Bel pulang sekolah berdering sangat nyaring. Semua murid terlihat keluar dari kelasnya dengan raut wajah bahagia. Akhirnya, bel yang mereka tunggu telah tiba. Mereka bisa melepas rasa penat yang amat sangat karena pelajaran seharian ini.
Benar-benar menguras tenaga!
"Mau kemana? Kok cepet-cepet?" tanya Fani yang merupakan teman sebangkunya.
Ruby melebarkan senyumannya, memperlihatkan dua buah lekukan di kedua pipinya. "Mau nemuin Roby," jawabnya riang.
Fani mendesah berat. "Yayaya. Yang lagi jatuh cinta mah mau gimana lagi."
Ruby terkekeh mendengar ucapan Fani. "Iya, kayak pas lo suka sama tetangga sebelah."
Wajah Fani terlihat memerah. Lalu dengan asal, dia melempar gulungan kertas sampah yang ingin dia buang ke arah Ruby. Lemparannya tidak terkena, justru malah mengenai teman sekelasnya yang lain.
"Eh, maaf. Nggak sengaja," ucap Fani kepada Fajar-teman sekelasnya.
TUK!!
Gulungan kertas yang tidak sengaja dia lempar mengenai Fajar kini sukses mendarat di dahi Fani membuat cewek itu kaget. "TAEK LO, JAR!"
Si biangnya malah sudah kabur membuat Fani mengumpat kesal.
Ruby tertawa. "Mampus lo!"
Fani mendelik kesal, namun sedetik kemudian wajahnya berubah. "Mau gue temenin ketemu Roby nggak?"
"Alah, mau ketemu Brian kan lo?" tebak Ruby yang sudah tau akal bulus Fani.
"Tau aja neng."
Selanjutnya keduanya menuju lapangan basket indoor. Saat itu lapangan lumayan ramai karena anggota cheerleaders juga latihan di sana.
Ruby menatap satu persatu orang di sana hingga matanya menangkap wajah yang sangat dia kenali. Ruby tersenyum lebar saat Roby tak sengaja menatap ke arahnya, meski hanya beberapa detik karena cowok itu langsung membuang muka.
"By! By! Liat deh si Brian! Dia keren banget!"
Fani menepuk lengan Ruby berkali-kali karena terpesona oleh pesona Brian yang sedang bermain basket di dalam lapangan. Apalagi saat Brian mencetak angka dan menyugar rambutnya menggunakan jari tangannya. Fani rasanya ingin pingsan saat itu juga.
"Gue mau ke Roby."
Ruby langsung pergi begitu saja membuat Fani tersentak.
"Ih, ikuttt!!"
Dari kejauhan Roby sudah merasa bahwa bencana akan datang. Dan ketika Ruby sudah berdiri di hadapannya, Roby hanya bisa pasrah.
"Minggir! Lo nutupin gue yang lagi nonton basket," ucap Roby dengan nada datar tanpa menatap Ruby.
"Aku boleh duduk sini?"
Roby melirik tempat duduk disamping kanannya yang kosong, lalu dengan cepat langsung menaruh tasnya di sana agar Ruby tidak bisa duduk.
"Boleh? Oke, makasih."
Dengan senang Ruby mengambil tas Roby dan ditaruh di bawah. Ruby duduk disamping Roby dengan senang, sedangkan Roby langsung berdecak, menggeserkan tubuhnya agak menjauh dari Ruby.
"Woi! Geseran woi!"
Roby menoleh kesamping kirinya saat merasa seseorang mendorongnya agar bergeser kembali ke kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SET OUR TIME
Teen FictionJika dia ditanya, hal apa yang paling ia takuti di dunia ini, jawabannya adalah waktu. Dia tidak takut dengan hantu. Dia tidak takut dengan kematian. Hanya waktu yang dia takuti. Kenapa? Karena waktu adalah segalanya. Dimana ia akan membawamu ke mas...