Udah lama nggak update aku lupa maaf ya eheh
......
"Masih lama banget ya pak?" Ucap Renatha kepada supir Eyang-nya sambil melihat ban belakang mobil Eyang-nya.
Hari ini Renatha tidak membawa motor seperti biasa-nya, karena Eyang-nya memaksa agar Renatha ikut karena ingin sekaligus pergi ke butik.
"Eyang, Re jalan deh ya naik angkutan umum, nanti Re telat hari ini ada jadwal dokumentasi untuk HUT sekolah." Ucap Renatha merajuk.
"Ayolah Eyang Re janji ngga akan kenapa-kenapa. Ya?"
"Yaudah hati-hati. Kalau capek lebih baik naik ojek online aja Re. Maafin Eyang ya karena maksa kamu untuk pergi bareng."
"Engga Eyang, Re ngga capek. Makasih ya Eyang Assalamualaikum." Ucapnya sambil menyalimi tangan Eyang-nya dan berlalu meninggalkan bengkel sebelum Eyang-nya berubah pikiran.
Renatha berjalan dengan cepat tetapi tidak berlari karena jalanan cukup padat.
"Lo jalan kaki?" Ucapan seseorang berhasil membuat detak jantungnya berdegup kencang.
"Ayo naik, kita satu sekolah. Lagi pula 20 menit lagi bel masuk." Ucap sesorang itu sambil membuka helm. Renatha merasakan ada sesuatu yang aneh ketika mendengar suara itu kembali. Biasanya ia hanya akan deg-degan ketika bicara dengan Devan, itu pun sebelum kepergian-nya ke luar negeri.
"Lo hari ini ada jadwal dokumentasi kan? Bareng gue aja."
"Tapi Kak, gue takut ngerepotin."
Iya yang bicara dengan Renatha kali ini adalah Alvarel, Kakak kelas-nya di sekolah sekaligus di ekskul.
"Santai aja. Ayo cepet."
Renatha pun duduk menghadap samping karena motor Alvarel adalah motor gede, yang akan sulit jika menggunakan rok sekolah panjang karena Renatha berhijab.
"Sorry gue ngajak lo bareng tapi bawa motor kaya gini, apa mau ke rumah gue dulu tuker mobil?"
"Ngga usah repot-repot kak. Lagipula lo bilang bel masuk 20 menit lagi kan?" Ucap Renatha dengan detak jantung yang semakin cepat. Ia tidak pernah di bonceng naik motor bersama cowok kecuali tukang ojek dan Papa-nya apalagi motor gede seperti punya Alvarel yang Renatha bisa sangka harganya hampir sama dengan 2 mobil.
"Pegangan ke tas gue ya." Tangan Renatha bergetar karena ia takut menaiki motor ini apalagi dengan posisi duduknya yang mengahadap ke samping seperti ini, pasti Alvarel akan ngebut.
3 detik kemudian motor Alvarel sudah melesat dengan cepat menuju sekolahnya yang harus ditempuh dengan waktu 30 menit jika Renatha yang membawa motor. SMA Fatahillah berada di pertengahan kota dan harus melewati jalan raya.
Renatha semakin gemetar sambil menjerit di dalam hati-nya ketika Alvarel menambah kecepatan motornya.Sesampainya di depan gerbang, Pak satpam sudah siap mengambil gembok dan kuncinya. Setelah menyapa Pak satpam Alvarel menuju parkiran sekolah.
"Makasih ya kak, maaf banget ngerepotin."
"Santai aja. Gue ke kelas duluan ya."
"Iya kak." Alvarel berjalan dengan cepat menuju kelas-nya yang terletak di gedung B lantai 3. Sementara Renatha dengan cepat menuju ruang ekskul-nya yang terletak di gedung D lantai 1.
Sesampainya disana, sudah terlihat Kakak kelas-nya yang bernama Kak Putri selaku wakil ketua umum ekskul.
"Re, dari mana aja? Kita nungguin loh, kamu hampir aja telat. Acaranya mulai 15 menit lagi, temen-temen kamu nanti bawain peralatannya ke bawah. Kamu, panggil Alvarel ya? Hari ini dia ketua team, tapi belum datang kesini juga. Saya mau kasih surat dispensasi kalian untuk nanti setelah acara. Good luck semuanya." Ucap Kak Putri yang dihadiahi senyuman oleh para adik kelas-nya yang hari ini bertugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENATHA
Teen FictionSeorang anak pertama dari Imam dan Fateemah bernama Renatha Aleefya Argentara telah menginjak usia 15 tahun. Kini dirinya mencoba melewati beberapa rintangan hidup. Apakah kehadiran Alvarel Fahqi Akbar yang merupakan kembaran dari Alvaro Manuel Akba...