Everything about you is a candle for me, except one; highlight your eyes if you find another place to shelter.
⚛
Keesokan harinya, sebelum Alice berangkat sekolah, ia menyempatkan diri untuk bercermin. Menatap dirinya dalam cermin itu, berharap di dalam sana bukan sosok lemah yang muncul. Berharap bahwa di dalam pantulan cermin itu adalah sosok Alice yang kuat. Alice yang tegar dan dewasa.
Berusaha menguatkan dirinya, Alice tersenyum dan mengangkat tangannya seraya menggerakkan tangannya seperti 'fighting'. Berdoa supaya ujiannya lancar dan ia bisa memperbaiki nilainya. Di tengah-tengah ekspresi Alice yang absurd, ponselnya berdering menandakan pesan masuk.
Key'vin
Gimana? Udah sarapan?Rosalice
Udah. Tapi belom pakek
dasi nih. Lupa caranya.Key'vin
Masa lupa? Udah gak pernah
makek berapa lama kamu tu?Rosalice
Sebulan lebih lah.
Malah selama masuk ini
kan aku belum pernah
pakek dasi dg benar.Key'vin
Sini aku pasangin,
Lucu deh kayaknya,
Lihat kamu gak bisa pakek dasi.Rosalice
Biasa aja.
Cepet kalo gitu sini
Pakein, Keyy :(Key'vin
Jangan gitulah
Pengen nyubit pipimu
kalo kamu pakek emot gitu.Alice hanya tersenyum geli menanggapi pesan Kevin. Ia mengetikkan beberapa balasan pada Kevin yang semakin membuatnya tersenyum tidak jelas. Ia menyerah, menanggapi Kevin yang tidak jelas malah membuatnya mengulur waktu. Ia berdiri dan mengenakkan dasi dengan benar sesuai ingatannya. Memasukkan buku-bukunya ke dalam tas dan keluar dari kamar.
⚛
"Stts... Selama ujian, siswa dilarang mencontek. Siapapun yang ketahuan mencontek, akan dihukum dan mengerjakan soal di depan kelas!" suara Bu Yani selaku pengawas memperingati siswanya. Alice yang sadar itu pasti untuk dirinya, kembali menatap soal-soal dan mengerjakan sebisanya.
Jadwal hari ini ada matematika. Mata pelajaran yang paling Alice benci karena sejak kecil Alice tak pernah mengerti bahasa matematika. Bagaimana bisa kumpulan huruf dan beberapa angka bisa mendapatkan hasil jawaban?
Setahu Alice, jika x+y ya tetap lah huruf. Andai ada pilihan jawaban Z, Alice akan melingkarinya. Dan untuk alasan itulah, Alice sukar sekali memahami matematika yang tak pernah mandiri.
"Yah, Ros. Gue belum selesai," bisiknya pada Rosy yang duduk di samping meja Alice.
"Terus? Gue udah. Duluan yah!"
"Alamakk, gue ngasal aja deh!" dan benar, Alice melingkari jawabannya asal. Tak peduli itu benar atau salah, yang terpenting soal-soal itu terjawab. Cepat dan hebat bukan?
"Eommaaaa!!" teriak Alice sekeluarya dari ruangan. Ia mengambil tas dan menempatkan diri ditengah-tengah orang yang sudah mengambil tempat duduk sedari tadi. Tak merasa berdosa atas perbuatannya, ia hanya melongos mendengar sambatan teman-temannya.
"Lo ya, main ndusel-ndusel aja. Untung kecil," ujar Agatha yang menggeser duduknya.
"La kan anak kecil itu bebas," balas Alice. Ia mengeluarkan buku pelajaran dan membukanya asal. Tak tahu menahu apa yang harus di baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Orangeade
Teen Fiction#grasindostoryinc #pastelwattpadseries Sepasang insan yang dipertemukan dengan segala perbedaannya. Bukan soal derajat atau martabat. Namun mereka mampu melengkapi dengan segala gelap dan terang yang mereka miliki.