Maze.

988 50 17
                                    


Vivi Buru Buru beresin bukunya. Siap siap pulang. Agak galau juga sih. Yaa.. Karena

Pertama. Karen gak masuk.

Kedua. Atha balik sama cowoknya.

Ketiga. Ngapain si Angkasa nungguin dia di depan kelas?

Ya... Nggak geer jugak sihhh.. Tapi.. Orang jelas jelas Dari tadi matanya Angkasa ke dia mulu.

Emang tuh anak udah bubar apa kelas nya?

Nah. Akhirnya Vivi pulang, sembunyi di ketek bang Anang.

"Bang Anal. Umpetin aing nggih? "

"Ck. Anal anal. Nama gue An—"keputus hehara di bekap ama Vivi.

Nah. Akhirnya mereka keluar.

"Vi"

Mateqq! Kecyduk gaes..

Vivi langsung lari ninggalin Anang ama yang laen.

Dia beneran kagak mau ketemu Angkasa untuk sekarang ini. Terlalu sakit. Malu juga iya.

Vivi berkelit. Nyempil nyempil di antara orang orang. Berterima kasih lah sama body nya yang kecil itu.

Nah. Belum sempet Vivi lega gegara udah lepas dari jerat(?)Angkasa, dia kembali di hadapkan sama masalah baru.

Masa lalu nya.

Sekaligus Cinta pertamanya.

Theo.

"Vi"

Vivi gak beranjak saat theo mendekat dengan senyum bangsat nya.

"Sore Cinta"

Hatinya kembali berdenyut. Sakit.

Cinta? Katakan Cinta sana sama selingkuhan mu, Bajingan!

"Theo kangen Vivi"

Dan bodohnya kenapa Vivi gak menghindar paa Theo rengkuh dia. Bawa tubuhnya kedalam pelukan hangat Theo.

Kedua tangan Vivi yang menggantung di sisi pahanya mengepal erat.

Kenapa dia bisa sebegini goblok nya buat menolak sentuhan Theo?

Vivi.. Jujur. Dia masih merindukan sosok bremgsek ini. Sangat.

Dan tentu aja kejadian itu gak lepas dari pandangan seorang Angkasa yang berdiri gak jauh dari sana sambil nenteng kresek hitam berisikan ubi cilembu kesukaan cewek itu.

Senyumnya mengembang, dengan tatapan sendu nya.

"Oh. Udah ada yang punya ya? "Lirih nya. Gak mau liat lebih lanjut, akhirnya Angkasa memutuskan buat muter tubuhnya. Menjauh.



















.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.














Ragil nekat. Manjat pagar kediaman Albaren.

Aabodo amat di sangka maling atau perusuh. Yang penting sekarang dia kangen Karen. Udah gitu aja.

"Hoi. Siapa itu? "

Mampus. Baru mau terjun udah ke gap.

Ragil turun. Pasang wajah pongah.

"Gue? Ragil. Kesayangan nya Karen "

Cowok itu—Alfa terdiam.

"Oh elo Ragil? Mau ngapain? "

MANTAN (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang