1. Kisah Yang Usai

69 11 0
                                    

DikAyu_

Ingatkah kamu betapa bahagianya kita waktu itu? Menari dibawah hujan dan bercanda hal-hal receh. Jujur aku rindu dekat denganmu, obrolan kecil, bahana tawa, rengkuhan lengan yang erat, gombalan receh yang keluar tiba-tiba dari bibirmu, kecupan singkat di dahi saat bertemu dan lainnya.

Waktu 4 tahun rasanya lebih dari cukup untuk saling mengenal dan mencintai. Waktu 4 tahun juga memberiku banyak pelajaran, kebahagiaan pun juga kepedihan. Kita mampu melewati semua. Hingga hampir 5 tahun hubungan kita, kamu memilih menyerah. Ketidakcocokan yang awalnya dapat kita lebur, kini kau gunakan sebagai alasan sudah tak sejalan.

Bisa kau bayangkan betapa menyedihkannya aku dulu? Aku mengenalmu dengan baik-baik, bisakah kau pergi dengan cara baik pula? Aku menangis sejadi-jadinya. Berusaha mengurangi sesak yang menggerogoti dada. Berfikir jika itu mampu menghapus rasa. Nyatanya salah, bukan mengurangi tapi malah mengantarkan ku pada perasaan paling pilu. Rasanya aku ingin pergi sejauh mungkin, tapi keujung dunia pun yang ku inginkan tetap saja kamu.

Aku merasa sangat bodoh, menangis sejadi-jadinya sementara kamu disana baik-baik saja. Kau semudah itu melupakan kita, seolah semua hanya hal yang tak begitu penting.Aku sangat mencintaimu waktu itu. Tetap setia meski diluar sana kau bermain dengan banyak hati. Bahkan aku rela berjuang sendiri, sementara kamu berleha-leha.

Aku menyesali masa itu, dimana aku masih mengharapkan mu dengan keras kepala meski dengan hati yang terpecah belah. Dimana aku masih bersikeras menjaga hati diantara kelabunya malam sebelum kau pergi. Aku berusaha tenang, seolah tidak kenapa-mengapa. Namun tetap saja yang namanya luka sukar untuk dibuat tak ketara.

Aku lupa jika pertemuan adalah pondasi sebuah perpisahan. Sebab, pertemuan yang dilandasi kisah yang kuat akan terasa begitu berat saat menjumpai sebuah perpisahan.

Aku membenarkan bahwa datang dan pergi ada untuk saling mengisi. Kepergianmu sama sekali tak bisa ku hindari. Dulu kamu datang dengan riang hingga kau akhiri dengan luka yang sulit aku terima. Kau berucap tidak akan meninggalkan, nyatanya dengan sengaja kau tanggalkan. Aku mencoba melepasmu dengan ikhlas dan berdamai dengan lekas. Aku tak bisa menolak gejolak yang meluap tak ingin melupa. Namun, pergimu tak mampu pula kucegah.

Aku menatap senja di cakrawala, kembali merenung. Ada hal yang kusadari, menyesal dan berlarut dengan sedih tak mengurangi sesak yang membuncah dalam hatiku. Aku memilih kembali berjalan dan mencari kebahagiaan baru. Mencari orang yang ingin sama-sama berjuang denganku. Mencari orang yang ingin mengurai rindu dengan temu. Bukan memaksa seseorang untuk menetap tapi tak memiliki rasa. Itu percuma, apalah arti ragamu bersamaku tapi hatimu bersamanya.

Aku dulu lupa, perihal rasa yang sudah kutanamkan dalam-dalam. Harusnya aku memastikan, apakah kamu juga ingin bertahan atau mengakhiri jika badai menerpa. Tapi tak apa, aku sekarang sudah lupa. Tak ada lagi sesak saat mengingat mu, tak ada lagi afeksi yang menghujam kala melihatmu menggenggam tanganya. Bahkan untuk sehari bersamamu saja, rasanya aku akan bosan. Rindu itu seakan menguap hilang tanpa kusadari. Mungkin karena selalu kuyakinkan hati bahwa kisah kita telah usai.

Kumpulan Mini Fiksi Bertema HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang