Part 2 - DAY

274 61 99
                                    

RE-SAH |1040 words|

RE-SAH |1040 words|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

4 jam yang lalu

SINAR MATAHARI mengintip di balik gorden. Aku menarik napas dalam, lalu menghembuskannya pelan. Satu-satunya ruang lengang untuk bernapas lega hanyalah di sudut jendela sana yang juga tertutup pagar. Udara sedikit terbebas dari bau tajam besi berkarat yang menusuk hidung.

Aku mengetuk pagar jendela yang terpasang vertikal. Suaranya sampai membuat gema di ruang kosong. Di satu sudut ada setumpuk barang bekas yang disusun rapi oleh Ayah. Barang itu bergeser dan membuat suara decitan membuatku sampai terkesiap kaget. Bunyinya mengakibatkan suara gema yang bertalu-talu. Aku mengintip sedikit, ternyata kayu penyangganya sudah mulai dimakan rayap. Hampir saja aku berpikir ada orang lain di gudang ini.

Sebenarnya, aku berencana mengubah tempat ini menjadi sebuah studio musik. Sekaligus basecamp untuk anggota Evos -nama band yang dilatih oleh Akana. Sehingga kami tidak perlu bersusah payah membayar patungan untuk biaya sewa tempat latihan yang kedap suara, atau mendapat teguran habis-habisan dari tetangga karena kami latihan di rumah anggota. Kami hanya perlu memasang insulin dan selanjutnya berlatih tanpa khawatir akan masalah lain.

Kurasakan ponsel di saku bergetar. Aku memeriksanya dan nama 'Bunda' langsung tertera di layar.

Bunda: Sudah sampai mana kau, Ale?

Aku mengerjap. Ah ya, hampir saja aku lupa akan jadwal mingguanku. Aku masih harus menemui Bunda di tempat kerjanya dan belajar darinya. Semacam les pribadi dengan sarjana magister. Di sanalah suatu keberuntungan sekaligus kesialan bagiku, karena selain menambah ilmu aku juga harus rela jika Minggu cerahku terpotong dalam kegiatan belajar -yang seharusnya hanya ku lakukan di universitas.

Yah, bisa dikatakan aku hampir tak memiliki waktu luang selain di hari Sabtu. Karena kalaupun ada, pasti kuhabiskan untuk berlatih lagu bersama Evos. Atau jika membolos, aku minggat ke rumah Jeya karena di rumahku benar-benar sepi, sementara di rumah Jeya ada adik Frey yang selalu siap jika ku ajak bermain.

Ace sibuk dengan tugas akhirnya, Bunda merawat pasien di rumah sakit, dan Ayah bekerja di kantor. Khusus untuk hari Minggu, Bunda memintaku untuk menerima materi darinya. Karena kami sama-sama menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran. Ia ingin supaya aku bisa melebihi kemampuannya.

Ku lihat pakaianku, masih memakai piyama motif pisang dengan sandal jepit berwarna kuning. Sama sekali belum ada persiapan. Ace bahkan sempat mengajak keliling alun-alun kota untuk refreshing. Ia tampaknya juga lupa dengan jadwalku. Plan di hari Minggu memang benar-benar tak akan pernah terlaksana karena aku harus menyusul Bunda segera.

RE-SAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang