Chapter 12 Cinta dan Penyesalan

4.3K 244 19
                                    

Ada kabar gembira guys, khusus untuk chapter ini aku buat agak panjang biar kalian puas bacanya.
Jangan lupa, di-voting ya.....

Buona lettura e buona giornata!
(Enjoy reading it and have a nice day!)

Alfred Muller's Point Of View

(Mansion kediaman Alfred Muller)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Mansion kediaman Alfred Muller)

Aku sangat geram dan murka sekali ketika dengan lantangnya Sherry berkata seperti itu padaku seakan-akan merendahkan kehormatanku. Amarahku memuncak bagaikan gunung yang hendak menyemburkan lahar. Berani-beraninya dia membantahku. Tidakkah dia mengerti betapa sulitnya aku mengendalikan diri setiap kali emosiku memuncak, tapi dia terus saja mengetes kesabaranku. Dia seharusnya tahu bahwa aku bisa melenyapkan nyawanya saat itu juga. Dia seharusnya tunduk dan patuh terhadap perintahku.

Apa yang dia pikirkan?

Apakah dia tidak takut mati?

Aku melampiaskan amarahku dengan menghantam meja di depanku sampai benar-benar hancur. Aku menghela nafasku dalam-dalam sambil menutup mata guna mengendalikan emosiku, karena aku tidak ingin menyakiti gadis yang sangat kucintai, Sherry. Namun sepertinya kesabaranku telah terkuras habis. Aku benar-benar hilang kendali.

Tanpa berpikir panjang, aku langsung menyobek Bra-Sherry dengan kasar. Payudaranya yang mulus dan besar terekspos dan aku bisa melihatnya dengan leluasa. Seketika mataku tak bisa berhenti memandangnya. Sayang sekali aku tidak bisa menikmatinya sekarang, tapi tenang saja, cepat atau lambat aku akan merasakannya. Sherry akan segera menjadi milikku. Dia akan tunduk dan patuh padaku. Tentu saja, itu sudah pasti. Dia pasti akan memohon ampun padaku dan meminta aku melepaskan Veleno dan Pandora sebelum mereka menyengatnya. Dan saat itulah dia akan takut padaku. Dia akan sadar betapa sangat kuat dan berkuasanya aku.

Namun, apa yang Sherry lakukan benar-benar membuatku sangat tercengang dan terdiam membisu bagaikan patung. Tindakannya benar-benar nekad dan sama sekali diluar dugaanku. Aku tidak menyangka dia akan melakukan hal itu. Alih-alih menyerah dan mendengarkan perintahku, dia malah lebih memilih dirinya menderita dan terluka digigiti hewan peliharaanku. Apa yang dia pikirkan? Apakah dia mau mati? Benar-benar bodoh! Dan lebih bodohnya lagi, aku malah membiarkan Sherry digigiti binatang antropoda berbahaya yang tidak lain adalah binatang peliharaanku sendiri, sebab, kupikir dia akan langsung memelas ampunanku begitu tahu perihnya sengatan mereka berdua.

"Sherry.......!Sherry....! Menyerahlah sayang, turuti kemauanku dan kau akan baik-baik saja. Jangan lakukan itu, sherry....!! Sialaaaan......!" Teriakku kesal, saat Sherry bersi keras melawan meskipun aku tahu betul tubuhnya terluka parah. Aku mendengar Sherry mengerang kesakitan saat Veleno dan Pandora mengeksekusi tubuhnya tanpa ampun. Mereka menyengat tubuh Sherry berkali-kali. Bahkan, saking sakitnya, Sherry sampai menggigit bibirnya hingga berdarah. Luka sengatan binatang itu meninggalkan banyak benjolan besar yang menyucurkan darah di bagian dada dan lehernya. Perlahan, matanya mulai terutup lalu dia tak sadarkan diri.

I Will Make You Only Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang