Nabrak Tembok?

46 12 0
                                    


"Lohh???" ucap Raina dan Osis itu berbarengan.

"Raina!"

"Kak Hilma!"

Mereka berpelukkan erat, Hilmalea Feriska adalah Kakak sepupu Raina. Mereka terbilang sangat dekat, tapi mereka sudah lama tidak bertemu. Sejak Lebaran kemarin, karena kesibukan Hilma sebagai Osis dan kesibukan Raina mencari sekolah baru. Mereka menjadi tidak bisa sering bertemu.

Padahal dulu mereka sering ke Dufan bersama, Ke Mall bersama, Ke Taman Kota bersama, dan Raina main ke rumah Hilma atau Hilma yang main ke rumah Raina. Intinya hubungannya sebagai saudara sangat dekat.

Hilma melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Raina, ia seolah menatap Raina tak percaya, mereka bisa bertemu di sini.

"Rain apa kabar? Baik kan?, Kakak kangennn bangettt!" kata Hilma sambil masih menatap Raina.

"Baik Kak! Rain juga kangen banget sama Kakak!" ucap Raina, ia juga mengutarakan rasa rindunya ke Kakak sepupunya itu.

"Kakak juga baik kok!"

Ara yang melihat itu hanya diam, dan sesekali menggaruk belakang kepalanya yang sama sekali tidak gatal, ia tak tahu jika Hilma adalah Kakak sepupu Raina, teman barunya.

'Lah perasaan baru masuk dah, ngapa si Raina kenal sama Kakak-Kakak ini, au ah puyeng!' -batin Ara

Raina nampak berpikir sebentar, Yap! Dia ingat, dia telah melupakan sesuatu.

Raina berbalik badan ke arah samping dan ia sekarang berhadapan dengan teman barunya yang memasang wajah bingung itu.

"Ohh iyaa,  yaampunn, Ara ini Kak Hilma sepupu aku!" beritahu Raina kepada Ara.

"Hilma" Hilma mengulurkan tangan sambil tersenyum

"Ara" Ara juga membalas uluran tangan Hilma juga sambil tersenyum.

Setelah beberapa detik mereka menyudahi jabatan tangan tersebut, hingga Raina memecah keheningan.

"Oh iya kak kelas X Ipa 3 dimana ya?" tanya Raina kepada Kak Hilma.

"Tuh disana, lantai dua. Depan perpus. Oh iya nih name tag kalian, tulis nama kalian sama kelas ya." jawab Hilma sambil menunjuk ke arah kelas X Ipa 3 yang memang berada di depan perpustakaan. Dan mengambil dua name tag, plastik dan tali kur untuk mereka.

"Iya, Makasih ya Kak." Ucap Raina dan Ara bersamaan, mereka segera mengambil pulpen yang sudah di sediakan dan menulis nama juga kelas mereka di kertas name tag tersebut.

"Iya sama-sam-- ehh" tak sampai menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba ada yang memanggil Hilma dan membuat Hilma tersentak.

"MAA!!! HILMAA!!! WHERE ARE YOU?!?!?!" panggil seseorang.

"Woii nyelon kek!!! Untung jantung gue gak copot! Kenapa sih?" jawab Hilma.

"Haha, Maap maap, itu 5 menit lagi bel, lo atur barisan sebelah utara ya!!! Gue selatan, Rani Barat, Fandi timur. Gc ga pake lama!" beritahu orang itu kepada Hilma.

Tugas Osis setiap upacara adalah mengatur dan mengawasi barisan.

Hilma segera melirik jam tangannya, dan benar saja 5 menit lagi jam 07.00.

"Anjirr! Iya udah mau bel, Rain, Ara Kakak duluan ya!!! Kalian cepet masuk kelas, taro tas kalian dan kembali kesini baris sesuai kelas kalian!"

Tanpa menjawab mereka segera lari menaikki tangga ke lantai dua dan menuju kelas mereka.

Sekarang mereka sedang berada di koridor sepanjang kelas X Ipa 1 sampai 5, mereka berlari cepat. Dan tanpa sadar mereka sudah sampai di kelas mereka.

Anak-anak di kelas mereka masih nampak santai, karena memang bel belum berbunyi, tapi ada yang sudah ingin menuju keluar pintu kelas.

Saat Raina dan Ara memasuki kelas beriringan di pimpin oleh Ara, Ara yang memasuki kelas duluan sebelum Raina. Banyak orang membatin dalam hati tentang Raina dan Ara.

'Ehh manis banget yang depan!!! Diabetes gue astatank!'

'Anjir yang belakang cantik banget, kayak bidadari!'

'mimpi apa semalem gue bisa liat orang semanis dan secantik mereka!'

'makk anakmu pagi-pagi ketemu bidadari mak!!! Omegot...'

'ihh yaampun cantiknya, iri deh guee'

'cantiknya melebihi Ariana grande, ibu nya kek apa ya anaknya kek gitu?'

Dan masih banyak batinan orang lainnya. Banyak juga yang menyapa ke mereka, sekedar, 'Hai', 'hallo cantik', 'manis bangett!', 'boleh minta nomer hp ga?', 'Id line lo apa?', 'nama instagram?' mereka hanya tersenyum menanggapinya, hingga mereka berhenti memperhatikan Raina dan Ara ketika bel berbunyi.

Triiinggg triiinggg

Kemudian ada yang berbicara  menggunakan mic yang terdengar se antero sekolah "Perhatian, upacara segera dimulai, dimohon seluruh siswa yang masih di kelas segera ke lapangan utama, sekali lagi upacara segera dimulai, dimohon seluruh siswa yang masih di kelas segera ke lapangan utama. Berbaris sesuai kelasnya masing-masing."

Langsung lah semua orang yang ada di kelas itu berhamburan keluar kelas menuju lapangan utama kecuali Raina dan Ara yang masih sibuk mencari tempat duduk kosong.

Akhirnya mereka melihat dua bangku satu meja yang masih kosong. Mereka segera meletakkan tas mereka dan memakai name tag nya masing-masing.

Mereka berjalan keluar kelas sambil berbincang-bincang.

"Eh tadi lo ga malu apa anjir, di liatin anak-anak kelas ini" tanya Ara.

"Hah aku? Kamu kali! Siapa suruh imut banget jadi orang!" Raina menanggapi nya sambil terkekeh.

"Ishh, lo juga sih punya muka cakep banget lagi!" ucap Ara sambil merengut.

"kamu juga!!!"

"lo juga!!!"

"kamu!!!"

"lo!!!"

"pokoknya kamu!!!"

"au ah kezel sama Rain!!!" Ucap Ara sambil melipat kedua tangannya di dada dan memanyunkan bibirnya.

"ihh Ara jangan ngambek dong, tapi lucu deh kalo ngambek makin imut. Ututututu" Kata Raina sambil menghadap ke arah Ara, tapi kakinya masih melangkah ke depan di sepanjang koridor itu.

"Rain!! Aw--"

"Aduh sejak kapan ada tembok disini!!!"

"as... Yah tu kan gue telat bilangnya, jalannya liat depan dong makanya" terus Ara.

Raina melihat ke arah depan, rupanya ia bukan menabrak tembok tapi ia menabrak dada bidang seseorang.

"Eh sorry ya, ga sengaja hehe" ucap Raina ke orang yang di tabraknya tadi, dia masih terdiam dan mengerutkan keningnya, juga menatap tajam ke arah Raina, membuat Raina sedikit takut.

Raina takjub, pasalnya orang itu adalah lelaki berbadan tinggi, bahkan tinggi Raina hanya sepundak lelaki itu, wajahnya mulus, putih, dan yang pastinya, ekheemm, tampan!

Tapi lelaki itu hanya berlalu meninggalkan mereka, tanpa mengucapkan satu patah dua patah kata apapun.

Raina berdecak sebal "Dih sombong amat, bukannya bilang iya kek, gak papa kek, atau lo gak kenapa napa kek, malah pergi cih!"

"Gue denger" ucap lelaki itu dengan dingin, tanpa membalikkan badannya, ia berlalu dan memasukki kelas X Ipa 3.

Setelah lelaki itu memasuki kelas, Ara langsung mengeluarkan suaranya, "ihh gilss ganteng banget yaampunn!!! OMG!!! Manu Rios kalah hoho" ujar Ara dengan nada lebay nya.

"Apaasi Ra biasa aja juga, yaudah cepetan jalannya nanti kita telat ke lapangannya."

Sebenarnya Raina juga mengakui, dia memang tampan, tapi rasa kesalnya lebih tinggi daripada rasa kagumnya. Ya jadilah seperti itu.

"Iya iya" Ara berdecak sebal.

Rain(a)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang