Awal pertemuan

52 1 3
                                    

Dalam setiap pertemuan yang tercipta bukanlah sebuah kebetulan semata, tapi itu adalah taqdir dari sang maha pengatur Alam semesta.

-Alfesa Muhammad Rahman-

Hangatnya sinar mentari pagi yang memberikan berjuta manfaat pada makhluk penghuni bumi. Sungguh Allah maha pencipta segalanya, kita tahu bahwa Allahlah yang menciptakan semua ini, jadi mulailah dari sekarang untuk belajar mensyukuri nikmat yang Allah beri.

Setelah liburan kenaikan kelas kemarin kini seluruh siswa telah kembali ke Sekolah dengan cerita liburan mereka. Ada yang bercerita tentang ia yang berlibur ke luar kota, ada yang membantu ibunya menjaga toko kue dan aku sendiri dengan cerita berlibur di pulau kapuk, tidak ada hal yang menarik untuk diceritakan karena liburanku terlalu monoton.

Kini sudah saatnya masuk jam pelajaran pertama. Dan ya Aku masuk ke kelas XII IPA 2 kelasnya boleh IPA tapi suasananya seperti kelas IPS, kelas IPA 2  tak pernah sepi. Tidak seperti kelas tetangga yang sunyi, sepi seperti tak berpenghuni, pokoknya sangat berbeda.

Dan pelajaran pertama itu matematika, kalian pasti taulah matematika itu berhubungan dengan rumus, matematika itu ilmu pasti. Bukan seperti bahasa indonesia yang mengarang bebas, tapi kadang anak zaman now itu terbalik. Matematika yang rumusnya sudah jelas hasilnya juga pasti tapi mereka lebih memilih mengarang bebas, sedang bahasa indonesia yang mengarang bebas lebih memilih mikir keras.

Guru matematikanya itu laki-laki, masih muda, ganteng, cool sayangnya killernya naudzubillah. Tapi kadang kita harus bersyukur dengan kekilleranya beliau kita semua bisa lebih paham materi, bisa lebih mendalami materi lagi karena emang kalau lagi ujian nilainya yang kurang pasti akan mengulang ujian sampai nilainya diatas rata-rata.

"Selamat pagi anak-anak sebelum pelajaran dimulai bapak akan mengadakan free test. Silahkan masukan bukunya, tidak boleh ada satu buku yang tersisa diatas meja, yang boleh tersisa hanya pulpen. " ujar pak Ishak, seketika suasana kelas menjadi ramai, mereka bingung mau mengisi apa nanti dikertas ulangan karena memang tak ada yang belajar sebelumnya.

"waktunya tinggal 1 menit lagi, apabila nanti saya sudah keluar pintu kertas ulangan tidak akan saya terima, Baik cukup sekian. Silahkan dikumpulkan!" ujar pak Ishak sebelum ulangan ditanyakan berakhir.

----
"Alhamdulillah akhirnya selesai juga ngerjain soal matematika, yah walaupun ujung-ujungnya berakhir dengan mengarang bebas" ujar Aisyah
"Iya akhirnya ya Ai udahan juga" kata Vira teman semeja Aisyah.
"Kantin yuk Ai, udah jam istirahat juga kok" ajak Vira pada Aisyah tanpa menunggu jawaban "iya" Vira langsung menarik Aisyah untuk pergi ke kantin.

-----

Kringgg...  Kringg....
Suara bel pulang sudah terdengar itu mendandakan bahwa kita akan kembali ke Rumah masing-masing. Diluar sedang hujan, Aku tipe orang ceroboh jadi harus hati-hati kalau gak hati-hati pasti ada hal yang memalukan terjadi, seperti jatuh di Lapangan misalnya.

"gimana caranya pulang nih,  belum nunggu angkot mana hujannya deras banget" gumamku dalam hati sambil menatap air hujan yang turun. "nih pakai payung buat kamu ke halte" kata Alfe yang memberikan payung berwarna biru padaku, "tapi gimana sama kamu?" tanya Aisyah.
"udah gak usah memperdulikan Aku, pakai saja sama kamu. Saya duluan" kata Alfe setelah itu langsung pergi meninggalkan Aisyah yang masih bingung dengan sikap laki-laki itu.

"Ada ya laki-laki seperti itu,  terlalu unik apa kelewat baik ya" gumam Aisyah dalam hati tapi bibirnya membentuk lengkungan seperti bulan sabit, tanpa berpikir panjang ia langsung memakai payungnya dan berjalan menuju halte untuk menunggu angkutan umum.

---

Matahari sudah mulai tenggelam dan telah digantikan dengan gelapnya malam, disinilah aku berdiri di balkon rumah menikmati setiap hembusan angin. Ada notif dari

08596875xxxx  : kalo hujan jangan lupa neduh :)

Lagi-lagi pesan dari orang yang sama. Biarkan nanti juga pada akhirnya dia lelah dengan sendirinya,  lihat aja sampai mana ia akan bertahan kalau terus-menerus gak dibales.

Untuk saat ini Aku sedang menutup hati untuk mereka yang hanya singgah semata, bukan karena Aku penyuka sesama jenis. Bukan seperti itu Aku normal seperti mereka yang menyukai lawan jenis tapi mungkin untuk saat ini Aku tidak menaruhkan pada dia.

Mungkin bisa dibilang aku masih terjebak diantara rasa yang sama dan untuk orang yang sama.

-----

    Pagi kali ini tidak secerah kemarin karena matahari sedang tidak ingin menampakan dirinya, sepertinya semalem hujan tapi Aku tak mendengarnya semua itu disebabkan karena kalau sudah ke alam mimpi diriku lupa akan dunia nyata.

    Beginilah Aku berangkat pulang setia dengan para bang angkot, tapi kalau cuaca seperti ini jarang ada angkot yang lewat bukan Aku namanya kalo tak kuat menunggu. "Alhamdulillah ada angkot juga pada akhirnya tapi penuh banget kalau gak naik aku pasti telat tapi kalau naik aku duduk dimana" gumamku dalam hati
" hey neng gimana mau jadi gak naik angkotnya, kalau gak saya mau jalan" kata bang Angkot

       Tak butuh waktu lama Aku segera naik,  karena terburu-buru sepatuku lepas. "Eh bang tunggu sebentar sepatu Aku lepas" kata Aisyah.
       Asli malu sih tapi kalau gak diambil lebih malu lagi, ya kali nanti pas turun dari angkot cuma pakai sepatu sebelah, kan Aku bukan cinderella yang sepatunya lepas terus ada pangeran yang menemukannya.
I

tu hanya ada di negri dongeng dan ini dunia nyata.
     Belum sempat aku turun ada laki-laki yang memberikan sepatu itu padaku "ini dek lain kali kalau tidak pas dikakimu lebih baik ganti yang baru ya :)" kata Mas berkacamata  "hehe iya Mas, terima kasih" kata Aisyah.


----

Setelah sampai di Sekolah gerbang sudah ditutup, "Pagi pak Edo :) pak tolong dong bukain gerbangnya saya hari ini ada ulangan nanti kalo saya gak ikut ulangan saya dimarahin pak, tadi gak ada angkot yang lewat terus macet pak, abis hujan jalanan becek " kata Aisyah. "Saya gak mau tau alasan kamu, sekarang kamu keliling lapangan lima kali puteran" kata Pak Edo

"tapi pak kan lapangan becek, terus kalo saya kepeleset gimana Pak Edo mau tanggung jawab?" tanya Aisyah "udah jangan kebanyakan alasan, mau cepet masuk kelas gak? " tanya Pak Edo. Tanpa menjawab pertanyaan dari Pak Edo Aku lebih baik memilih untuk lari sampai lima kali putaran. Satu putaran lagi hampir selesai tapi ku rasa tubuhku sudah tak kuat lagi, seketika gelap.

"kok ruangannya serba putih ya?  Kayanya tadi masih di Lapangan deh kok sekarang ada disini"gumamku dalam hati.  "Aku yang bawa kamu kesini, Aku liat kamu udah gak sadarkan diri ditengah Lapangan yaudah aku bawa ke UKS" kata Alfe yang datang membawa teh manis hangat. "Terima kasih, tapi kenapa ya kok setiap Aku sedang membutuhkan bantuan kamu selalu ada diwaktu yang tepat?" tanya Aisyah pada Alfe .
"Dalam setiap pertemuan yang tercipta bukanlah sebuah kebetulan semata, tapi itu adalah taqdir dari sang maha pengatur Alam semesta." kata Alfe pada Aisyah dan langsung pamit untuk ke kelas dan meninggalkan Aisyah sendiri. ":)"

Note : Maafkan kalo masih kurang jelas dan banyak typonya. Kalo mau ambil kata²nya tolong disertakn nama penulisnya, Terima kasih.

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang