BAB 3

4.2K 125 2
                                    


Sudah tiga bulan Angel bekerja sebagai jurnalis di perusahaan mediaku. Dia sangat semangat dalam bekerja. Bahkan, Dia tidak pernah mengeluh dalam hal lembur. Dia selalu siap bekerja kapanpun dia diperintahkan. Aku akui, Angel sangat cepat dalam bekerja dan hasil kinerjanya juga bagus. Aku salut dengan semangat kerjanya. Dia berkeinginan kuat untuk menjadi seorang jurnalis profesional.

Selama itu juga, kabar pencarian tentang Angel masih berlanjut. Walaupun, tidak seheboh dulu. Di awal dia kabur. Bahkan, tante Rima sudah jarang  menelpon Mama dan Papa. Menanyakan hasil pencarian Angel.

Kejadian ini, menguntungkan buat aku. Kenapa? Papa dan Mama mulai melupakan perjodohanku dan tidak pernah membahas Angel dalam topik pembicaraan keluarga.

Aku pun, tidak perlu lagi. Membuat laporan bohong. Aku sudah muak. Sekarang, aku harus fokus membuat Angel menderita. Aku harus membuat dia tidak betah bekerja dan mengeluh.

Tapi, bagaimana caranya? Pekerjaan lembur sudah aku berikan padanya. Kalau marah-marah, itu tidak mungkin. Dia selalu bekerja dengan teliti. Jadi, apa yang harus aku lakukan?

Tok. Tok.

“Masuk.” Perintahku. Asistenku Samuel datang membawa beberapa berkas yang harus aku tanda tangani.

“Hanya ini saja.” ucapku memberikan berkas-berkas yang sudah aku tanda tangani.

“Tidak. Kamu harus rapat siang ini, dengan investor cina di restorant Nelayan.”

“Siang ini. Kenapa kamu baru mengatakan sekarang.” Ucapku kesal.

“Sepertinya, tidak. Kamu yang lupa. Aku sudah mengingatkan kamu jadwal rapat kamu satu jam yang lalu. Bahkan, aku membuat catatan kecil di sudut meja kanan kerja kamu.” tekan Samuel.

Ingin rasanya, memecat dia. Tapi, aku tidak bisa. Dia orang kepercayaan Papa. Selain itu, kinerja dia juga bagus. Aku juga yang salah. Bisa lupa, gara-gara memikirkan Angel. Kenapa sih Angel harus merasuki pikiranku. Awas kamu Angel. Kamu harus menderita.

***

Akhirnya, rapat aku dengan investor cina berjalan dengan lancar. Mereka mau bekerja sama dengan perusahaanku. Perusahaanku, akhirnya ada cabang di Shanghai, Cina.

Sekarang, aku mau makan. Bicara selama tiga jam dengan makan sedikit. Tidak cukup membuat aku kenyang. Meski, presentasiku berhasil. Aku masih di restoran yang sama. Aku malas pergi ke restoran lainnya.

“Permisi.” Panggilku pada salah satu waitress. Ketika waitress datang ke mejaku dan menanyakan pesananku. Aku terkejut melihat, waitress yang menghampiriku.

“Angel.”

“Bapak.” Dia sama terkejutnya denganku. Tapi, dengan cepat dia menetralkan dirinya dan kembali bekerja sebagai seorang waitress di akhir pekan.

“Anda ingin memesan apa?” tanyanya sopan dan lembut.

“Kenapa kamu kerja disini?” Dia kelihatan takut menjawabku. Matanya, menoleh ke arah manajernya yang sedang memperhatikan dirinya saat ini.

“Maaf, anda ingin pesan apa? Kami sedang menawarkan menu baru saat ini?” ucapnya seolah tidak mengenal aku sebagai bosnya.

“Apa gaji kamu kurang. Hingga kamu harus kerja disini.”

“Maaf, Pak. Bukan urusan anda, saya bekerja dimana. Sekarang Anda mau pesan Apa?” tekannya.

Aku geram melihatnya. Apa sulitnya menjawab pertanyaanku. Matanya terus menatap sang Manajer. Apa dia lebih berkuasa hingga kamu tidak takut atau segan padaku, Angel.

“Aku akan pesan. Jika kamu menjawab aku.”

“Tolong peng-“

“Ada yang bisa saya bantu, Pak.” tanya Manajernya menghampiri kami berdua.

“Aku ingin bicara dengan dia.” Angel ketakutan.

“Apa karyawan kami membuat kesalahan atau pelayanan kami kurang memuaskan, Pak.”

“Tidak, Aku hanya ingin bicara berdua dengan dia.” sang Manajer tersenyum padaku.

“Maaf, Pak. Tidak bisa, dia harus bekerja. Banyak tamu yang harus dia layani.”

“Aku akan bayar jam kerja dia.” sang Manajer tampak berpikir. Kelamaan, aku menunggu dia menjawab ‘ya’. Aku segera mengeluarkan beberapa uang kertas dan segera manarik Angel keluar dari restorant tersebut.

“Apa-apan sih, Pak. Bapak menarik saya keluar begitu saja, di saat aku sedang bekerja.” Angel marah.

“Aku sudah bayar jam kerja kamu.”

“Tapi, saya tidak mau. Kenapa Bapak maksa.”

“Kamu yang membuat aku melakukan ini. Apa sulitnya menjawab pertanyaan aku tadi. Semua ini tidak akan terjadi.” dia terdiam.

“Sekarang jawab pertanyaan aku. Kenapa kamu kerja di restorant ini?”

“Ini bukan urusan Bapak. Saya kerja dimana. Selama saya tidak membuat perusahaan Bapak hancur. Saya bebas kerja dimanapun saya mau.”

Apa yang dikatakan Angel benar. Aku tidak perlu ikut campur dalam urusan pribadinya. Terserah dia, mau kerja apa. Tapi, kenapa dia harus kerja di restoran. Jika gajinya besar, ditambah bonus lemburnya. Sebenarnya, apa yang terjadi dengan Angel.

Aku menatap punggungnya. Dia pasti lelah bekerja setiap hari. Dia tidak memanfaatkan akhir pekan. Apa yang sedang kamu lakukan Angel? Lalu, aku mengambil ponselku dan menghubungi seseorang.

“Gov, ada tugas buat kamu.”  Ucapku mematikan sambungan telepon.

***
Aku tidak percaya dengan laporan yang di berikan Govinda padaku. Govinda adalah dedektif swasta yang aku sewa. Dia berhasil mencari tahu tentang Angel. Setelah satu minggu lamanya, aku menunggu hasil darinya.

Angel selama ini kerja lebih dikarenakan biaya hidupnya di Jakarta sangat mahal. Dalam laporan Govinda. Angel menyewa apertemen kepada temannya dengan harga 10 juta tiap bulan. Padahal, apertemen yang di sewa Angel tidak cocok dengan uang sewa yang dia berikan setiap bulannya.

Pantas saja, Angel harus cari kerja lebih. Semua gaji dan bonus lemburnya dia berikan untuk sewa apertemen. Tapi, kenapa Angel tidak menyadari. Jika dia itu sebenarnya sudah ditipu sama kawannya.

Aku membuka laporan berikutnya. Aku tersenyum membacanya. Angel baru saja pindah ke tempat baru. Dia pindah, setelah tahu temannya telah menipu dia selama ini. Setelah kejadian itu, Angel tidak perlu bekerja lagi di restorant. Aku tidak perlu khawatir padanya.

Tapi, kenapa aku tiba-tiba kek gini. Kenapa aku jadi peduli dengan Angel. Seharusnya, bagus dong. Dia menderita. Kenapa aku malah khawatir sampai-sampai sewa dedektif segala.

Apa aku telah jatuh hati pada Angel. Sampai aku tidak menyadari sikapku ini. Tidak. Tidak. Tidak. Aku tidak boleh jatuh cinta pada Angel. Dia seharusnya yang jatuh cinta padaku.




 

ANGEL DAN PAULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang