Keira mengerjap beberapa kali, entah mengapa kepalanya terasa berputar-putar.
"Jiya?"
Keira menoleh. "Eh? Hana? Kok lo-"
Dengan mata membola Keira menatap sekitarnya. "K-kenapa kalian disini?"
Keira total bingung mendapati dirinya berada disebuah ruangan kecil dengan dikelilingi teman-teman semasa SMAnya.
-----
"Jiya, kamu gak apa-apa kan?"
Keira menoleh pada Hana, kemudian mengangguk ragu. Keira total bingung, ia merasa tak seharusnya ia berada disini, seingatnya ia merasa berada di ruang tamu apartemennya menunggu seseorang. Terlebih Hana yang memanggilnya dengan Jiya, Keira semakin mengernyitkan dahinya.
"Ji, serius kamu gak apa-apa?"
Kini Tara yang bersuara. "I-iya gue gak apa-apa kok, cuma bingung."
"Bingung karena?"
"Seinget gue seharusnya gue gak disini-"
"Iyalah kalau kamu gak jatuh tadi kita semua juga gak akan ada disini," potong Atan. Keira mengernyitkan dahinya, "Jatuh?"
Tara mengangguk, "Tadi kamu jatuh dilapangan Ji, entah kenapa, yang pasti tiba-tiba."
"Lapangan? Tapi perasaan gue tadi lagi di apartemen gue deh, iya, gue lagi nunggu seseorang tadi," ucap Keira dengan yakin. Hana dan Tara saling bertukar pandang sementara Atan melihat Keira dengan aneh. "Apartemen? Kamu di apartemen siapa? Setahuku kamu dan keluargamu gak punya apartemen Ji," ucap Atan. "Apartemen gue kok, gue kan udah keluar dari rumah mama, udah 5 tahun malah," jawab Keira.
"Ji, tapi kita baru dari rumah kamu kemarin, dan rumah mama kamu bukan apartemen," ucap Hana. "Hah? Kok- Sebentar deh, seingatku kita udah gak pernah ketemu sejak- oke gue gak mau bahas itu, pokoknya kita udah lama gak ketemu makanya gue kaget liat lo sama Tara, sama Atan juga."
"Kamu habis jatuh kok jadi ngaco Ji."
Keira menatap Atan dengan tajam. "Ngaco apanya? Beneran kok! Gue berani sumpah! Kalian yang aneh tau, pakai seragam sekolah, panggil gue Jiya pula, kan udah gue bilang setelah lulus jangan panggil Jiya lagi, panggil gue Kei."
"Tara-"
"Iya bentar Han, oke jadi Kei, jawab pertanyaan gue oke? Menurut lo sekarang tahun berapa?" tanya Tara pada Keira. Keira mengernyit, "2019 lah, kenapa masih tanya?"
Hana dan Atan tidak bisa menyembunyikan raut keterkejutannya sementara Tara berdeham. "Kenapa sih? Jangan bikin panik!" ucap Keira yang menjadi panik melihat reaksi teman-temannya.
Memang kenapa? Gue gak salah kan?
"Kei lo ada ponsel?" tanya Tara. Keira mengangguk tak yakin kemudian merogoh sakunya, "Goddamn, ponsel gue kemana."
"Wow, Ji sejak kapan kamu suka mengumpat gitu," ucap Atan berdecak kagum. "Ngaco, mengumpat itu bukan sesuatu yang patut dikagumi tan!" keluh Hana. "Han coba deh kamu pijemin ponselmu ke Jiya, terus lo Kei, coba cek tanggal hari ini via ponselnya Hana," titah Tara. Hana mengeluarkan ponselnya kemudian menyerahkannya pada Keira yang disambut tawa. "Ya ampun Han, ini ponsel lo keluaran tahun berapa, kalau udah dua tahun harus ganti lho, radiasinya makin besar, masa 2019 maih pakai yang begini," ucap Keira sambil menerima ponsel tersebut.
Dan kini Keira lah yang tidak bisa menutupi keterkejutannya.
"Kalian cuma ngisengin gue aja kan? Bercanda aja, masa iya sekarang 2005," ucap Keira tak percaya. "Ji, daritadi yang aneh tuh kamu, bukan kita, tadi waktu jatuh kepalanya duluan? Kok mendadak bego sih?" tanya Atan. "Tapi kenapa-Astaga sebentar gue makin pusing ini."
"Kei, ini cuma perkiraan gila gue doang, tapi apa mungkin kalau lo pergi dari masa depan?"
-----
Gila. Benar-benar gila.
Pergi dari masa depan katanya? Keira tak habis pikir dengan perkataan Tara tadi siang di UKS. Orang macam apa yang percaya sama takhayul begitu? Keira bertekad untuk menjauhkan teman-temannya dari jangkauan film-film sains fiksi, benar-benar meracuni otak.
Keira yang masih diam di UKS sendirian, Hana, Atan dan Tara harus kembali ke kelas omong-omong, hanya bisa memandang langit-langit dengan pikiran yang melayang jauh. Mendadak kembali memikirkan perkataan Tara, yang semakin lama semakin mendapat pembenaran dalam benaknya. Tapi atas dasar apa dia harus kembali ke masa ini? Kenapa harus kembali ke 2005? Tahun kedua sekolah menengah atasnya, tahun depan ia harus mengikuti ujian nasional lagi begitu? Memikirkannya saja membuat kepala Keira semakin berputar.
"Oh kukira kamu tidur."
Keira menoleh dan mendapati Johan yang tengah menutup pintu UKS. "Lo ngapain disini? Kelas sana!" usir Keira. Seingatnya hubungan Johan dan dirinya itu tidak sedekat ini sampai-sampai Johan harus merepotkan diri datang ke UKS, sendirian.
Johan mengangkat tangannya, "Santai dong mbak, aku cuma mampir habis dari toilet, masih pusing?"
"Apa peduli lo?" tanya Keira ketus. Johan terbahak, "Galak, PMS ya?"
Keira melotot dan melempar bantal kearah Johan, "Brengsek! Pergi sana!"
"Iya-iya aku keluar nih ya, jangan kangen," ucap Johan sambil tertawa. "Sialan, tertawa saja sepuasmu."
-----
"Astaga, sekarang apalagi?" tanya Keira kala mendapati keenam temannya berkumpul di UKS. "Benar kan kataku, Jiya habis jatuh jadi galak," ucap Johan pada Esa. Sementara Esa hanya mengangguk-angguk saja mengamini perkataan Johan.
"Jadi gini Kei, berhubung gue gak yakin lo bakal inget jalan pulang, jadi gue minta salah satu dari mereka buat nganter lo pulang, dan mereka bilang terserah lo mau pilih siapa buat anterin lo pulang," jelas Tara. Keira baru saja ingin bicara namun Tara memotongnya, "Tadinya mau gue yang anterin, tapi gak bisa, gue ada urusan, Kinan sama Hana juga gak bisa nganter lo, jadi ya tolong pilih salah satu dari mereka ya?"
Keira menghela napas. Kenapa dirinya diperlakukan seperti anak kecil begini, takut tidak hapal jalan pulang katanya, ingatkan Keira untuk memukul Tara satu kali nanti.
"Kertas gunting batu aja sana, yang kalah anter gue pulang," ucap Keira malas.
-----
"Ji?"
Keira hanya berdengung malas, serius deh jengah mendengar dirinya yang terus menerus dipanggil Jiya oleh teman-temannya.
"Kamu bukan lagi iseng sama kita-kita kan?"
Keira memukul helm yang dipakai oleh Atan. "Ngapain juga gue iseng! Gue aja pusing ini gue kenapa bisa gini, suka ngaco aja."
Atan terkekeh. "Kali aja kamu isengin kita, tapi kamu beneran gak apa-apa kan? Masih pusing nggak?"
"Nggak, cuma bingung aja," ucap Keira seadanya. Pikirannya masih melayang, ternyata dirinya benar-benar lupa jalan pulang, ingatkan dia untuk membatalkan niatnya untuk memukul Tara satu kali.
"Beneran lupa jalan pulang ya?" tanya Atan. "Lo bisa baca pikiran?" tanya Keira. "Nggak, kamu keliatan bingung aja, kaya orang bego."
Dan lagi Atan mendapatkan pukulan di helmnya.
Keira total lupa kalau Atan termasuk dalam daftar kategori manusia paling menyebalkannya selama SMA. Mungkin dia akan mencoba mengingat lagi memori-memorinya selama SMA untuk beberapa waktu kedepan.
Prev ⏮▶️⏭ Next
KAMU SEDANG MEMBACA
ORENJI
Teen Fiction"Andaikata kau bisa mengulang waktu, kau mau pergi ke masa apa?" "Gila ya? Mengulang waktu itu sesuatu yang mustahil." "Ini hanya pengandaian bodoh." "Terserah padamu saja, tapi jika memang bisa maka aku akan memilih ke masa SMAku."