🎵 Chapter 04

39 0 1
                                    

Keira duduk diam di taman dekat sekolah. Pikirannya melayang, tak peduli orang sekitar yang kebanyakan berpasangan itu menatapnya dengan heran. Siapa sih yang berada di taman sore-sore begini sendirian, kentara sekali kalau ia itu tuna asmara.

Apaan sih pada liatin gue begitu. Kea gak pernah liat orang jomblo aja.

"Cewek, sendirian aja?"

Keira menoleh kemudian membuang muka.

Sinting. Ngapain ini orang kesini.

Esa, lelaki iseng itu, duduk dengan santai disamping Keira tanpa meminta permisi dari yang lebih dulu menduduki kursi taman tersebut.

"Kenapa sa?" tanya Keira yang didahului menghela napasnya sebal. Meruntuhkan ego katanya. Esa hanya tersenyum kemudian menyampirkan lengan kanannya dibalik punggung Keira. "Lagi apa Ji? Kenapa sendirian?"

Bukannya menjawab, ia malah balik bertanya.

Keira menggeleng pelan, "Entah, dirumah suntuk."

"Sama dong, aku juga bosan dirumah," ucapnya. Keira mengangkat sebelah alisnya, "Bukannya kamu anak rumahan?"

"Secara teknis iya, tapi kamu kira anak rumahan gak bakal bisa bosan dengan keadaan rumah?"

Keira mendengus sebal. Peduli setan astaga.

"Terus?" Kembali meruntuhkan egonya, Keira kembali bertanya. Setidaknya ia harus sudah mulai kembali ramah bukan pada orang-orang, toh ingatannya yang samar-samar akan kemungkinan kalau dia kembali ke masa lalu itu semakin pudar, ada baiknya menjalani kehidupan yang ada saja daripada menjadi gila akan sesuatu yang tidak pasti kebenarannya.

"Kenapa gak ngajak aku?" tanyanya. "Tanpa kupinta pun kamu tiba-tiba udah disini kan," jawab Keira kesal. "Ya, tapi kan kalau kamu ajak aku daritadi kamu gak keliatan sebagai tuna asmara."

Sialan. Belum tau kalau gue marah kayak gimana.

Tanpa diduga, Esa mendadak berpose serius. "Kenapa pula astaga," tanya Keira yang berjengit kaget kala Esa merubah posisinya. "Ji, aku punya tebak-tebakan. Jawab ya."

Sinting. Esa sinting.

Mendengung sekenanya, Esa kemudian bertanya.

"Aku ada di pagi hari dan di siang hari, tapi gak ada di malam hari. Aku apa?"

"Ada di pagi dan siang tapi gak ada di malam?"

Esa menatap Keira bosan. "Hei pertanyaannya bukan begitu."

Kali ini Keira yang menatapnya sengit. "Sama aja."

"Ya enggak lah, jawabannya jadi beda kalau begitu."

"Beda gimana?"

Esa menghela napas, "Kalau pagi, siang dan malam, jawabannya IG, kalau pagi hari, siang hari, dan malam hari jawabannya Jiya."

Aku menaikkan sebelah alisku lalu tertawa. "You already answering it then."

Esa menatap Keira dengan kesal, "Sial, menjebakku ya?"

"Aku nggak menjebakmu lho, kan kamu bisa mengelak," ucap Keira masih dengan tawanya. "Dasar menyebalkan," ucap Esa sambil mengacak rambut Keira. "Sinting! Kenapa mengacak rambutku!?" jerit Keira.

"Oh, ya ampun kasarnya," ucap Esa. "Peduli setan, aku kesal."

Esa tertawa sementara Keira merapikan kembali helaian rambutnya. "Sampai kusut, mati saja kau," gerutu Keira. "Aku nggak akan mati, tanganmu mana mampu melakukan kejahatan."

Keira mendengus sebal.

"Oiya, kenapa jawabannya begitu?"

Esa menatap Keira bingung, dan Keira hanya bisa menghela napasnya kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ORENJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang