“Yoongi-hyung?” Yoongi pun mendongakkan kepala nya saat merasa meja yang sedang ia tepati telah didatangi oleh malaikat mungilnya. Ah, maaf. Bukan miliknya lagi maksud saya.
“Kamu datang Jim” Jimin pun cuma bisa menorehkan senyum canggungnya,
“Duduk, Jim” yang disuruh mengangguk pelan lalu mendudukkan diri di kursi hadapan Yoongi.
“Jadi hyung? Ada apa?” Yoongi tersenyum lembut. Lelaki putih yang memiliki wajah datar itu menatap Jimin dalam. Kalau saja saat masih bersama dulu Yoongi sudah menatap serta tersenyum lembut pada Jimin seperti ini, pasti rasa nya sungguh mendebarkan untuk Jimin! Namun sayangnya, debaran itu sudah padam bertepatan dengan kandasnya hubungan mereka dan hancurnya hati Jimin.
“Aku merindukan kamu, Jim” Jimin tersenyum canggung. Oh ayolah, sejujurnya Jimin sedikit muak dengan kehadiran Yoongi.
“Aku milik Jungkook, Hyung” Jimin dengan nada tegas nya kali ini menatap Yoongi tajam. Tidak lagi ada lengkungan manis eyesmile milik Jimin yang selalu menatap Yoongi. Tidak ada lagi tatapan malu-malu Jimin saat bertatap dengan Yoongi. Tidak ada lagi rona merah di pipi gembil milik Jimin kala Yoongi tatap. Tidak ada lagi senyum merekah Jimin kala Yoongi berhasil ia tarik perhatiannya. Tidak ada, kini semua sudah kosong. Hampa.
“Kalian tidak menikah,”
“Belum, hyung” ralat Jimin sambil menatap Yoongi malas.
“Sepertinya dari yang kulihat, Jungkook tidak serius denganmu. Bisa saja dia main-main, Jim.” Jimin masih dengan tatapan malasnya menatap Yoongi dengan tatapan ‘what the fvck bruh’.
“Tch, terserahlah. Pokoknya kan kamu bukan hak milik siapa-siapa”
“Belum, hyung” Jimin hampir saja berteriak . Ia merasa jika berbicara dengan Yoongi hanya akan menambah emosi nya saja. Hingga akhirnya ia memilih membuang tatapannya kearah lain.
“Tapi, Jim—“
“Berhenti mengurusi hubungan ku dengan Jungkook. kau bukan siapa-siapaku lagi.”
Yoongi sempat terdiam sebentar mendengar ucapan pedas Jimin.
“Aku merindukan kamu Jim..” dengan suara parau nya, Yoongi mencoba menggenggam sebelah tangan Jimin. Sontak Jimin menjauhkan tangannya dari meja.
“Rasa rindu mu hanya sekedar perasaan menggebu sementara, Hyung.”
“Aku sungguh-sungguh, Jim.”
“aku ti—“
“Ehem. Permisi, tuan. Latte dan Americano anda” ucapan Jimin terhenti kala pesanan tak terduga mampir ke meja mereka. Jimin pun mendongak. Melihat sang pelayan –Taehyung- yang kini menatap Jimin tajam. Jimin meringis pelan sambil menundukkan kepala nya dalam.
“apakah pesanan anda ada yang kurang, tuan?” Yoongi menyerngit pelan mendengar nada yang kurang ramah disetiap perkataan pelayan itu.
“Tidak ada, tolong pergi”
Taehyung pun mendecih pelan,
“Astaga, Hoseok harus memecat pelayan aneh seperti itu.” Yoongi mengomentari sikap Taehyung sementara Jimin masih menundukkan kepala nya.
Kemudian, Jimin merasa ponsel nya bergetar. Ah, iya! Ia belum melihat message dari Jungkook!
Dengan tergesa-gesa Jimin pun mengeluarkan ponselnya dari kantong celana nya,