Bab 5

96 16 3
                                    

Brakk!!
Suara itu nyaring terdengar menggelegar menghiasi suasana memanas dalam kamar Bintang. Bintang yang belakang ini kesal dan geram tak mampu lagi membendung kemarahan dan kekesalannya.

"Tang, lo kenapa sih? Maen hancurin kamar segala," Tegur Angga.

"Udahlah mas, mas belum tau yang sebenarnya!" Celetuk Bintang. Angga hening sejenak, meresapi dan memahami kata demi kata yang adiknya ucapkan.

"Maksud lo apaan? Cerita makanya, biasanya ada apa-apa dikit lo selalu cerita!" Pekik Angga.

"Papa mau nikah lagi sama Tante janda genit, penggoda iman itu!!!" Balas Bintang dengan sok jijik menyebutkan kata "tante janda "

"Siapa bilang kayak gitu?" Angga terkejut.

"Mereka bilang begitu waktu mas Angga pergi jalan sama Tiara dua hari yang lalu" terang Bintang sok polos.

"Hah dua hari yang lalu?" Ulang Angga.

"Kenapa gak bilang gue?" Tanyanya lagi.

"Udah itu gak penting, sekarang gimana caranya supaya ini semua gak terjadi,"

"Percuma Tang, itu semua gak akan bisa"

"Maksud mas apaan? Mas gak mau ngedukung gue? Oke gue bisa sendirian mencegahnya,"

"Gak, bukan begitu Tang"

"Bukan begitu apa hah? Denger ya Ngga, cepat atau lambat kita harus ambil tindakan! Araghhh!" Hempas Bintang untuk pertama kalinya ia memanggil kakaknya dengan sebutan namanya.

"Terserah lo aja deh, gue gak mau ikutan"

"Okey kalau itu kemauan lo!"
Angga dan Bintang terhening sejenak, entah Bintang tak dapat lagi mengucapkan sepatah katapun. Tiba-tiba papa naik ke atas menemui kedua putranya.

"Ada apa ini semuanya berantakan?" Tanya papa.

"Lo diem Ngga, biar gue yang ngomong!" Pekik Bintang.

"Papa tanya kenapa? Justru kita yang bertanya kenapa papa menyembunyikan sesuatu dari kita berdua? Hah!!" Bintang mulai angkat bicara.

"Menyembunyikan? Menyembunyikan apa maksud kalian?" Heran papa.

"Arahhg, papa gak usah pura-pura bego, itu tante janda genit mau papa apain hah?!!"

"Kamu kalau ngomong yang sopan!"

"Sejauh ini kita sudah sopan pa, kita sejauh ini sudah sabar dengan tingkah laku papa, itu juga si wanita genit dasar!"

"Bintang, jangan coba-coba lagi menghina Mira, dia itu niatnya baik"

"Hah niatnya baik? Baik dari darimana hah? Kalau nggak ada sesuatu yang disembunyiin ya kali dia dateng setiep hari, pagi-pagi buta udah didepan pintu, gak kenal waktu!"

"Cukup Bintang, cukup!!! Kamu memang anak kurang ajar!"

"Aku anak kurang ajar? Wajar aku kayak begitu pa, dari sejak aku lahir papa sama mama dulu kemana? Kalian semua sibuk ngurusin kerjaan sampai kalian lupa waktu bahkan lupa sama aku! Jadi ini kesalahan siapa? Ditambah lagi sekarang papa kelakuan papa kayak gini? Belum setengah tahun mama meninggal papa udah kayak gini!!!!" Bintang telah mengeluarkan unek-uneknya yang belakangan ini ia pendam, dan akhirnya ia dapat mengeluarkannya.

"Udah stop!!! Bintang bener pa, papa seharusnya mikirin kita juga, jangan papa mau enaknya aja papa jangan egois" Angga mendukung adiknya. Sesaat mereka senyap, hingga sosok wanita itu datang, wanita yang menyebabkan semua ini. Tanpa permisi ia langsung main masuk ke dalam. Bintang semakin kesal.

"Jangan biarkan wanita itu masuk ke sini!!! Suruh dia keluar, papa juga keluar dari sini!!!" Acuh Bintang.

Brakk!!
Untuk kedua kalinya Bintang membuat kebisingan dengan membanting pintu dengan keras. Papa yang sekarang turun menemui perempuan itu, papa menceritakan semua yang terjadi dengan cepat Mira menyipratkan rayuan manisnya terhadap papa, papa sebut saja Om Hermanto. Rayuan demi rayuan ia torehkan hingga Om Hermanto terhanyut kembali, ia membulatkan tekadnya untuk melakukan perkawinan Minggu depan dan itu telah ia putuskan hari ini tanpa sepengetahuan kedua anaknya.

Bintang dan Angga hening, senyap tanpa sepatah kata terucap, perlahan Angga mengusap punggung adiknya.

"Kontrol emosi mu Tang, kasian papa juga, dia udah tua, lagian gak ada salahnya kan papa menikah lagi kan papa ada yang jagain dan ngurusin beliau" lembut Angga.

"Arahhh Mas Angga sama aja, udah gue bosen hidup kayak gini terus, besok kalau papa jadi nikah, terus hartanya di porotin sama istrinya kita mau makan apa mas?  Mikir mas mikir!" cebis Bintang sambil menoreh tangan Angga dan melesat keluar kamarnfuck Angga hanya terheran dengannya.
"Ada benernya juga sih, nanti kalau mereka nikah terus yang di bilang Bintang terjadi, brabe deh urusannya" lamun Angga.

Bintang yang perlahan menuruni anak tangga dengan ekspresi wajah kesal, dengan cepat ia menuruninya sesekali melirik kearah jam dinding yang berdeting disamping itu kedua insan paruh baya yang tampak berbincang. Bintang mengalihkan pandangannya kearah pintu utama yang kini hanya beberapa langkah lagi ia melewatinya, namun saat hendak keluar suara pria paruh baya mulai menyebut namanya.

"Bintang, kamu mau kemana?" pekiknya

"Papa tanya mau kemana?  Bukan urusan papa, papa urusin aja janda itu, fuck " pekik Bintang lalu pergi entah kemana.

Sementara itu Angga terduduk diam dalam kamarnya sambil memikirkan ucapan adiknya tadi. Sementara itu juga Om Hermanto dan Tante Mira sedang bergelut dalam Asmara di ruang tamu itu. Entahlah apa yang telah merasuki pikiran om Hermanto sehingga ia jatuh hati pada tante Mira. Dan di sisi lain juga Bintang sedang melamun dalam sepi ditepi sungai yang di aliri air yang bergemecik, suara air itu nyaring terdengar menjadi alunan penenang Bintang kala ia marah, emosinya tak tertahankan hingga ia tak habis fikir lalu berteriak.

"Arghhhhh anjin* bangsat, bego, tolol!!!!!"

Suara gemersik terdengar menghampirinya.

"Oyyy lo waras?" kata-kata itu membuat Bintang berbalik arah, ia mendapati seorang laki-laki seusianya.

"Oyy lo waras gak?  Maen teriak gak jelas mengganggu orang aja!" pekik laki-laki itu.

"Lo siapa? Ada hak gak lo larang gue tereak disini?!" Bintang mulai nge-gas.

"Emmm gak ada sih, hehehe"

"Makanya jadi orang itu gak udah sok ngatur orang lain kalau belun tau asal usul gue!"

"Iya bang sorry, ehh btw kenalin gue Riyan" ujar lelaki itu menyebutkan namanya dan mengulurkan tangan.

"Iyaaaaa gue Bintang" balas Bintang tanpa menjabat tangan Riyan.

"Mau lo apaan? Udah cukup kan kenalannya?  Udah sono pergi!" pekik Bintang mengusir orang itu.
Laki-laki yang bernama Riyan itu pergi meninggalkan Bintang yang termenung berusaha mengontrol emosi dan ego nya itu hingga hari mulai gelap.

#Kalian belum pernah merasakan betapa sulitnya melawan ego dan emosi diri sendiri, ibaratkan seperti air yang mengalir tak tentu arah tujuan, begitulah yang terjadi dalam pikiran kalian.#

Holla udah lama nih author gak mucul, ada yg kangen gak ya??  Hmmn author harap ada yang kangen, ehhh betwe kemaren author sibuk simulasi jadi lupa deh alur ceritanya dan untung sekarang udah inget yeyeyey au ah jadi curhat. Intinya tetep suport author ya dengan vote, komen, follow akun author dan sharee ke temen kalian. Ok udh dulu ya sampai jumpa besok di bab selanjutnya.  Happy reading dan salam rindu buat para readers terutama nih ya buat readers cewek uuhhh salam kangen mumpung authornya lagi jombs  🧡😘

Broken Home [End] (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang