"On some days, my heart flutters for no reason."
➣ Hari Senin, minggu kedua semester genap dimulai, Minho sangat bersemangat. Senyuman manis tidak luput dari bibirnya. Matanya memancarkan sebuah cahaya cerah yang dapat membuat siapa pun yang melihatnya tersenyum.
"Bunda masak apa?" ujarnya setelah mengecup pipi seorang wanita paruh baya.
"Cuma telur dadar, Bunda telat bangun tadi," balas lawan bicaranya.
Minho mengangguk pelan. "Sekalian sama bekal Minho?"
"Iya, kamu sarapan di rumah atau di sekolah?"
"Di sekolah aja deh Nda, takutnya Hyunjin udah nungguin," Minho tersenyum manis memamerkan dua deretan giginya.
"Iya deh, nih bekalmu. Hati-hati di jalan ya sayang," yang dipanggil Bunda menyahut.
Minho mengangguk dan dalam kurun waktu dua menit pria manis itu telah berada di luar pagar rumah tetangganya. Senyuman lebar tersemat dengan rapi di bibirnya. Jemarinya mengenggam telepon pintarnya dengan erat.
"Hyunjin!" Minho melompat-lompat kecil beberapa kali ketika kedua bola matanya menangkap Hyunjin yang tengah keluar dari rumahnya. Pipi Minho memerah melihat penampilan Hyunjin.
Pakaian Hyunjin cenderung biasa saja. Baju yang dikeluarkan setengah, tidak ada tali pinggang, kaus kaki dibawah mata kaki, tas punggung yang menggantung di lengan kanannya dan sepatu hitam dengan tali oranye cerah. Tipikal anak nakal yang sedang ingin membuat guru-guru di sekolahnya pusing.
Namun Minho menepiskan semua pakaian yang dikenakan Hyunjin dan hanya fokus terhadap satu titik. Jaket.
Jaket hitam dengan strip merah di beberapa sisinya itu dikenakan Hyunjin.
Jaket pemberian Minho.
"Ngapain?" Hyunjin berujar datar di balik pagar rumahnya. Jemarinya sedari tadi tengah membuka gembok yang mengunci benda besi itu namun enggan untuk menariknya terbuka.
"Mau berangkat bareng!" Minho berseru dengan semangat.
"Emang gue ada bilang mau berangkat bareng lo?" sebuah intonasi sinis terdengar oleh Minho.
"Kan kamu udah janji mau nganterin aku ke sekolah setiap hari Senin, Rabu sama Jumat," Minho berkata pelan. Kepalanya menunduk, senyumnya hilang.
Hyunjin mengernyitkan dahinya. "Kapan?"
"Pas Changbin nganterin aku Kamis lalu. Kamu tiba-tiba dateng ke parkiran sambil marah-marah," Minho memberanikan dirinya untuk menatap Hyunjin.
"Gue gak inget, dan lagi, gue hari ini gak bisa," Hyunjin berkata dengan cuek. Ia membalikkan badannya, memunggungi Minho dan berjalan menuju sepeda motornya.
"Tapi kan udah janji," cicit Minho. Pria manis itu kemudian menghela napas dalam dan menggeser pagar besar itu terbuka. "Ya udah deh, sana pergi. Hati-hati."
Kemudian Hyunjin melesat menaiki sepeda motornya, meninggalkan Minho yang bersender pada tembok rumah Hyunjin. Minho sudah siap untuk meluncurkan air matanya jika saja sebuah tepukan halus di kepalanya tidak mengagetkannya.
"Eng?" dengan beberapa kerjapan mata, Minho menatap seorang pria yang berdiri di hadapannya dengan heran. "S—ah, siapa?"
Pria itu tersenyum lembut. "Sepupu Hyunjin dari Australia, Christopher, panggil aja Chan."
"Ah, halo. Gue Minho, temen Hyunjin dari masih oek," Minho terkekeh pelan. "Gue belum pernah lihat lo sebelumnya, salam kenal ya Chan!" Minho melanjutkan perkataannya dengan sebuah senyuman lebar.
Lalu sejak detik itu, Christopher Chandra dengan bangga mendedikasikan dirinya menjadi budak cinta seorang Muhammad Minho Syahreza.
— — — — —
lanjut gak? 👀
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Fool ft. ChanHoHyun
FanfictionChan suka Minho, Minho suka Hyunjin. #1 hyunho #2 hyunknow #1 hyunknow #2 banginho