Menyerah

56 3 0
                                    

* Nena findi Yani
* Putra Alen najaya





Memangnya apa yang bisa seseorang lakukan di saat dia depresi dan hanya sendirian? Menunggu kematian,atau pergi menemui kematian.









Let's begin..










Aku baru saja keluar dari ruang kepala sekolah,biasanya hanya masuk ruang BK (bimbingan kesiswaan) tapi kali ini aku di panggil langsung oleh kepala sekolah,kalau masuk ruang BK tidak beda jauh, aku selalu saja dapat hukuman,scorsing,membersihkan toilet,sampai berlari keliling lapangan,aku sudah pernah merasakan itu semua,dan hari ini aku dipanggil kepala sekolah bukan untuk diberi hukuman melainkan di drop out dari sekolah.

Aku duduk di bangku dekat parkiran,melihat dan merenung tentang amplop putih yang kini jadi ketakutan ku untuk pulang,apa aku kabur saja?

Aku menggeleng,meyakinkan pada diriku sendiri kalau aku bisa,aku berani,aku masih kuat.

Kemudian aku kembali berdiri dan pulang kerumah

~~












Sesampainya aku dirumah,aku melihat sendal ibu ku,beliau ada dirumah,aku membuka pintu itu dengan perasaan harap harap cemas.

"Eh Nena tumben sudah pulang?ohh buat ulah lagi?" Pertanyaan ibu ku barusan sukses membuat aku diam dan menunduk dalam.

"Bawa apa tuh?amplop apa?" Tanya ibu ku seraya berjalan mendekat ke arah ku.

"Coba ibu lihat!" Ibu sudah mengulurkan tangannya meminta amplop yang kini masih setia ku genggam erat,harus ku berikan atau aku bakar saja?

"Sini" benda itu di rampas begitu saja,aku hanya bisa diam dan menyiapkan telinga ku.

"Astaga,kamu di keluarkan dari sekolah?!"

Aku menutup mataku saking terkejutnya dengan nada suara ibu yang naik oktafnya.

"Apa yang kamu lakukan?kenapa bisa kamu di keluarkan?"

"Bukan salah ku Bu,aku sudah bilang anak-anak itu mengganggu ku" kata ku sambil mencoba melihat ibu dan menatap matanya.

"Kamu selalu salah kan orang lain,harusnya kamu salahkan diri kamu sendiri,berubah.. kenapa kamu masih saja jadi anak yang menyusahkan keluarga mu?"

Aku diam,masih menatap ibu ku namun kini ditemani air mata yang datang tanpa ku perintah.

"Ibu seperti tidak ada guna nya melahirkan mu,sejak kecil kamu selalu saja menyusahkan,heran.. kalau saja dulu ayah mu tidak melarang ibu membuang mu ke panti asuhan sudah pasti ibu akan hidup tenang bersama Luna dan ayah sekarang"

Lagi,lagi dan lagi.. aku mendengar pernyataan ini dari ibu ku sendiri, kadang aku berfikir apa mungkin aku bukan anak kandung ibu sehingga ia bersikap beda antara kepada ku dan kakak ku,Luna.

"Ibu harus bagaimana?kamu fikir menyekolahkan mu itu tidak pakai biaya?"
"Seharusnya kamu seperti kakak mu,sekolah,jadi anak pintar,lulus dan dapat pekerjaan sehingga meringankan ibu,bukan seperti kamu"
"Kerjaan nya hanya dapat hukuman,nilai pun tidak ada bagus bagusnya,kamu ini anak siapa sih??"
"Apa mungkin kamu an___"

BRAK

belum sempat ibu ku menuntaskan amarahnya,aku sudah lebih dulu keluar sambil menutup pintu sekeras kerasnya,ibu ku di dalam sampai berteriak memanggil ku,tapi tidak ku hiraukan, mendengar ibu ku bicara seperti itu hanya membuat ku ingin mati.

~~














Sudah gelap,sudah mulai malam,dan aku sedang berada di atas jembatan penyeberangan, melihat ke bawah dan menghitung berapa mobil yang lewat,aku sudah seperti ini sejak beberapa jam yang lalu,rasa haus dan lapar di tubuh ku,ku hiraukan begitu saja.

OneShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang