2

18 4 0
                                    

Setelah menyelesaikan kegiatan setiap harinya yaitu sekkolah, Rindi pun bergegas meninggalkan halaman sekolah dengan semangat kembali memuncak. Entahlah apa ayang ada dipikiran para siswa, padahal di rumah masing-masing kerjaannya hanya tidur, main game, dan main handphone. Dimana tempat serunya? Padahal itu biasa-biasa saja, dan dilakukan setiap hari. Apa tidak bosan?
“yessss. Gerbang kemerdekaan telah dibuka”. Ucap salah satu temannya, Afi.
“ kayak orang gak pernah pulang sekolah saja “. Jawab Rindi malas.
“Ah elah lu mah suka gitu. Coba deh dipikir baik-baik, siapa yang gak bosan di sekolah dalam jangka waktu 8 jam?
“Terserah deh”.

Setelah mengakhiri percakapan dengan sahabat sebangkunya, mereka pun menuju parkiran untuk menebus kuda tunggangan masing-masing untuk mengantar mereka pulang. Tanpa lupa, mereka saling melambaikan tangan sebagai tanda sampai berjumpa esok harinya.
Setelah menempuh perjalan yang menghabiskan waktu 10 menit dengan kecepatan  kuda liar. Gadis kecil pun sampai di rumah dengan ceria sambil mengucap salam dan bersalaman langsung dengan kedua orang tuanya.
“Bagaimana sekolahmu hari ini, nak?”. Tanya ayahnya.
Rindi dengan senyum hangat menjawab,” Ahamdulillah lebih baik dari hari biasa-biasanya, yah”.
“Alhamdulillah. Cepat ganti baju gih, langsung makan siang”. Ibunya  menanggapi.

Siang pun telah berlalu. Hingga petang pun mulai menyapa. Si gadis kecil Rindi, menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum adzan magrib berkumandang. Di rumahnya ia sebagi guru ngaji yang hanya memiliki 6 murid terdiri dari 4 anak laki-laki dan 2 perempuan. Pengajian berakhir bila adzan isyak mulai dikumandangkan.

Anak-anak telah kembali ke rumah masing-masing, hingga rumah yang berada di daerah perkebunan tersebut mendadak hening. Hanya ada suara televisi yang sedang disaksikan oleh ayah dan ibunya Rindi.

Walau sudah menjadi seorang gadis remaja, ia tidak seperti gadis-gadis lainnya yang memilih berdiam diri di kamar, justru memilih duduk atau bercengkrama dengan orang tua. Terlebih lagi ia lebih dekat dengan ayahnya, bukan tidak sayang pada ibu namun sejak kecil ia memang lebih banyak menghabiskan waktu bersama ayahnya.

Malam semakin larut, mengharuskannya untuk beristirahat.   Kemudian langkah malas ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur sambil pamit pada orang tua.

Lampu dipadamkan. Yang berkuasa pada saat ini adalah gelap, namun dengan keberanian yang pasti bulan memancarkan cahanya hingga merawang ke dalam kamar si gadis kecil.

Handphone. Iya, handphone. Ia tahu kalau tidak ada notifikasi apapun dari handphonenya, namun handphone tersebut seakan menggodanya untuk ditimang oleh si pemilik.

" Tumben-tumbenan ada notif"

Ngambang😁

Salam @swastikarika

Return StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang