Tangannya memegang erat selendag slinbag yang berisi surat dan juga beberapa kapsul obat. Jalan yang dituju pun seperti tak tentu arah dengan tatapan kosong kedepan masih dengan bayangan penyakit yang telah menyerang begitu lama tanpa ia ketahui. Pikiran hanya terus teringat akan semua orang yang sebentar lagi akan ia tinggalkan
Langkah kaki itu tiba tiba terhenti ditepi sungai yang sepi, tubuh seangkan tak mampu untuk menahan lagi beban yang ada sehingga dengan mudah begitu saja terlulai berjongkok dengan kepala menunduk
"hiks..hiks.."
Tak ada yang tau dan tak ada yang mendengar seorang pun suara isakan menyakitkan itu, hanya ada angin kencang yang menemani alunannya, dada sekelebat terasa amat sesak sehingga tangisan yang berderum deras tak bisa mengeluarkan suara serasa tertahan tertumpuk perih didada
Ingin sekali rasanya diri mengamuk pada tuhan untuk berhenti membuat dirinya seolah menyedihkan. Dia ingin menangis sendiri namun kenapa tuhan tiba tiba malah mengirimkan hujan yang deras padanya, ia tak ingin seperti ini.. Tak ingin terlalu terlihat menyedihkan dengan tubuh yang lemas dan disirami derasnya air hujan serta air mata yang membanjiri wajah
"HIKSSSS!!! EOMMA!!!! EOMMA TOLONG JANGAN JEMPUT AKU SECEPAT INI EOMMA!! KUMOHONNNNN HIKS.. AKU MASIH INGIN DISINI, MASIH INGIN BERSAMA IMO DAN MENGHABISKAN WAKTU DENGAN JONGIN!!!!! BIARKAN AKU TETAP HIDUP HIKS.. TOLONG BICARALAH PADA TUHAN DAN RAYU DIA UNTUK TAK MEMBAWAKU HIKS.. eomma..." kyungsoo berteriak begitu lancang dengan mengetuk dada yang semakin terasa menyesakkan. Sungguh diri masih ingin menghabiskan begitu banyak waktu dengan orang orang disekitarnya bukan malah dikejutkan dengan waktu yang singkat untuk bertemu dengan sang ibu yang tak pernah dilihat
"Bagaimana dengan jongin nanti? Bagaimana nanti jika dia masih ceroboh dan meninggalkan dasi ketika berangkat sekolah? Dengan siapa nantinya ia akan pergi sekolah? Siapa yang nanti akan jadi bahan jahilannya jika bukan aku hiks.."
"Bagaimana jika nanti dia sakit atau bahkan terluka hiks.. Siapa yang nanti akan membantunya mengerjakan tugas dan membuat makanan ketika ia lapar dimalam hari? bagaimana nantinya setelah aku pergi" pikirannya benar tertumpuk oleh sahabat yang setiap harinya selalu ada. Terbayang bagaimana kebiasaan yang sahabat selalu lakukan padanya sedangkan dirinya akan segera meninggalkan
"Kenapa semua terjadi begitu saja padaku hiks.. Apa orang tak tau jika aku begitu kesepian sekarang?setidaknya beri aku sebuah pelukan aku begitu kedinginan hikssss"
.
.
.Kyungsoo masih engan bergeming atau hanya sekedar punya niat untuk beranjak dari tempatnya pun tidak, bahkan air hujan yang tadi tergenang kini sudah mulai mengering menyerap. Dan langit sudah begitu gelap hanya menampilkan bulan yang kini menyinarinya diatas sana
Mata begitu sembab dengan keadaan pakaian yang sedikit basah karena sudah mulai mengering semenjak hujan berhenti, tapi tetap saja tubuh itu terasa kedinginan kala melihat disekitar tak ada seorangpun disampingnya
"jongin-naaaa.. Apa kau bisa mendengarku? Jemput aku dan bawa aku pulang.. Tolong katakan bahwa aku akan tetap baik baik saja denganmu" ujarnya melantur namun dengan pikiran yang masih waras ia berucap
Mata bulat itu berlinang kembali walau sudah dengan beberapa usaha ia mencoba menahan tapi tetap saja mata yang begitu besar kembali mengeluarkan linangan air "Kau pernah mengatakan jika kau punya kekuatan bertelepasi, dan kau akan dengan cepat datang jika aku memanggil, jadi kumohon datanglah aku takut.." bibir hatinya sudah bergemetar begitu cepat dengan wajah pasih pucat tak berwarna
Tapi kedua kaki itu kini sedang berusaha untuk bangkit dari tempat duduk yang begitu terasa dingin menusuk kulit setelah pikirannya mengatakan jika seharusnya ia melakukan hal sesuatu yang berguna bukan hanya duduk bersimpuh dengan tangisan menyedihkan
KAMU SEDANG MEMBACA
Half year of living blood
FanfictionAku dan darahku hanya akan bersama setengah tahun lagi. aku hanya berharap setelah aku tak disini, semua akan tetap baik baik saja. baik kedua sahabatku, maupun bibi ku. Aku selalu mencintai mereka