduanya merasa nyaman. Karena jarak yang cukup jauh.

Posisi Falen yang saat ini sedang melakukan rutinitas sebagai mahasiswa smt I di salah satu univ ternama di Jakarta. Ia memang asli Jakarta karena Ibu nya berasal dari sini.

"Hei heii"  Falen menoleh ke asal suara yang tidak lain adalah Arsen dan Falah.

"Tayooo" cengir lebar keduanya terpampang setelah berhasil mrnjahili Falen.

"Mati aja lo berdua" geram karena selalu saja dirinya yang kena.

"Bagi tugas atuh" ucap Falah dengan wajah sok kemayunya yang sukses memperoleh jitakan dari Falen.

"Najis Lah," ucap Falen yg membuat teman nya tersebut kesal setengah mati.

Bagaimana tidak, sejak kemarin ia sudah merayu si Kepala  Batu itu untuk memberinya contekan tugas. Tapi, Falen tetaplah Falen  yang tidak gentar meski godaan yang Falah tawarkan sangat menggoda. Seperti kuota 50 gb, traktiran gratis 1 minggu, dll. Ia selalu menolak dengan alasan Falah sudah dewasa dan harus menyelasaikan masalah seperti halnya tugas ini sendiri. Selalu saja itu alasan nya.

Sementara Arsen hanya terkekeh melihat drama seperti ini pada kedua sahabatnya.

"Gimana sama dia" tanya Arsen setelah Falah pergi karena ngambek seperti biasa.

Dahi Falen mengernyit.

"Dia siapa?" Dia sedikit bingung kenapa sahabatnya tiba-tiba bertanya seperti itu.

"Lo paham siapa yang gue maksud" Arsen berdecih pelan karena temannya satu ini selaly berlagak bodoh ketika di tanya tentang wanita itu.

"Oh itu" lalu mata Falen tidak sengaja menatap jam dinding yang terdapat di samping taman.

"Aihhh, gue telat masuk kelas. Gue duluan bro" Falen langsung bergegas meninggalkan Arsen dengan muka kesal nya. Selalu saja begitu. Tanpa memperdulikan itu dia beranjak dari taman dan memilih menuju kantin untuk mengisi perutnya.

🍁🍁🍁

Sebentar lagi,  Inka berencana liburan ke Jakarta.  Ia akan menginap di kontrakan sahabatnya yang  kebetulan bekerja di sana.

Inka Pramudya

Can, minggu depan yaa

Tidak lama terdengar sebuah notif dari ponsel nya.

Falenan Dapur 🔪

Di mana nih bocah😴

Inka meghela nafas, ia kira balasan dari Cantik ternyata Falen.

Inka Pramudya

Ciee nyariin, ada apa atuh kang??😂

Falenan Dapur🔪

Siapa yang nyariin siapa??

Inka memutar bola mata nya malas, kebiasaan Falen mulai mengajaknya berdebat.

Inka Pramudya

Ga jadi udah.

Dia sedang berada di mood yang kurang baik saat ini. Jujur,  di tengah keheningan malam seperti ini,  resiko mengingat pria itu justru semakin meracuni pikiran nya. Ia muak,  sungguh.  Bahkan dalam ingatan Inka,  pria itu masih saja menyakitinya.

Tubuhnya bergetar hebat.  Ia lelah,  sungguh.  Kehadiran Falen tidak berpengaruh banyak akan kesembuhan lukanya.

Bagaimana mungkin,  di saat seluruh hati yang Inka serahkan kepada pria itu , dengan mudahnya di sia-siakan??
Setelah 3 tahun lamanya mereka bersama,  dengan banyak kenangan yang mereka lewati begitu mudah di lupakan oleh sang pria??
Sakit.  Kecewa.  Marah.  Semua bercampur aduk.
Ingin sekali Inka berteriak sekeras-kerasnya, meluapkan segala rasa yang menggebu serta gemuruh di dadanya.

Ia memukuli dadanya yg terasa sesak,  bersimpuh dengan air mata yang tak kunjung berhenti. 

"Ikhlasin Inka,  ikhlasin" lirihnya di dalam kamar sunyi itu.

Penyembuh LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang