Oh...Ternyata (2)

452 11 0
                                    

Stella yang sibuk membuat minum untuk semua karyawan bahkan direktur akhirnya selesai maka berjalan menuju ruang direktur dan mau jatuh. Untung saja ada yang menolong. Stella melihat seorang pemuda yang menolongnya.

"Terima kasih" kata Stella dengan merasa lega.

"Lain waktu hati hati"

Stella tersenyum dan dia melihat terus Stella dengan melepas pelan tangan Stella lalu berjalan pergi dan Stella mengatur nafasnya yang tidak beraturan karena kecerobohan yang hampir dilakukan.

"Astaga hampir saja" pikir Stella.

Stella kembali berjalan menuju ruang kerja direktur dan masuk pelan lalu meletakkan kopi di atas meja dan melihat terus ruang kerja tersebut.

"Gue rindu suasana begini. Seperti ruang kerja papa di rumah yang dulu" pikir Stella.

Seorang pemuda membuka pintu dengan keras dan berjalan masuk membuat Stella kaget lalu membalikkan badan dan melihat pemuda tersebut. Pemuda yang tadi menolongnya.

"Astaga, Pak"

Dia melihat Stella dan berhenti berjalan.

"Ehm...maaf. Jangan berpikir negatif. Saya ke sini untuk mengantarkan kopi direktur"

"Baiklah. Kamu bisa keluar" kata dia acuh.

Stella merasa heran.

"Dia...sikapnya...seperti sok...sebagai direktur" pikir Stella.

Linus berjalan menuju meja dan duduk dengan memasang wajah sebal.

"Kenapa dia bisa duduk di sana?" pikir Stella dengan merasa bingung.

Linus yang merasa Stella tidak juga keluar merasa terusik dan melihat Stella dengan tertegun.

"Oh...astaga. Apa artinya dia...?"

"Maaf...permisi" kata Stella dengan merasa segan.

Stella berjalan keluar dengan langkah cepat dan Linus menggertakkan gigi.

"Pusing gue jika masih memiliki sekretaris Riri. Berantakan semua...arrghh" pikir Linus dengan wajah memerah karena terlalu marah.

Stella sampai di ruang khusus OB lalu meletakkan nampan dan sesekali bicara dengan teman sesama OB.

"Wajar donk"

"Benar wajar kamu tidak tahu"

"Selain itu Pak Direktur memakai baju tidak seperti seorang Direktur" kata Stella pelan.

"Hanya kemeja, bukan?"

Stella segera mengangguk.

"Panggil saja Pak Linus"

Stella melihat dia.

"Pak Linus memang begitu. Tidak selalu memakai baju resmi seperti direktur lain. Sifat rendah hatinya di sana"

"Benar sekali. Pak Linus sangat murah hati seperti Pak Sanjaya"

"Pak Sanjaya presiden direktur, bukan?"

Dia mengangguk.

"Jadi loe tidak perlu hingga tegang. Pak Linus sungguh sangat baik walaupun jika bicara nada suaranya tinggi. Hal tersebut memang suara Pak Linus" lanjut dia.

"Ternyata begitu" pikir Stella.

Pukul 14.00. Linus selesai membaca semua dokumen dan menandatangani jika ada dokumen yang membutuhkan tanda tangan. Linus akan memberikan kepada sekretaris tetapi tidak jadi karena merasa malas.

Love Star (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang