6. (masih) Menunggu

24 6 0
                                    

piopinokio

҈
Aku menatap percikan air hujan di jendela. Suara magisnya selalu berhasil melemparku pada kenangan lalu. Seperti kenangan akan seseorang di masa lalu ku,
Pukul 9 lebih tiga puluh menit
Sudah satu jam acara ini dimulai, dan tak ada tanda-tanda kehadiran mu.
Oke, mungkin aku harus lebih sabar menunggu kehadiranmu. Aku meluruskan pandanganku kearah panggung, dimana band sekolah tengah tampil menyanyikan lagu bertema perpisahan. Karena hari ini adalah hari perpisahan murid kelas XII.

♪Hei, sampai jumpa dilain hari♪
♪Untuk kita bertemu lagi ♪

Aku bersenandung lirih, mencoba menikmati lagu berharap setelah lagu ini usai kau datang.
Tapi nyatanya kamu tak ada dimana-mana, kamu tidak datang. Padahal ini adalah moment terakhir kita di kelas XII.
"Dia gak datang, Bel? " tanya Afika, sahabatku
Aku tersenyum tipis, lalu menggeleng dengan lesu.  Afika mencoba menenangkan dengan menepuk bahuku.
"Coba ditelepon. "
Aku menghela nafas panjang, "Gak aktif dari tadi. "
Afika ikut menghela nafas panjang, ada raut kesal diwajahnya.
"Ih, dasar si omes nyebelin! Masa ga dateng sih? Ini kan moment terakhir di SMA." gerutu Afika
Aku tersenyum tipis, menenangkan diri tak apa kalau dia tak datang. Tapi beberapa kali aku mencoba menenangkan diri tetap saja hatiku gelisah.
Apa dia sakit?
Apa dia baik-baik saja?
Apa dia..

Arrrrggg!!!!
Dimana kamu, Sa??

Dan sampai acara ini selesai, aku tak melihatnya.
Saat aku berjalan menuju stand makanan, tiba-tiba Rizky--teman seseorang yang kutunggu menghampiriku. "Bel, si Esa gak dateng? " tanya Rizky
Bahkan teman dekatnya pun tidak tau kalau seorang Esa Pratama tidak datang.
Aku menggeleng, "Gak, lo tau dia dimana?"
Rizky menggeleng, "Kalo gue tau, gak bakal gue nanya bego, "
Entah sudah berapa kali aku menghela nafas panjang hari ini, hanya karena Esa tidak hadir aku kacau seperti ini.

҈
"Abel!! "
Aku terkejut ketika suara cempreng Fika masuk begitu nyaring ditelingaku, tepat ditelingaku! Astaga..
"Apaan sih, Fik! Budeg telinga gue nih, " gerutuku
Fika terkekeh geli, "Lagian siapa suruh dipanggil dari tadi gak nyaut, mikirn apaan sih lo? Galau amat muka lo, Bel. "
Aku menghela nafas, aku tak tau kalau ketidakhadirannya di acara perpisahan sekolah mempengaruhiku sedemikian rupa dan sampai sekarang aku amsih saja bertanya-tanya  kenapa dia gak datang saat itu? Kemana dia? Dan bagaimana kabarnya sekarang? Apa dia sudah punya pacar?
Dan aku baru tau kalau  kehilangan seseorang yang selalu ada ketika aku sedih memberikan efek yang luar biasa sampai sekarang, sangat sulit rasanya untuk membuka hati dan melupakannya ketika kepingan kenangan selalu muncul kala hujan turun.

Kumpulan Mini Fiksi Bertema HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang