Keadaan kelas begitu riuh, jauh dari kata tenang. Beberapa murid perempuan sibuk dengan obrolan, entah tentang apa. Sebagian besar murid menghafal ayat-ayat suci untuk disetorkan. Menghafal dengan caranya masing-masing. Ada yang menghadap ke dinding lalu menyandarkan kepalanya, ada yang memejam mata lalu menghafal dengan suara keras.
Kelas itu adalah kelas unggulan SMA plus, yayasan pendidikan berbasis Alquran. Tak heran setiap murid diwajibkan untuk menghafal Alquran. Tak hanya itu, setiap murid diwajibkan berbahasa arab, inggris, dan jepang di hari tertentu. Yayasan itu terkenal karena sekolah islam terpadu yang sistem pendidikannya sangat bagus. Semua murid dan jebolannya patut diacungi jempol karena kesuksesannya.
Seorang murid laki-laki berkulit putih terlihat tenang, ia membalikkan halaman buku yang dibacanya. Beberapa murid perempuan bergosip tentang dirinya, tapi ia tidak peduli. Dengan wajah tampannya ia selalu menjadi sorotan. Selain karena tampan, ia adalah putra tunggal pemilik yayasan tersebut.
Pemilik yayasan adalah seorang penghafal Alquran dari Mekkah, lalu menikahi wanita dari suku sunda yang cantik. Tak heran jika putra mereka begitu indah dipandang mata. Hidungnya mecung, rambut hitam pekat, alis tebal dan sorot mata tajam dengan bola berwarna hazel, juga bibir yang penuh berwarna merah. Tak hanya tampan, ia juga memiliki otak yang begitu pintar. Murid dengan hafalan Alquran terbanyak, yaitu 20Juz.
"Arfan, gak setor hafalan?" tanya seorang murid laki-laki yang baru tiba dan duduk di sampingnya seraya menggantung tasnya di samping meja.
Ya, namanya adalah Arfan Mauza Hafidz. Seorang bintang di yayasan tersebut. Ia menjawab dengan sebuah gelengan tanpa berpaling dari buku yang sedang dibacanya.
"kenapa? Tumben," tanyanya heran.
"Libur dulu, deh," jawabnya asal.
"Lain kali yang sering liburnya, Fan. Biar ane bisa kejar hafalan ente," katanya lalu membuka Alquran dan mulai menghafalnya.
Arfan tersenyum kecil. Satu hal yang selalu ia syukuri karena berada di tempat tersebut adalah, saling berlomba dalam kebaikan. Seperti menghafal ayat suci, atau menguasai kaidah bahasa arab sebagai bahasa kitab suci yang menjadi pedoman hidup seluruh umat.
Sesaat kemudian, kelas berubah menjadi hening. Semua murid kembali ke tempat duduk masing-masing. Lalu, seorang wanita berpakaian rapi memasuki ruang kelas bersama seorang gadis yang begitu asing. Seketika ruangan menjadi ramai kembali dengan bisikan pertanyaan.
"Don't be noisy and look forward, please!"* ucapnya sebelum mengucap salam.
Arfan mendengus malas, lalu menutup buku novelnya. Ini adalah pelajaran yang benar-benar tak disukainya, bahasa Inggris. Ia memperhatikan ke depan, kemudian tertegun, karena rupanya guru membawa seorang murid yang kini berdiri di depan kelas.
"Siapa?" tanyanya pada Zian, teman sebangkuya.
Zian mengangkat bahu, "cantik, ya?" tanyanya.
Arfan tak menjawab, kini keduanya fokus memperhatikan ke depan kelas. Murid baru di kelas 12 termasuk hal langka karena itu adalah kelas akhir. Sebagian besar menganggap murid pindahan itu pasti punya masalah di sekolah lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILLHOUETTE (EPILOG RINDU)
Teen FictionBagaimana harus kuungkapkan? Mengapa rasa ini tak kunjung hilang? Aku malu ... Aku sangat ... tidak pantas.