BAB 1

10K 208 16
                                    


Namaku, Angeline. Usiaku 21 tahun. Aku baru lulus kuliah dengan predikat terbaik. Memiliki cita-cita sebagai seorang jurnalistik. Tapi, keinginanku menjadi seorang jurnalistik tidak di restui Mamaku. Jika, aku tanya, apa alasan Mama tidak suka, aku menjadi seorang jurnalistik. Jawabannya,

“Kita berasal dari keluarga terhormat. Apa kata orang, jika putri Mama satu-satunya, seorang jurnalistik.”

Status sosial yang aku miliki, menjadi penghalang untuk cita-citaku. Bahkan, Mamaku mengancam aku, akan di coret dari nama keluarga. Jika aku masih bersih keras untuk menjadi seorang jurnalistik.

Aku tahu, ini adalah pilihan sulit untukku. Tapi, aku tidak ingin hidup sebagai boneka dalam keluargaku. Aku juga, ingin menikmati hidupku sendiri.

Aku memilih pergi dari rumah. Tanpa memberitahukan ke mana arah tujuanku. Semua fasilitas yang aku miliki di cabut semua oleh Mamaku, di depan Ayah, Oppung (Nenek), kedua adik laki-laki ku.

Walau sebenarnya, dalam hatiku paling dalam. Aku berat keluar dari rumah. Tapi, aku tidak ingin menjadi boneka Mama. Menikah dengan lelaki pilihannya. Karna sudah menjadi tradisi dalam keluarga. Jika perempuan dalam keluarga kami, akan di jodohkan dengan lelaki pilihan keluarga.

Tentunya, aku tidak mau menikah. Di saat aku ingin memulai karirku. Aku juga tidak ingin menikah dengan lelaki yang tidak aku cintai. Aku ingin menikah dengan lekaki yang aku cintai.

Aku ingin mengubah pemikiran Mamaku, yang selalu mempertahankan tradisi keluarga. Aku ingin membuat perubahan. Itu sebabnya, aku memilih pergi dari rumah dan memulai karir sebagai seorang jurnalistik.

***
“Kak.” Aku menoleh ke Satria, adikku.

“Kakak yakin dengan keputusan kakak.” Aku tersenyum padanya.

“Kakak yakin. Kamu tidak perlu khawatir sama kakak. Kakak bisa jaga diri.”

“Jaga diri bagaimana? Kakak tidak memiliki uang sama sekali?” kata adikku paling bungsu bernama Eka.

“Siapa bilang kakak gak punya uang..” mereka berdua menatap aku bingung.

“Dari mana kak? Kakak sendiri yang kasih semua fasilitas yang kakak miliki sama Mama.” Tanya Satria khawatir, dia takut aku bohong pada mereka berdua.

“Kakak sudah mempersiapkan ini sejak awal. Kakak tahu, ini akan terjadi.”

“Kakak kerja tanpa sepengetahuan Mama.” Aku mengangguk.

“Kerja apa kak?”

“Rahasia..” mereka berdua kecewa mendengarku.

“Kak kasih tahu dong..” rajuk Eka padaku.

“Jika kakak bilang. Kalian tahu sendiri. Apa yang akan Mama lakukan pada kakak.”

Mereka berdua mengangguk mengerti. Mamaku memang sudah mengambil semua fasilitasku. Tapi, belum tentu. Mama benar-benar ingin aku pergi dari rumah dan pergi jauh.

Sekarang saja, aku dan bersama kedua adikku sedang diikuti oleh suruhan Mama.

“Sebaiknya, kalian berdua cepat pulang.”

“Kok kakak nyuruh kami berdua pulang. Kita baru sebentar ketemunya.” Ucap Satria kesal padaku.

“Kakak bukan gak mau bersama kalian berdua. Orang suruhan Mama sedang mengamati kita dari jauh.” Tunjukku pada mereka berdua. Orang suruhan Mama yang sadar, aku tahu mereka bersembunyi. Mereka pura-pura membeli produk di salah satu toko di mall.

“Kok bisa mereka tahu, kita mau jumpa sama kakak.” Ucap Satria bingung. “Padahal, tadi kami berdua, bilang sama Mama. Mau pergi main futsal.”

ANGEL DAN PAULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang