> NOTEBOOK <
..
.
"Jimin?"
Yang disebutkan namanya berbalik. Sedikit terkejut saat melihat sosok Seungyeon di hadapannya. Namun tak perlu waktu lama untuk mengubah ekspresi wajahnya menjadi ceria.
"Seungyeon-ah? Apa yang kau lakukan di sini?" Jimin mendekati Seungyeon. Ia mengernyit sambil memindai wajah bingung Seungyeon. "Kau sakit? Kenapa tidak bilang?" Jimin memegangi dahi, pipi dan leher Seungyeon. Memastikan suhu tubuh gadis itu.
Seungyeon menepis pelan tangan Jimin. "Aku tidak sakit, Jim. Aku menjenguk Jungkook tadi. Dia yang sakit."
Jimin membulatkan bibirnya. "Jungkook sakit? Kenapa dia tidak bilang padaku?"
Seungyeon mengernyit, "Jungkook bilang dia sudah memberitahumu kok. Tapi kau yang tidak datang menjenguknya. Padahal kau sudah di sini." Seungyeon menjawab ketus. Jimin terkekeh kikuk, salah tingkah.
"Jadi ... Sedang apa kau berkeliaran di sini?" lanjut Seungyeon dengan tangan terlipat di depan dada.
"Aku juga menjenguk temanku. Memangnya hanya kau yang bisa menjenguk temanmu yang sakit?" jawab Jimin ketus.
Seungyeon mendengus kesal mendengar jawaban Jimin.
"Memangnya siapa temanmu itu?" tanyanya sinis.Tanpa berkata apa-apa, Jimin menarik tangan Seungyeon dan mengajaknya ke bangsal yang sangat sepi. Lebih sepi dibandingkan bangsal Jungkook tadi.
Jimin menarik Seungyeon masuk ke dalam satu kamar, yang didalamnya terdapat seorang laki-laki, sebaya dengan mereka, dengan selang oksigen di hidung. Pemuda itu sedang membaca buku dengan santai di atas ranjangnya.
Jimin mengetuk pintu yang sudah terbuka, memberi tanda bahwa ia akan masuk. Menyadari Jimin masuk, laki-laki itu meletakkan buku yang ia baca ke pangkuannya dan menyeringai pada Jimin, seolah ia memang sudah menunggu pemuda itu.
"Aku pikir hari ini kau tidak akan berkunjung." Ujar pemuda itu sambil menutup bukunya. Lalu, ia menggerakkan tangan. Memberi isyarat pada Jimin untuk duduk.
"Kau selalu saja berprasangka buruk padaku. Kunjungan rutin ke kamar ini sudah masuk dalam jadwalku setiap minggu." jawab Jimin sambil memijat pelan kaki pemuda itu. Pemuda itu kemudian tersenyum pada Seungyeon.
"Oh iya! Ini Seungyeon. Bestfriend ..." Jimin sedikit berbisik pada kata 'bestfriend'. Seungyeon sedikit tersipu.
"Hai, Seungyeon-ah. Aku Sungwoon, his best best sick-friend. Haha..." Canda pemuda itu.
"Jimin sering bercerita tentangmu. Dia bahkan bercerita kalau karena keisengannya, kau tidak jadi diterima di universitas yang kau inginkan." Sungwoon menggelengkan kepalanya.
"Wah, sepertinya Jimin menceritakan banyak hal ya." Seungyeon tersenyum tipis, namun memandang sinis pada Jimin yang malah terkikik.
Sungwoon terkekeh, "Jangan marah dulu. Jimin tidak bermaksud untuk menggagalkan mimpimu. Mari, aku tunjukkan beberapa foto-fotoku sewaktu di Kyoto dulu. Agar kau jadi bersemangat ke Kyoto." Sungwoon meraih kotak di dalam lacinya dengan bantuan Jimin. Ia membuka dan mengambil puluhan foto-foto indahnya di Kyoto. Ia menyodorkan beberapa foto pilihannya pada Seungyeon.
Seungyeon terpana melihat indahnya tempat-tempat yang ada didalam foto, dengan Sungwoon didalamnya. Namun, Seungyeon melihat ke foto dengan seksama. Sepertinya fisik Sungwoon di dalam foto tidak sama dengan Sungwoon yang sekarang. Tentu saja Sungwoon menyadari akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Notebook ✔️
Fanfiction"Ceritamu ada disini. Di buku ini. Sampai aku tidak bisa lagi melakukan apa-apa, setidaknya kau tahu, aku pernah jadi salah satu manusia yang menyayangimu." "Kepalaku aneh, Seungyeon-ah. Jangan terlalu berharap padaku. Mengerti?" -Park JIMIN- Start...