Dia yang Menolongku

88 40 0
                                    

Waktu itu aku hanya anak kecil, tak pandai berkata dan berjanji
Sekarang aku sudah menua
Dengan jutaan rangkaian kata
Yang terucap dan terukir di hidupku
Aku hidup sebagai budak pena dan kertas
Yang hanya bisa menggenggammu erat dalam tulisanku, tanpa bisa benar-benar memiliki cintamu~

Poem from Author.

################################

"Astaga, apa yang sudah kulakukan? Dasar bodoh! Kenapa aku tidak bisa mengontrol diriku saat bersamanya tadi?" Gumam Richard yang merutuki dirinya sendiri.

"Bagaimana ini? Aku harus minta maaf padanya. Cindy, kuharap kau mau memaafkanku lagi" batinnya menyesali apa yang telah diperbuatnya.

Ingatan Richard kembali melayang pada masa lalunya ketika ia masih mengenali sosok gadis kecil yang bernama Cindy sebagai anak yang periang dan ramah. Senyumnya hangat seperti mentari pagi di musim semi yang membuainya untuk terbangun dalam hibernasi panjang musim dingin. Pertemuan pertamanya yang tak disengaja karena Cindy yang hanya seorang gadis kecil berhasil menyelamatkannya dari siksaan maut para penculik, membuatnya tak pernah bisa melupakan nama gadis itu meskipun sudah bertahun-tahun yang lalu. Ingatan Richard kembali pada saat sebelum orangtuanya menjemputnya di rumah kecil yang ada di tengah ladang kering saat itu.

"Bagaimana kamu bisa sampai ke sini?" Tanya wanita pemilik rumah tersebut.

Richard kecil hanya diam tak menyahut dan bersuara. Dia takut jika salah bicara pada Nyonya pemilik rumah dan membuatnya marah.

"Richard tidak tahu di mana rumahnya, jadi saat ini dia tersesat. Makanya aku membawanya kemari supaya Mama dan Papa bisa bantu Richard" kata Cindy menjelaskan.

"Gimana bisa kamu sampai tersesat Nak? Apa kamu tahu nama orangtuamu?" Tanya wanita yang dipanggil mama oleh Cindy.

"Harold Oliver dan Rachel Friesmann" jawab Richard yang masih bersembunyi di belakang bahu Cindy.

"Kemarilah duduk di sini. Jangan sungkan-sungkan, anggap saja rumah sendiri" wanita itu mempersilahkannya duduk di meja makan siang bersama.

Setelah selesai, Cindy kecil mengajaknya ke pekarangan rumah, mengajaknya dan menemaninya bermain di padang ilalang mencari kunang-kunang di senja hari. Semua kunang-kunang yang mereka tangkap dimasukkan ke dalam toples kaca bening sehingga mereka tetap bisa melihat indahnya kelap-kelip cahaya kunang-kunang. Perkenalan pertama mereka yang cukup melelahkan hingga akhirnya bisa tiba di rumah kedua orangtua asuh Cindy, langsung mereka lupakan karena sangat senang sampai lupa kalau mentari sudah tidak berada di ufuk barat lagi.

Tepat saat purnama telah terbit, mereka duduk bersandar di bawah pohon tua karena kelelahan sehabis bermain.

"Tadi saat aku membawamu pergi dari rumah kosong, sebenarnya aku juga sedang kabur dari rumah"

"Sebenarnya aku mau datang ke sini, tapi saat diperjalanan aku mendengarmu dari luar rumah itu. Jadi aku masuk dan melihatmu di sana. Aku kira saat sampai di rumah ini, aku hanya akan bertemu dengan mama dan papa saja. Tapi ternyata aku juga bertemu teman baru sepertimu. Di rumah, aku tidak punya teman. Tapi di sini aku sangat senang karena bisa bertemu teman yang baik sperti Richard. Richard mau kan jadi temanku?" Tatap Cindy memohon dan memegang tangannya.

"A..aku.." Richard tak menjawab karena bingung dengan gadis yang ada di hadapannya.

Tatapan permohonanya seolah mengartikan bahwa Richard tak boleh menolaknya. Tanpa suara Richard menjawabnya dengan anggukan.

"Richard tahu tidak? Kunang-kunang ini mirip sepertimu, bedanya kalau kunang-kunang bercahaya. Walaupun Richard tidak bercahaya, tapi Richard bisa nemanin aku seperti kunang-kunang ini" kata Cindy seraya memain-mainkan toples berisi kunang-kunang tersebut.

Bahagialah CinderellakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang