Hal yang paling Aku takutkan adalah berharap pada seseorang, terlebih lagi kepada seorang yang suka mempermainkan hati.
Kali ini aku duduk dengan santai di kursiku, guru yang mengajar waktu itu terlambat masuk ke dalam kelasku. Satu-satunya aktifitas yang bisa aku kerjakan saat ini hanya mengotak-atik ponsel. Begitu juga dengan Anna, ia sama kurang kerjaannya denganku. Jangan tanya apa yang dikerjakan oleh teman-teman di kelasku sekarang, bukannya membaca buku atau mengerjakan tugas melainkan bermain game. Kelas kami memang kompak.
Revan, yang sedang sibuk menyelesaikan permainan game nya sekarang sedang duduk di depan samping kiri kursiku--aku bersikap bodo amat-- nggak sengaja aku melihat ke arahnya, ternyata Revan juga sempat melihat ke arahku. "Tuhkann udah gue duga dia pasti mau jadiin gue korbannya" batin aku.
"Ser, lo kenapa?" Tanya Anna tiba-tiba
"Ann, barusan Revan ngeliatin kita"
"Pura pura nggak tau aja deh"
Aku mengangguk dan kembali melanjutkan aktifitasku bermain ponsel.
•••
"Bel, ultah lo nonton yuk" pinta Deva kepada Bella.
"Kuylah boleh, besok minggu ya"
"Asikkk" seru kami berlima.
"Eh tunggu deh, hari Minggu?" Tanya Felix
"Iyaa" Kali ini aku yang menjawab.
"Yahh gue gak bisa, gue kan Ada LCC. Yaudah nggak apa-apa deh"
"Yakin lo?" Deva meyakinkan
Felix mengangguk, yang lain hanya mengiyakan apa yang dikatakan oleh Felix.
"Fel, lo pernah pacaran sama Revan Kan?" Aku memberanikan diri untuk terus terang.
"Hah? Enggak kok. Tau darimana lo?"
Aku terdiam sejenak, lalu menggeleng. Aku nggak percaya sama apa yang Felix akui, aku masih yakin kalau Felix Dan Revan pernah menjalin suatu hubungan.
Anna yang melihatku langsung paham apa yang ada dipikiranku. namun ia hanya diam. Karena terkadang diam adalah cara terbaik untuk menghindari suatu masalah.
Jam menunjukkan pukul 15.30, itu tandanya sekarang sudah saatnya jam pulang sekolah. Para siswa berhamburan keluar gerbang. Lambat laun sekolah menjadi sepi, meninggalkan bangunan besar beserta isinya.
Setelah sampai rumah, Aku segera mengganti baju dan langsung berbaring diatas kasurku. Aku memijat kakiku yang pegal-pegal karena terlalu lama berdiri saat menunggu jemputan tadi.
Saat istirahat seperti ini pun, otakku tanpa diminta akan otomatis memikirkan Revan. Tentang kenapa dia bisa dengan mudahnya mempermainkan hati perempuan?. Tapi entah mengapa ketika Revan berbicara denganku , Revan selalu menatapku intens. Atau itu memang salah satu senjatanya untuk meluluhkan hati wanita? Sudahlah. Aku hari ini benar benar lelah, aku pusing memikirkannya. Setelah beberapa saat, aku mulai memejamkan mata. Berharap saat bangun, ia bisa melupakan semua tentang Revan.•••
Hari ini hari Minggu, yang tepatnya Hari ulang tahun Bella. Aku, Anna, Dan Deva sudah berada di rumah Bella. Mereka segera bersiap untuk berangkat ke salah satu Mall dekat rumah Bella.
"Mau nonton apa nih?" Tanyaku.
"Hmm, apa ya?" Bella bergumam
"Liat aja nanti jadwalnya" Deva menjawab
Perjalanan memakan waktu 15 menit, akhirnya kami sampai ke tempat tujuan. Kami berempat langsung menuju ke cinema 21 dan membeli tiketnya.
Ponselku tiba-tiba berbunyi. Ada sebuah pesan masuk, tertulis nama Adnan disana. Aku segera membuka dan membalas pesan itu.
"Vc?"
"Sama siapa?"
"Sama Revan juga"
Tak lama kemudian, panggilan video masuk. Karena sedang banyak orang, Aku berani mengangkatnya.
"Eh Ann, dia ngundang Revan buat Vc"
"Eh anjir, beneran?"
Aku mengangguk. Di layar ponselku sudah terpampang wajah dua laki-laki, yaitu Adnan dan Revan. Panggilan video itu berlangsung kurang lebih 5 menit.
"An, kok Revan ganteng ya disitu. " Kataku dengan sedikit tersipu.
"Ehm, iya sih. Btw itu si Adnan jadi sering ngechat lo?"
"Iya, ngevc juga. " Aku berkata terus terang.
"Kalian kenapa sih?" Tanya Deva
"Itu lho, lo kenal Revan Kan?" Aku mencoba menjelaskan.
Deva mengangguk, lalu Aku dan Anna perlahan menceritakan semuanya kepada Deva dan Bella. Mereka hanya menyuruh aku untuk hati-hati sama Revan.
"Eh kita coba minta save nomer ke Revan yuk." Ajakku iseng.
"Hah? Beneran?" Anna kaget mendengar apa yang dilontarkan mulut ku ini.
Aku langsung membuka ponsel. Dan mencari kontak Revan di grup kelasku. Perlahan aku mengetik "s-a-v-e" lalu send. Terkirim. Begitu pun juga Anna, dia juga melakukan hal yang sama sepertiku.
Tak butuh waktu lama, pesan kami berdua langsung dibalas. Sangat singkat, padat, dan jelas. Satu huruf "Y". Aku dan Anna sangat menyesal. Ya, Sudah terlanjur.•••
Voment yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
About You
Teen Fiction----ON GOING---- Ini adalah sebuah cerita panjang tentang menunggu. Kepastian dan akhir yang sulit untuk dipahami bahkan dijelaskan. Jika mencintaimu sesakit ini, maka aku akan tetap mencintaimu. Karena kamu selalu dan akan menjadi alasan aku bahagi...