Sinar matahari menerobos masuk ke celah sebuah kamar dimana di dalam kamar tersebut ada seorang gadis yang sedang tidur dengan lelapnya. Tak lama kemudian ia mengerjapkan matanya merasa terganggu dengan sinar itu.
Kemudian ia bangun dari tidurnya, mencoba mengumpulkan nyawa terlebih dahulu lalu bergegas masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya untuk membasuh muka dan tidak lupa membersihkan gigi nya.
Setelah selesai dengan kegiatannya ia pun keluar dari kamar mandi dan pandangannya langsung tertuju ke arah jam dinding di kamarnya. Pukul 06.45.
Abella menghela napas. Sudah 2 tahun berlalu, namun kenangan-kenangan buruk itu masih terus menghantui pikirannya. Ia ingin sekali sembuh, tapi kenangan yg membuatnya takut itu membuat dia lagi-lagi gagal untuk menghadapi rasa takutnya.
Abella melangkah perlahan ke arah jendela kamarnya. Termenung beberapa saat, menunggu orang yang dinantikan nya keluar dari rumah yang tidak jauh dari rumahnya.
Dan tepat 5 menit kemudian, seseorang itu keluar. Menggunakan seragam yang di balut dengan jaket hitam dan sebuah ransel yang di sampirkan di pundaknya.
Tak lama kemudian tatapan mereka bertemu, Abella memasang senyum manisnya lalu melambaikan tangannya.
Orang itu juga tersenyum geli melihatnya, sudah bukan hal aneh lagi jika setiap ia akan berangkat sekolah pasti Abella akan ada di jendela kamar, dan menatapnya seperti ini.
Lalu ia pun ikut melambaikan tangannya tak lupa dengan wink andalannya yang selalu berhasil membuat Abella terkekeh.
Abella mengepalkan tangannya keatas dan menggerakan mulutnya tanpa suara 'Semangat Arvin'. Setelah itu tanpa melihat respon Arvin, ia membalikan badannya dan bergegas turun ke bawah untuk sarapan.
Itulah awal pagi yang sering dilakukan Abella untuk seorang Arvin.
Arvin, tetangga sekaligus sahabatnya dari kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
neighbour
Teen Fiction"Ar, makasih ya?" "Makasih? Untuk?" "Makasih udah mau jadi sahabat gue meskipun lo udah tau gue gak sebaik yang lo kira. Dan terpenting, selalu ada saat gue butuh sandaran." "Semua itu gak gratis Abe." "Hah? Maksudnya?" "Lo harus bales kebaikan gue...