Angin berhembus mengenai wajahku. Ah sepertinya sebentar lagi hujan, ku lihat ke arah langit, yang terdapat awan hitam yang menandakan hujan akan turun.
Sebentar lagi hujan, tapi aku masih betah duduk diayunan taman ini. Aku menghela napas pelan.
Apa kalian tahu, rasanya merindukan seseorang tanpa bisa berbuat apa-apa?
Itu yang terjadi padaku sekarang. Aku merindukannya, tapi aku saja tidak tahu dia dimana sekarang.
Choi Minho, kekasih ku, ah mungkin mantan kekasihku mengilang beberapa tahun lalu.
Ia menghilang bagai tertelan bumi. Ia tidak pernah ada kabar. Mungkin temannya tahu dia dimana, tapi mereka enggan memberitahu aku.
"Lee Taemin? Kau kah itu?"
Aku menoleh ke belakang, ke arah sumber suara yang memanggilku.
Kim Kibum.
Senyumanku memudar, luka lama yang ku tutupi selama ini kembali terbuka.
Dia menghampiriku, duduk di ayunan sebelah ayunanku.
"Eumm, apa kabar?" Tanya nya pelan tapi masih jelas ku dengar.
"Menurutmu? Aku terlihat baik-baik saja?" Aku mendengarnya menghela napas. Kibum menatapku sendu.
"Maafkan aku. Aku tahu aku salah saat itu, maafkan aku Taemin" Kibum menunduk, seolah ia tak berani menatapku.
"Untuk apa meminta maaf? Bukannya kau senang sudah membuat Minho menjauh dariku?" Aku sedikit meninggikan suaraku. Tak lama suara petir terdengar seolah menentang ucapanku. Aku membuang muka, berusaha tidak luluh pada Kibum yang hampir menangis.
"Ya, aku akui awalnya aku senang! Apa kau tahu rasanya memiliki raga seseorang tapi tidak dengan hatinya? Kau tahu? Dia hanya melihatku sebagai teman, tidak pernah lebih dari itu" aku menoleh dan melihat Kibum menghapus air matanya.
"Dan kau tahu alasan sebenarnya Minho tidak menemuimu selama 4 tahun ini?" Ia kembali menangis, perasaanku mendadak tidak enak.
"Kaki Minho lumpuh total. Dan waktu penyembuhanya sangat lama Taemin. Dia pergi karena tidak ingin membuatmu khawatir. Dia tidak ingin kau melihatnya dengan kondisinya yang hanya duduk dikursi roda." Aku melebarkan kedua mataku.
"Bagaimana bisa? Bukankah awalnya ia baik baik saja?"
"Dia kecelakaan, di hari yang sama ia meninggalkanmu" aku melihat ke arah lain, berusaha tidak menangis di depan Kibum.
"Kembalilah pada Minho, Taemin"
Ucap Kibum dengan sungguh-sungguh. Menatapku seolah meyakinkan aku."Kau yakin? Aku tidak yakin, bisa saja kau menjauhkan Minho lagi, begitu?"
"Kau salah Taemin. Aku sudah menikah 2 tahun lalu" Kibum memperlihatkan cincin yang melingkar di jari tangannya.
"Aku ingin mengundangmu, tapi kurasa kau masih marah dan tidak akan datang" Kibum tersenyum miris.
Kibum meronggoh kertas kecil disakunya dan memberikannya padaku.
"Kembalilah Taemin, sudah saatnya kau pulang kepada pria yang kau cintai, aku pulang dulu, suamiku sudah menjemput" Kibum beranjak dari ayunan lalu meninggalkanku sendiri.
Aku menatap kertas itu. Nomer telpon Minho.
Aku meremas kertas itu dan terisak pelan. Haruskah aku kembali? Setelah bertahun-tahun ia meninggalkanku tanpa kabar?
Hujan mulai turun. Aku belum juga beranjak dari sini. Aku membiarkan dinginnya air hujan. Setidaknya dengan hujan, tidak ada yang tahu aku sedang menangis.
"Minho hyung.. Apa kau masih mencintaiku?"
"Minho hyung, apa kau akan memanggilku seperti biasa?"
"Minho hyung, kalau aku minta susu pisang satu dus apa kau akan membelikannya?"
"Minho hyung, apa kau merindukanku, seperti aku?"
"Aku merindukanmu, aku juga mencintaimu taeminie. Karena aku mencintaimu, aku akan membelikanmu susu pisang yang kau mau"
DEG
Suara itu.. Aku tidak merasakan ada air hujan yang menetes diatas kepalaku.
Aku mengangkat kepalaku. Aku melihat sosok yang ku rindukan selama ini. Ia sedikit berbeda, rambutnya berubah menjadi warna coklat. Tapi senyuman itu masih sama. Choi Minho, dia berdiri dihadapanku.
"Minho hyung, kau...
Grep
Ia menjatuhkan payungnya dan memeluk ku dengan erat.
"Aku merindukanmu sayang. Aku sangat merindukanmu" ucapnya hangat tepat di telingaku.
Aku membalas pelukannya. Menyenderkan kepalaku di dada bidangnya yang telah lama tidak ku sentuh.
"Kenapa kau baru muncul sekarang? Kenapa kau tidak memberitahu aku kau sakit? Apa aku tidak berguna untukmu hyung?" Minho hyung menangkup pipiku. Menghapus airmata yang menyatu dengan air hujan.
"Aku tidak mau membuatmu khawatir sayang. Aku tidak mau kau melihatku dengan kondisi seperti kemarin" tak lama aku merasakan benda kenyal itu menempel pada bibirku. Minho melumat bibirku dengan lembut, menyalurkan kerinduannya selama beberapa tahun padaku. Aku membalas ciumannya, memeluk lehernya, seakan tidak akan ada hari esok. Minho hyung memeluk pinggangku, tidak memperdulikan kedua baju kamu telah basah.
Minho hyung melepaskan pagutannya lalu menghapus jejak saliva dibibirku.
"Ayo, kau bisa sakit jika terlalu lama disini"
============
Disinilah aku sekarang, di apartement Minho hyung. Aku memakai kemejanya yang kebesaran di tubuhku. Aku duduk dimeja makan sambil memerhatikannya membuat coklat panas.
"Kau masih kedinginan sayang?" Tanya Minho hyung yang telah kembali membawa dua gelas coklat panas.
"Eum sedikit" jawabku lalu meminum coklat panas yang telah ia buat.
"Aku sedikit menyesal memberikanmu kemeja itu"
"Eh? Memang kenapa?" Ku lihat mengacak rambutnya frustasi. Minho hyung menarik pinggangku dan duduk di pangkuannya. Seakan tidak memberikanku waktu, ia menciumku seperti di taman tadi. Bedanya, ia sedikit menggigit bibirku.
"Ahh" desahanku lolos.
Minho hyung menciumi leher dan collarbone ku. Napas kami terengah. Aku meremas rambutnya pelan. Ia menghentikan aktivitasnya dan menatapku lekat.
"Lee Taemin, menikahlah denganku"
Cukup gaes aku tidak sanggup.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHINee 2Min World
Fanfictionsekumpulan oneshoot 2min. kadang baku, kadang non baku, tergantung suasana hati.