5

100 4 0
                                    

Sinar mentari yang menerobos masuk melalui celah-celah kecil jendela membuat seorang gadis yang masih tertimbun tebalnya selimut terganggu dari tidur nyaman nya. Ya, Inka menggeliat setelah mengucek mata nya dan bangun dengan muka bantalnya. Dia melihat jam yang berada di atas nakas, dan yaaa...

"Allahuakbar, udah jam 8. Aduhhh," Teriaknya kaget.

Bagaimana tidak, satu jam lagi dia sudah ada janji dengan sang Falen.

"Aduhhh, kenapa gue bisa kesiangan siihhh. Mana tadi nggak shubuhan lagi, ishhhh," gerutunya kesal.

Ia segera bergegas bangkit dari kasur dan berlari ke kamar mandi.

5 menit..

Inka telah selesai membersihkan dirinya, ia segera berdandan sederhana seperti biasa. Memakai pelembab, bedak bayi, serta sedikit polesan lipstik di bibir tipis nya. Bulu matanya yang lentik serta alis yang tebal namun rapi dan bola mata yang hitam pekat menambah kesan tersendiri. Dia segera membuka aplikasi chat nya untuk mengabari Falen.

Inka Pramudya
Gimana Len?

Selang beberapa detik, ponselnya berbunyi menandakan ada seseorang menelfon.

Falenan Dapur is calling...

Inka menggeser tombol hijau untuk mengangkatnya.

"Hallo, assalamu'alaikum." Suara Falen di seberang sana. Ia seperti sedang berlari dengan nafas yang terdengar ngos-ngosan.

"Wa'alaikumusalam, Len, kamu nggak papa kan?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Inka.

Dia sedikit khawatir karena mendengar nafas Falen yang terdengar ngos-ngosan.

"Saya nggak papa, tapi saya cuma mau bilang kalo saya mungkin datangnya agak telat. Soalnya motor saya tiba-tiba mogok. Dan ini saya on the way ke kontrakan temen kamu." Jelas Falen pada Inka.

"Ya Allah, kok bisa? Yaudah gapapa, ga usah lari-lari ya kesini nya nanti kamu capek. Saya tunggu kok." Jawab Inka.

Hati Falen sangat senang melihat ada nada kekhawatiran dari Inka.

"Iya kadal, siyapp." Senyumnya merekah. Hatinya menghangat. Tapi, ia masih belum yakin dengan apa yang ia rasakan.

Ia kembali melangkahkan kaki nya, tapi tidak berlari lagi. Ia menuruti perkataan Inka. Jujur ia tadi berlari karena tidak ingin membuat Inka menunggu nya, tapi setelah Inka berkata demikian ia menikmati jalan nya, ia senang ternyata gadis itu pengertian. Ia tak menuntut seperti kebanyakan gadis lainnya.

¤¤¤

20 menit sudah, Falen sudah menemukan alamat kontrak an yang di beri Inka. Ia sedikit gelisah, karena sekian lama akhirnya bisa bertemu gadis itu.

Falen melihat Inka sedang menunggu dirinya sambil memainkan ponselnya.

"Assalamu'alaikum," Ucap Falen.

"Wa'alaikumusalam, ehh?" Inka menoleh kaget ke arah laki-laki yang baru mengucapkan salam itu.

Falen tersenyum ke arah wanita itu, senyum yang berhasil membuat jantung Inka berdetak lebih cepat dari biasanya. Senyum yang mungkin akan terus di ingatnya.

"Maaf ya, jadi buat kamu nunggu lama". Ucap Falen dengan nada bersalahnya.

Inka tertawa kecil, melihat wajah falen yang masih berkeringat bercampur ekspresi bersalah itu.

"Santae aja kali Len, kayak sama siapa aja", sahut Inka menenangkan.

"Kamu mau minum dulu?", tanya Inka tidak tega melihat Falen yang seperti kelelahan.

"Eh, nggak usah Kadal. Kita langsung jalan aja"

"Ohh, yaudah yukk", sambut Inka dengan senyum manisnya.

Falen terdiam di posisinya melihat senyum itu. Hatinya menghangat, ia bahagia. Sesederhana itu.

Inka menatap tangan yang terulur di depannya, tangan yang meminta nya untuk menerima dengan suka cita. Ia menatap ke depan di mana si pemilik tangan itu berdiri dengan senyum yang seakan membuatnya terbang dari pijakkan nya saat ini. Sudah lama ia tidak merasakan nya.

Entah dorongan dari mana tangan nya terulur untuk menerima tangan itu. Keduanya sama-sama tersenyum tulus. Hati mereka menghangat. Lalu mereka berangkat.

Penyembuh LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang