Enigma

7 0 0
                                        


Ini sudah ke sekian kalinya aku melihat laki-laki itu berdiri memandangiku. Dilihat dari penampilannya ia sepertinya baru saja pulang bekerja. Kerah kemejanya agak meleset sedikit dari posisi seharusnya. Beberapa bagian kemejanya nampak berkerut bekas aktivitas yang dilakukannya seharian ini. Mungkin duduk, membungkuk, duduk, bersandar, atau gerakan-gerakan lainnya.

Penampilannya sama seperti hari-hari sebelumnya. Hanya warna kemejanya saja yang berubah setiap hari. Rambut pendeknya selalu saja terlihat agak berantakan, meski tetap tidak mengurangi daya tarik laki-laki ini. Dilihat sekilas, kurasa dia adalah laki-laki yang cukup karismatik. Matanya tampak lelah tapi tetap saja terasa teduh. Aku yakin, perempuan manapun yang menatap langsung ke matanya akan merasa tenggelam di dalamnya.

Sudah lima menit, biasanya sebentar lagi dia akan menghembuskan nafas sambil memandang ke lantai sebelum pergi menjauhiku. Aku hampir hafal apa yang ia lakukan. Sudah tiga bulan ini laki-laki itu hampir setiap hari berdiri di hadapanku.

Tapi hari ini terlihat sedikit berbeda. Laki-laki itu memandangiku lama dengan binar bahagia di matanya. Bibirnya menyunggingkan seulas senyum tipis sebelum berbalik pergi.

***

Seorang anak perempuan berdiri di hadapanku. Wajahnya menempel ke kaca di hadapanku tampak lucu dengan matanya yang bulat dan berbinar. Manik matanya yang seperti mutiara hitam membuatnya tampak semakin menggemaskan.

Sejenak kemudian ia melepaskan wajahnya dari kaca dan hilang dari pandanganku. Tapi ternyata, tak lama kemudian anak itu kembali datang, kali ini sambil menarik ujung blus seorang wanita yang kupikir adalah ibunya. Dengan tergopoh ibu itu berusaha mengikuti langkah kecil anaknya yang setengah berlari. Kantong belanjaan si ibu bergoyang mengikuti langkah kakinya.

"Permisi," dengan suara lucu anak perempuan itu mendorong pintu tempatku berada sambil melongokkan kepala. Suara lonceng di atas pintu membuat gadis pemilik toko muncul. Dengan ekspresi malu, anak perempuan itu bersembunyi di balik punggung ibunya.

Gadis pemilik toko mempersilahkan sang ibu menyimpan barang belanjaannya di tempat penitipan sambil tersenyum ramah. Sesekali si ibu seperti menanyakan sesuatu, dan gadis pemilik toko menjawabnya dengan tetap menjaga keramahan.

Si anak perempuan lucu itu masih saja bersembunyi di balik ibunya. Tangannya menarik-narik ujung baju ibunya sambil sesekali melirik ke arahku. Pelan-pelan mereka bertiga berjalan mendekat ke arahku.

"Kotak musik..." kata si anak malu-malu sambil menatap si gadis pemilik toko.

Si gadis pemilik toko berlutut di hadapan si anak perempuan. Membuat dirinya sama tinggi dengan anak itu.

"Adik mau kotak musik ini?" Tanya si pemilik toko sambil menatap mata anak perempuan itu dan menunjuk ke arah kotak musik di meja yang ada di sebelahku.

Anak itu mengangguk. Rambutnya yang dikuncir dua ikut mengayun menggemaskan bersama anggukan kepala si anak. Benar-benar menggemaskan. Kalau bisa, mungkin aku sudah menghampiri anak itu untuk mencubit pipinya.

Gadis pemilik toko berdiri, menghampiriku dan mengambil kotak musik di sebelahku. Kotak musik itu sederhana saja sebenarnya. Hanya sebuah kotak musik kecil berbentuk tabung pendek berwarna putih bersih. Di permukaannya terdapat not balok yang membuat kotak musik sederhana itu terlihat cantik. Dan sebuah pemutar berbentuk huruf S di sisinya.

Gadis pemilik toko baru saja memberikan kotak musik di genggamannya pada anak perempuan kecil lucu ketika lonceng di pintu kembali berbunyi. Gadis pemilik toko itu berdiri, bersiap menyambut pelanggan barunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Salju di Bulan DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang