Suara adzan berkumandang dan terdengar ke kamar yang bernuansa abu-abu muda yang menjadi bagian ruangan paling disukai Renatha. Renatha dan Zara terbangun dari tidurnya lalu dengan segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan kewajiban sholat shubuh bersama.
Setelah selesai Renatha dan Zara sarapan dengan roti bakar yg baru saja dibuat bersama-sama."Za, serius 'dia' udah pulang?" Tanya Renatha dengan sedikit khawatir.
"Iya Re, sebenarnya gue nggak boleh kasih tau ini sama lu. Tapi ngelihat kejadian semalem gue jadi pengen banget ngomong itu." Zara kembali memakan rotinya.
"Hari ini 'dia' sampe di indonesia. Dan hari senin 'dia' mulai sekolah lagi bareng kita." Lanjut Zara.
Renatha tersedak mendengar 'dia' akan sekolah bersamanya mulai hari Senin.
"Kalo menurut gue sih, lebih baik lu sama Alvarel aja deh." Lanjut Zara yang kembali membuat sahabatnya tersedak.
"Za, kalo gue mati mendadak gimana?!" Ucap Renatha dengan wajah polos.
"Hahaha, percaya deh sama gue. Alvarel bisa buat lu bahagia lagi kaya dulu."
"Za, lu kenapa manggil dia ngga pake sebutan 'kak' dia kan kakak kelas kita."
"Re, dia itu sama kayak lu masuk sekolahnya terlalu cepet. Buru-buru banget kayanya pengen ngerasain pake baju sd. Hahaha."
Jam menunjukkan pukul 7.30, Zara pun pamit pulang, karena Renatha akan pergi ke rumah Papa dan Oma-nya.
Setelah bersiap-siap dengan bawaannya Renatha pun mengambil helm yang berada diatas motornya, menggunakan masker dan sarung tangan, lalu memakai sepatu kesayangannya yang berwarna abu-abu muda dan pergi meninggalkan rumah Eyang-nya.
Diperjalanan menuju rumah Papa-nya tidak ada hambatan apapun, dan sampai dengan selamat.
"Assalamualaikum, Pah?"
Tidak ada sahutan apapun dari luar pagar. Lalu Renatha pun membuka pagar dan masuk ke halaman rumah Papa-nya itu.
"Assalamualaikum, Pah ini Renatha bukan orang yang nganter paket." Ucapnya sambil membuka helm dan sarung tangan.
Sekitar 15 menit ia menunggu, tak kunjung pintu terbuka. Ia pun melihat rak sepatu. Disana masih banyak sandal dan sepatu, jadi tidak mungkin rumah Papa-nya itu kosong.
Ia pun membuka sepatu dan kembali berusaha agar ada yang membukakan pintu, karena ia tidak enak hati jika langsung masuk saja walaupun itu rumah Papa-nya sendiri.
"Assalamualaikum PAKET! ATAS NAMA DIVA DAMAYANTI KALIQA!!" Ucapnya dengan suara yang dilantangkan serta dibuat-buat agar mirip dengan kurir.
Tak butuh waktu lama, yang namanya disebut tadi pun keluar. Iya, Mami-nya keluar dengan wajah menggunakan masker.
"Kamu tuh Re! Bikin masker Mami retak aja! Ribet banget sih!" Ucapnya dengan nada marah-marah.
"Lagian daritadi aku panggil ngga ada yang bukain pintu, ternyata nyonya lagi perawatan manjah. Papa kemana sih?" Ucap Renatha dengan nada sarkastik.
Tak lama Maritza keluar membawa adiknya Aysha yang masih berumur 2 tahun.
"Papa lagi dikantor kak, masuk dulu." Ucap Maritza dengan nada terpaksa.
"Kalo ngga ada Papa kamu, kamu lebih baik ngga usah dateng kesini Re! Ganggu banget!" Ucap Mami Kaliqa dengan sedikit mengadah keatas karena Renatha lebih tinggi dari dirinya.
"Nyonya Kaliqa yang paling cantik sedunia. Tolong dengarkan baik-baik ya." Ucap Renatha dengan sedikit rasa kesal. Selama ini Renatha sudah menahan agar tidak mengatakan hal yang membuat Mami-nya mungkin sakit hati, tetapi untuk pertama dan terakhir Renatha akan melakukannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RENATHA
Teen FictionSeorang anak pertama dari Imam dan Fateemah bernama Renatha Aleefya Argentara telah menginjak usia 15 tahun. Kini dirinya mencoba melewati beberapa rintangan hidup. Apakah kehadiran Alvarel Fahqi Akbar yang merupakan kembaran dari Alvaro Manuel Akba...