Chapter 32 • Ber-empat •

25.4K 1.4K 24
                                    

#HappyReading!

Siang itu terasa sangat panas dan gerah, terik matahari yang menyengat kulit mereka membuat mereka mengeluh, apalagi para siswi yang rempong.

Di kelas XII MIPA 2 terdapat perdebatan yang mengisi jam kosong mereka.

"Aduh, panas banget sih," keluh salah seorang siswi di SMA Merpati. Dia yang paling heboh di antara siswi lainnya. Tak heran kalau dia itu terkenal primadona di sekolah itu.

"Halah! Bilang aja Lo takut bedak Lo luntur kan?" Celetuk seorang siswa yang diahkiri gelak tawa.

"Ya jelas lah! Kalo bedak gue luntur, Kalvian gak mau sama gue," kata siswi itu seraya mengipasi wajahnya dengan kipas angin mini yang di bawanya.

"Kalvian emang gak mau sama Lo dari dulu kali! Mau Lo pake bedak apa enggak, tuh cowok gabakal mau sama Lo!" Kata siswa lainnya dan dijawab tatapan tajam oleh siswi rempong itu dan teman-temannya.

"Kal, Lo tuh kenapa sih? Diem Mulu, tuh diperebutin sama Gea." Kata siswa yang duduk di samping Kalvian.

"Apa?" Tanya Kalvian datar, lalu kembali menatap layar HP yang lebih menarik darinya.

"Tau ah, susah gue ngomong sama batu es, sabarkan Tristan ya Allah." Kata siswa yang duduk di samping Kalvian, ia bernama Tristan.

"Eh, tresno! Lo bilang sama Kalvi dong! Kan ini udah jam sebelas bentar lagi pulang, lah gue mau ngajak Kalvi ke Monas, bilangin dong," kata Gea, siswi yang terkenal menyukai Kalvian.

"Tresno-tresno, nama gue bukan tresno, tapi TRISTAN." Kata Tristan dengan menekan kata Tristan.

"Oke deh, serah Lo, cepet bilangin," kata Gea yang duduk di pojok belakang, sedangkan Tristan dan Kalvian berada di pojok depan.

"Itu loh Kal, Lo denger kan, Gea ngajak Lo ke Monas sepulang sekolah." Ucap Tristan pada Kalvian.

Kalvian hanya menoleh sekilas, lalu kembali menatap HP-nya, "Gue gak mau."

"Gak mau katanya Ge! Sabar yak! Haha," kata Tristan dan tertawa di akhir kalimatnya.

"Ih, Kalvi! Pokoknya harus mau! Aku maksa!" Kata Gea dengan suara keras.

******

Kean menatap risih ke cewek-cewek yang lewat di depannya dan Kevan saat ini, bagaimana tidak, para cewek itu menatap Kevan seolah Kevan adalah hal paling mencolok di mata mereka, sedangkan menatap Kean seakan Kean tidak pantas duduk di samping Kevan saat ini.

"Kev, kita pulang yuk, risih gue diliatin mereka." Kata Kean pada Kevan yang hanya diam saja sedari tadi.

Kevan menoleh, lalu menatap objek yang membuat Kean risih, "oh, Lo risih ya diliatin sama cewek-cewek itu? Haha, cuek aja kali."

"Ih, Lo aja yang cuek, tapi gue risih." Ucap Kean, matanya memelotot ke arah gadis-gadis yang menatapnya dan Kevan.

"Jangan galak gitu kali, kita ke masuk ke dalam Monas yok." Ajak Kevan seraya merangkul bahu Kean yang membuat cewek itu menatap horor padanya.

Satu jam lamanya mereka ada di dalam Monas, dan tepat pukul 12.02 saat Kevan melirik ke arloji yang melingkar di tangan kirinya. Ia membenarkan waist bag hitamnya yang melingkar miring di dada.

"Cari makan yuk Ke." Kata Kevan seraya menarik tangan kanan gadis yang sedari tadi menemaninya berkeliling.

Kean yang ditarik-tarik hanya pasrah. Mereka melangkah keluar dari Monas. Berjalan menuju parkiran. Jalanan di sekitar Monas begitu ramai, banyak anak sekolah yang memakai seragam di area sana.

Keana&KevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang