Stay In Mansion

21 2 0
                                    

Vote and comment :) Happy reading!

.
.
.

“Kak Hani, bangun kak” Hani merasa ada yang menggoyangkan tubuhnya.

Hani perlahan membuka mata, mengucek matanya. “Ada apa?” ucapnya lalu menguap.
pertanyaan Riko. “Itu mobil siapa kak? Bagus banget!” ujar Riko—salah satu anak Hani—antusias.

Hani menoleh ke kedepan pintu yang terbuka sedikit  dan tersenyum kecil sebagai balasan ucapan Riko, “Ehm, Kaka mandi dulu ya. Riko sekarang panggilin temen-temen buat kumpul, ada yang mau kaka omongin” Riko mengangguk dan mulai memanggil teman-temannya.

Hani merenggangkan punggungnya dan beranjak dari duduknya, masuk ke kamar mandi.

Setelah mandi, Hani mengeringkan rambut dengan handuk dan menatap anak-anaknya yang sudah berkumpul dengan tampang seriusnya.

Hani menggantungkan handuknya di leher. Ia terkekeh memandang anak-anaknya yang berekspresi penasaran.
“Kaka mau nanya sama kalian. Kalian nyaman gak sebenernya sama rumah ini?” tanya Hani.

Anak-anak menunduk tak menjawab pertanyaan Hani. Hani tersenyum simpul lalu mendekati dan mengelus rambut anak-anaknya.

“Jujur aja sama kaka, kaka gak bakal marah kok”

Anak-anak mengangguk pelan serempak. "Kalau kalian tinggal ditempat yang lebih nyaman, kalian mau gak?" tawar Hani

Anak-anak mengangguk, ”Mau kak,”

“Kalau gitu kalian sekarang beresin baju-baju kalian sama buku-buku kalian ya”

“T-tapi kak, kita kan gak punya uang. Kita mau pindah kemana?” ujar Riko disaat anak-anak lainnya membereskan barang-barang.

Hani mengelus pipi Riko dan tersenyum, “Temen kaka nawarin kalian tinggal di hotelnya. Jadi kaka terima aja deh” jelas Hani.

Riko mengangguk paham, “Jadi mobil yang bagus itu punya temen kaka?” Hani mengangguk dan menyuruh Riko membereskan barang-barangnya.

Hani menghela nafasnya lalu memandang sekeliling rumahnya.  “Semoga keputusanku ini yang terbaik,”

Hani mengikat satu rambutnya dan memakai jaket kesayangannya. Hani menatap pantulan dirinya dicermin, “Hai,” lalu tersentak kaget ketika ia melihat pantulan lain di cermin.

Hani memutar badannya, “Kenapa kau selalu mengagetkanku!” Hani mendorong tubuh yang ada di hadapannya.

“Kau sudah siap? Jika sudah, aku menunggumu dimobil” ucap Alegreto si pria yang Hani curi kopernya.

“Bagaimana dengan anak-anak?” tanya Hani.

“Aku juga membawa pengawalku untuk mengantarkan mereka ke resortku” jelas Alegreto

Hani mengangguk, “Beri aku waktu 10 menit untuk berbicara dengan anak-anakku”

Alegreto mengangguk dan kembali ke mobilnya.

“Anak-anak!” panggil Hani

“Maaf ya, kaka gak bisa tinggal bareng kalian. Tapi kaka janji bakal sering ngunjungin kalian”

Anak-anak mulai menangis dan diikuti oleh Hani. Hani memeluk semua anak-anaknya dengan erat dan menciumi pipi mereka.

“Kita juga janji gak bakal jadi anak nakal,” Hani tersenyum lebar mendengar ucapan anaknya.

“Kalau gitu kalian masuk ya kedalem mobil ya,” ujar Hani

Anak-anak mengangguk dan keluar dari rumah itu.

--S-t-e-a-l--M-y--W-a-l-l-e-t--


Saat diperjalanan, Hani membuka mulutnya, “Kau mengganti mobil mu?” tanyanya.

Alegreto mengangguk dan menoleh ke Hani, “Aku hanya khawatir jika nanti mobil mewah ku terkena muntahanmu” Alegreto memasang tampang meledek.

Hani mendengus mendengarnya lalu memerhatikan mobil Alegreto, atap mobilnya terbuka membuat Hani jadi bernafas sepuasnya.

“Oh ya Hani, mulai besok aku akan merenovasi rumahmu. Jadi anak-anak hanya tinggal sementara di resortku dan tinggal di rumah lamamu” ujar Alegreto

Hani membulatkan matanya tak percaya. “Apa itu tak merepotkanmu?” tanya Hani.

Hani tiba-tiba tersadar, “Dan darimana kau tau namaku?” lanjut nya.

Alegreto menyeringai, “Sama sekali tidak merepotkan. Justru aku senang membantu anak-anakmu. Dan darimana aku tau namamu itu rahasia”

Hani merasa tersentuh dan kesal dengan ucapan Alegreto, “Terima kasih, karena telah membantu anak-anakku”

Alegreto mengangguk dan mengulas senyumnya. Hani seketika terpaku dengan senyuman Alegreto dan ia rasa pipinya memanas.

Astaga, ada apa denganku...

Alegreto memandang Hani yang sedang tersipu malu, Ia pun terkekeh geli.

“Jangan terlalu lama memandangku. Nanti kau terpesona” Alegreto menghentikan laju mobilnya dan mematikan mobilnya.

Hani tersentak dan menggeleng kecil, “S-siapa yang memandangmu” elak Hani.

Alegreto memutar bola mata mendengar elakan Hani.
“Kita sudah sampai, turunlah” Alegreto membuka pintu dan turun dari mobil.

Hani menatap mansion Alegreto dengan penuh takjub. Seperti kerajaan. Kagumnya.

“Kau mau turun atau tidak?” Alegreto memandang Hani bosan.

Hani tersentak pelan, “Iya, aku turun” Hani menghentakkan kakinya keluar dari mobil.

Alegreto memencet tombol remote yang ada di tangannya dan pintu besar itu terbuka. Hani menganga lebar melihat dalam mansion Alegreto.

Alegreto memasukkan kakinya ke dalam mansion dan berkata, “Tutup mulutmu! Nanti air liur mu membanjiri rumahku”

Hani merenggut kesal lalu mengusap mulutnya kasar.

“Kau tinggal disini sendirian?” Hani berlari kecil mengejar langkah Alegreto.

Alegreto mengangguk dan Hani menatap Alegreto tak percaya. “Benarkah? Untuk apa rumah besar-besar jika kau hanya tinggal sendiri?”

“Tentu saja, untuk anak-anakku nanti” ucap Alegreto

Muka Hani memerah, “O-oh”

“Kenapa kau sering sekali gugup?” Alegreto melipat dahinya menatap Hani.

“Ehm, dimana kamarku? Aku ingin memberereskan pakaian ku” Hani mengalihkan ucapan Alegreto.

“Kamarmu ada disebelah kamarku. Dan baju-bajumu juga telah ku buang jadi aku membelikanmu baju yang baru.”
“Yang benar saja?! Kenapa kau membuang baju-bajuku?!” teriak Hani tak terima.

Alegreto mengendikkan bahunya acuh, “Baju mu itu tidak layak pakai,” ucap Alegreto dan duduk di sofa ruang tengah.

Ubun-ubun Hani seperti mengeluarkan asap, ia segera duduk di sebrang Alegreto memadamkan amarahnya. Ia mengepal tangannya dan menghembuskan nafasnya. “Lama-lama aku bisa darah tinggi jika seperti ini” gumam Hani

Alegreto berdiri, “Akan ku tunjukkan kamarmu,” Hani beranjak dari duduk.

Alegreto dan Hani naik ke tangga lalu berhenti didepan pintu bercat putih. Alegreto membuka pintu, “ASTAGA! KAMAR INI BAHKAN LEBIH BESAR DARIPADA PANTI ASUHANKU!” seru Hani membuat Alegreto menutup kupingnya.

“Pakaian mu sudah ada di walk in closet. Termasuk pakaian dalam mu” ujar Alegreto frontal sambil memasang muka mesum.

Hani mendengus, ”Baiklah, terima kasih”

Alegreto mengangguk, “Aku ke kamarku dulu. Sampai jumpa toa rusak” Alegreto buru-buru menutup pintu kamar Hani sebelum mendapat amukan dari Hani.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Steal My WalletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang