Chapter 62

1.4K 142 5
                                    

Chapter 62 - Su Jian Menyadari Kalau Tampaknya Yize Tidak Peduli Padanya Lagi

Yize tidak berbicara untuk waktu yang lama.

Angin sepoi-sepoi gunung bersiul, membawa udara sejuk dari hujan. Mereka berdua saling memandang diam-diam. Tiba-tiba, selain suara angin, hanya ada kesunyian.

An Yize menurunkan matanya. Wajahnya sama seperti biasanya, tanpa ekspresi. Tapi, Su Jian mengenalnya dan bisa mengatakan kalau itu bukan kelumpuhan wajah yang biasa. Sebaliknya, dia tampak ... sangat sedih.

Sampai saat ini, dia sudah melihat An Yize terdiam dan senyumnya. Dia sudah melihat kemarahan An Yize dan kelembutannya. Tapi, dia belum pernah melihat An Yize terlihat begitu pendiam dan kesepian.

Su Jian tidak berpikir kalau dia adalah orang yang berempati. Meski begitu, dia tidak yakin kenapa dia merasa tidak nyaman saat melihat An Yize seperti ini.

(Paboya!!! 😢😢😢)

Dalam hidupnya, dia tidak pernah benar-benar disukai oleh seorang gadis. Sementara itu, pria yang selalu dia perlakukan sebagai saingan cinta ini memiliki banyak gadis yang jatuh cinta padanya. Tapi, dia ditolak dua kali oleh orang yang dia sukai. Di antara mereka berdua, Su Jian tidak tahu siapa yang kehidupan cintanya lebih tragis.

Dalam suasana ini, Su Jian tidak tahu harus berkata apa. Dia hanya bisa memanggil dengan canggung, "Ayo pergi." Lalu, dia memimpin dan berjalan lebih dulu.

Setelah mereka turun dari Xifeng, mereka berdua tidak pergi ke tempat lain dan langsung kembali ke Jin Suo Guan. Mereka berjalan menyusuri jalan yang mereka gunakan pada hari pertama dan kembali ke Canglong Ridge. Lalu, mereka berbalik ke arah "Zhi Qu Hua Shan Dao" dan menuju ke bawah gunung.


Su Jian secara khusus memilih jalan ini untuk turun gunung, mencoba yang terbaik untuk menghindari menggunakan sama dengan jalan yang mereka ambil gunung. Dia ingin pamer ke An Yize. Tapi, melihat situasi mereka berdua sekarang, dia hanya bisa menutup mulutnya dengan malu dan memimpin jalan.

Awalnya, jalan itu relatif datar. Tapi, kaki Su Jian berubah sakit karena dia sudah mendaki gunung untuk semua kemarin. Rasa sakitnya sangat jelas saat dia turun gunung. Jadi, meskipun itu jalan yang relatif datar, tetap saja menyiksa untuk berjalan. Tapi, melihat keheningan An Yize, Su Jian hanya bisa menghadapinya dan tetap diam.

Meski begitu, semakin jauh mereka berjalan, semakin curam jalan dan semakin besar bahayanya. Selain itu, bebatuan semuanya licin karena hujan. Ada banyak saat di mana Su Jian harus berbalik dan turun ke belakang sambil berpegangan pada pagar logam. Adapun An Yize, dia sudah turun sambil menghadap ke depan sepanjang waktu jadi tidak bisa dihindari kalau Su Jian akan menghadapinya. Su Jian mengintip ke arahnya hanya untuk melihat An Yize dengan wajah tenangnya yang biasa, tanpa ekspresi. Tapi, tepat saat Su Jian melihat ke atas, orang lain kebetulan melihatnya juga.

Su Jian berkata dengan datar, "Jalannya licin, haha."

An Yize menganggukkan kepalanya diam-diam, tidak mengatakan apa-apa seperti biasa.

Su Jian merasa kalau atmosfer ini terlalu canggung. Oleh karena itu, ia mencoba yang terbaik untuk mengambil langkahnya, berjalan ke depan dalam satu napas dan menjauhkan diri dari An Yize. Berbalik di sudut, dia melihat ke belakang diam-diam dan menyadari kalau An Yize tidak lagi terlihat. Dia menyantaikan bahunya dan mengeluarkan napas besar.

Sejujurnya, dialah yang sudah meraih kemenangan. Seharusnya sudah waktunya baginya untuk merasa bangga, jadi kenapa dia merasa lebih sedih saat ini? Su Jian memandang ke arah gunung yang jauh dan menghela nafas panjang: Aku merasa bersalah meskipun aku berurusan dengan saingan cintaku. Sungguh, aku dilahirkan murni dan baik hati!

Reborn As My Love Rival's Wife ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang