Seorang pria berkulit pucat dengan wajah lesu dan baju yang tidak bisa di bilang rapi sedang duduk di meja kerjanya dengan tumpukkan berkas yang menanti di hadapannya.
Min Yoongi--pria itu, paling benci menunda-nunda pekerjaan, apalagi posisinya selaku orang tertinggi di perusahaan membuat hampir segala hal berpusat padanya. Dan beginilah akibat jika dia menunda pekerjaannya, dia harus menyelesaikan banyak hal dalam waktu singkat yang tentu saja tidak membuatnya senang.
Namun belakangan, ada yang mengalihkannya dari urusan pekerjaan, sesuatu yang tidak bisa di hindarinya.
Sang putri.
Baru saja dirinya selesai membubuhkan tanda tangan pada laporan yang sudah di gelutinya selama hampir satu jam, ponselnya berbunyi.
Papa.
Begitu yang terpampang di layar ponselnya. Yoongi menghela nafas, ini pasti putrinya lagi.
Menyempatkan diri melirik jam di dinding, Yoongi meringis. Dia terlambat pulang. Dua puluh menit.
Mengangkat panggilan dari sang ayah, Yoongi menghela nafasnya karena suara tangis putrinya terdengar jelas sebagai latar belakang.
"Kamu dimana?"
"Masih di kantor, pa."
"Denger, kan?"
Yoongi menggumam sambil mulai membereskan mejanya. Dia harus segera pulang sebelum putrinya semakin mengamuk.
"..iya sayang, papa lagi di jalan. Sabar ya?"
Itu suara ibu Yoongi yang menenangkan anaknya. Yoongi segera memakai jasnya.
"Papa jahat! Papa gak sayang aku lagi, oma! Papa jahat, huweeee"
Dan itu suara tangisan putrinya yang membuat gerakan Yoongi semakin cepat.
"Iya, Yoongi jalan pulang sekarang."
"Hati-hati aja kalo nyetir, jangan buru-buru. Dia bisa nunggu sebentar lagi, jangan sampe kenapa-napa."
Yoongi membalas nasihat papanya dengan gumaman tanda setuju kemudian mempercepat langkahnya.
Berhati-hati memang penting, tapi tangisan sang putri membuat Yoongi hanya ingin cepat pulang dan merengkuh buah hatinya serta meminta maaf dan mengatakan betapa dia mencintai sang putri.
***
Tidak sampai setengah jam kemudian, Yoongi sudah berada di teras rumah orang-tuanya dengan suara tangis sang putri menyambut."Sayang, papa pulang," ujarnya sambil melangkah cepat menuju putrinya yang ada di pangkuan sang kakek.
"Papa hiks, papaa.."
Yoongi mengelus lembut punggung buah hatinya yang kini dalam dekapan lengan hangatnya.
"Iya sayang, ini papa. Papa udah pulang."
"Papa nakal hiks, papa jahat.."
"Sshh, maafin papa ya? Papa sayang sama Yerim, sayang banget," Yoongi membawa putrinya berjalan menjauh dari kedua orang tuanya.
Berhenti di depan jendela besar yang menghadap taman kecil yang ada di sisi rumah, Yoongi terus mengayunkan tubuhnya sambil membisikkan kalimat penenang pada sang putri.
Saat suara tangis putrinya berhenti dan di gantikan dengan suara nafasnya yang perlahan mulai teratur, bahu kanan Yoongi memberat. Buah hatinya sudah tertidur.
"Udah tidur, nak?" suara lembut ibunya terdengar. Yoongi segera berbalik dan mengangguk.
"Capek dia nangis," komentar ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE (MYG X SSW)
FanfictionYoongi berhenti mempercayai takdir saat takdir tak pernah berhenti bermain-main dengannya.