CHAPTER 1

2 0 0
                                    

Aku bahkan masih memikirkan permintaan Kak Jeni seminggu yang lalu, aku berakhir memikirkan permintaan itu sambil menutup wajahku dengan boneka teddy bear besar berwarna cokelat pemberian Nugi setahun lalu. Akh! Aku bahkan malu untuk ngajak Nugi hangout karena aku punya tugas untuk sering menghubungi Kak Reihan.

Kemarin saat Kak Delon datang ke rumah ini untuk mengajak Kakakku jalan, Kak Jeni panik dan langsung memintaku menghubungi Kak Reihan, agar mengajak lelaki itu jalan-jalan juga.

Kata Kakak "Kalau Kakak jalan sama Delon, kamu juga harus jalan sama Reihan ya, bagi Kakak, kalau kamu ngajakin Reihan jalan, hati Kakak tenang..." tenang ya?

Alhasil aku jalan sama Kak Reihan dengan alasan membawaku ke kafe untuk mencari inspirasi agar bisa menulis novelku. Wah! Parah, aku tidak bisa menemukan titik keasyikan jika bersama Kak Reihan, lelaki pendiam dengan senyuman manis itu membuatku jadi sedikit kecewa dengan Kak  Jeni, kenapa dia menduakan lelaki manis dan dermawan seperti Kak Reihan, lelaki ini bahkan sudah mapan, hmm.. nggak ada bedanya sih sama pacar barunya Kakak. Tapi, kesempurnaan Kak Reihan kenapa disia-siakan oleh Kak Jeni?

Ohh aku tahu, kenapa Kak Jeni memintaku mendekati Kak Reihan, agar kesempurnaan lelaki itu tetap ada dilingkar hidupnya. Dasar Kakak serakah.

Aku tidak bisa marah atau membuat Kakak kecewa, aku harus memenuhi keinginan Kakak. Pertanyaanku adalah, kalau Kak Reihan menyukaiku, apa kami akan pacaran? Menikah? Lalu Kak Jeni? Dia bisa datang ke rumah kami dan berbincang masa lalu? Ahahaha! Pikiran konyol! Pergi-pergi! Syuhhh!

Ponselku berdering, jam 9 malam. Nugi selalu menelfonku jam segini.

"Hallo.. Nugi.."

"Aku mau nanya Er.."

"Iyaa tanya aja?"

Dia mau nanya apa nih, kok aku jadi penasaran plus gugup gini sih..

"Kamu udah punya pacar ya?"
Hah! Dia..

"Nggak kok.."

"Ohh, kupikir ada.."

Aku menggigit bibir bawahku, ada sedikit ketakutan dihatiku.

"Kenapa Nugi?"

"Oh ini, aku mau ajakin kamu jalan besok, bareng Werf.."

"Oh. Bisa-bisa.. terus hubungannya nanyain aku ada pacar apa nggak apa?"

"Ohh itu.. Werf bawa pasangan masing-masing besok.."

Dan aku jadi pasanganmu?! Asiknyaaaa!!!!

"Aku bawa Dela, jadi aku nanya seperti itu tadi, khawatir jika kamu hanya sendirian besok."

Wah!

"Ohh yaa. Oke."

Telfon kumatikan secara sepihak, belum sempat kupikirkan umpatan yang akan keluar dari mulutku, Fanny menelfon..

Big news! Gila! Kelamaan pedekate kamu ditikung Er!" suara Fanny memenuhi gendang telingaku.

"I know Fan.."

"You know who is?"

"Yup, she is Dela."

"Asli! Kamu lihat dipostingan Ins-nya Nugi ya?"

"Ins? Nggak, barusan dia telfon.. ngasih tahu itu."

"Wahh, ngaco! Cek Ins mu sekarang.."

Kumatikan telfon Fanny, dan membuka Insku, aku harus menahan apapun saat melihat postingan Nugi. Terbuka foto itu dannnnnn. Dia dan Dela pelukan dipinggir pantai ala-ala pre-wedd gitu? Hampir kubanting ponselku.

“Kak Jeni.!" Teriakku memanggil Kakak sambil menuju ke kamarnya.

"Apa sih dek?" Kak Jeni melepas headset dari telinganya.

"Nugi punya pacar! Ini salah Kakak! Salah Kakak semuanya!"

"Dek.. Kakak nggak ada urusan sama Nugi yang bukan siapa-siapa mu itu."

“Kak!"

"Lagian kaliankan nggak jelas."

"Tapi aku punya perasaan ke dia!"

"Dianya?"

Damn. Aku terdiam melihat sendu foto Nugi dan Dela. Aku menutup kasar pintu kamar Kakak dan menuju ke kamarku. Menangis saja aku tak bisa, apa mungkin ini karena tidak adanya chemistry dalam hubungan kami? Ck! Dua tahun dekat dengannya, ditikung sama Dela yang baru lima bulan ini gabung di Werf. Bisa apa aku sekarang, mau menyatakan cinta? Gila!

DESIRE (CERPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang