"Eiiiiitssss... mau kemana kamu anak bandel?" Tanya Malak alias Mama galak saat melihat gelagat Farissa gampangnya panggil saja Icha supaya tidak kepleset lidahnya menjadi markisa.
Mata Malak sudah melotot. Farissa jadi khawatir mata Malaknya gelinding jatuh seperti bakso yang jatuh menggelinding keluar dari mangkoknya.
Aih gagal maning. Gagal maning.
Ini sudah usahanya yang kesekian kali untuk kabur dari ruangan berhawa layaknya ditengah badai salju. Alias ruangan mewah dengan banyak fasilitas keren dan berharga fantastis milik Malak.
Please jangan plesetin panggilan sayang Mama aku jadi Valak.
Walaupun sebelas duabelas nyereminya. Tapi Malak yang paling the best.
"Ehehehe... mau jalan bentar ngambil chiki di depan. Janji deh Icha langsung balik."
"Janji manis aja kamu. Entar juga Mama diphpin lagi. Udah duduk.. duduk. Jangan-jangan pantat kamu bisulan daritadi mondar mandir kaya setrikaan Mbak Alya."
Walaupun cemberut Farissa mendaratkan bokong nya di sebelah Malak yang sedang sibuk dengan komputerya.
Farissa menggigit bibirnya gelisah. Tidak tahan dia rasanya berada di ruangan sang Mama yang hampir membekukan semua saraf saraf cinta yang bersarang ditubuhnya.
Huweee... dia juga butuh hawa segar. Dari pelanggan supermarket misalnya.
Satu-satunya cara agar Farissa dapat menggeniti laki-laki ganteng berdompet tebal tapi bukan karena sumpelan kertas bekas hanya dengan menjadi kasir di supermarket milik sang Mama.
Anehnya bukannya senang putrinya yang paling cantik ikut membantu memajukan kesejahteraan pegawai asli kasir yang kerjaanya cengengesan dan menyeruput coffe latte saat Farissa menggantikan tugasnya. Mamanya malah uring-uringan tidak jelas.
Yang katanya mesin kasir bisa meledak lah kalau ditangan Farissa. Dan masih banyak ini itu yang membuat Farissa tidak bebas memandangi laki-laki yang berpotensi menjadi imamnya kelak.
Menginjak umur 21 tahun. Entah kenapa hormonya mencari laki-laki yang tidak hanya cihuy secara fisik tapi cihuy juga secara finansial dan segala tetek bengeknya menjadi lebih tinggi.
Farissa sudah merasa umurnya sudah pas untuk menjadi seorang istri dan menjadi seorang ibu yang menyayangi keluarga kecilnya.
Aih jadi baper si Icha.
"Minta susunya dong Ma. Aus." Tangan Farissa sudah menyentuh kotak susu ultraman. Tapi tangannya keburu di tepis.
"Ichaaa ya ampun. Di pojokkan kulkas masih belum pindah. Kamu nggak akan tersesat cuman ngambil minum disana." Omel Syafira memindahkan kotak susunya sejauh mungkin dari jarak pandang putrinya.
"Mama pelit ih. Yaudah Icha ambil di luar aja."
Farissa cengengesan dan sudah berdiri hendak menyongsong pintu. Lagi-lagi kerah belakang kaosnya ditarik sang Mama.
"Icha bingung. Sebenernya Icha anak Mama apa anak kucing sih. Tarik tarik mulu deh."
"Anak kucing! Mama ama Papa nemu di dekat bak sampah."
"Mama jahaaaaat." Farissa mencebikkan bibirnya lalu menghentak-hentak kakinya di lantai.
"Nggak usah kemana-mana. Kamu disini aja. Mama nggak mau kamu bikin ribet di depan. Cukup kemaren komputer kasir tiba-tiba rusak. Udah kamu ongkang-ongkang kaki aja di sini. Kipasin Mama, lebih berkah." Syafira menarik kerah belakang putrinya untuk kembali duduk.
Farissa menyandarkan punggungnya. Aha!! Dia punya ide. Aduh otaknya memang benar-benar cemerlang.
Satu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bapak, Jadi Imam Saya Yuk![Complete]
HumorFarissa, si muslimah ulet keket yang tidak bisa diam barang sejenak. Menyukai duda Satria baja hitam yang cool bagai kulkas berjalan. Bagaimana jadinya?