Marathon, marathon!
Biar sehat!
> NOTEBOOK <
.
.
.
"Tidak apa, aku juga harus mengerjakan beberapa hal di rumah. Bersenang-senanglah, Seungyeon-ah." Senyum Jimin memudar seiring dengan helaan napasnya setelah mengakhiri pembicaraan dengan Seungyeon melalui telepon. Ia memandangi wallpaper ponselnya. Foto bersama Seungyeon terpampang jelas. Ia tersenyum tipis melihat foto itu.
Jimin menoleh pada laptop yang tidak menyala. Ia membolak-balik laptop itu, mencari tombol power. Jimin tampak kesulitan menemukan tombol power laptopnya sendiri. Padahal, ia sudah menggunakan laptop itu selama hampir dua tahun.
Somin, yang berada di kamar Jimin untuk mengambil pakaian kotor, menyadari kebingungan putranya. Ia mendekati Jimin, lalu menekan tombol power yang berada tepat di bagian kanan atas keyboard. Jimin menoleh pada ibunya sambil tersenyum lemah. "Terima kasih, Bu."
Somin mengangguk sambil mengelus rambut Jimin dengan lembut, "Hari ini tidak ada janji dengan Seungyeon?"
"Seungyeon?" Jimin mengernyit. Ia tampak bingung dengan nama itu. Matanya beralih pada dinding di sebelah tempat tidurnya yang sudah dipenuhi dengan foto-foto dan notes di samping setiap foto. Jimin membuka mulut sambil mengangguk-angguk setelah menemukan jawaban untuk pertanyaan sang ibu. "Ya, Seungyeon..." Jimin mengulangi nama Seungyeon beberapa kali, "...tadi dia menelepon. Sepertinya dia akan pergi bersama..." Jimin terhenti. Matanya kembali menelusuri catatan-catatan kecil di dinding.
"Bersama Jungkook?" sambung Somin.
Jimin mengangguk, "Ibu benar. Bersama Jungkook." Kemudian, Jimin memandang kosong pada layar laptop-nya yang sudah menyala. Somin mengelus punggung Jimin, "Jimin sedang apa, Nak?"
Jimin menghela napas kasar. Ia menoleh pada sang ibu dan menatap Somin sendu. "Aku ... ingin mengerjakan sesuatu." Jimin menelan ludah, lalu menunduk. "... tapi aku sedikit lupa." Ia terdengar putus asa.
Somin menarik buku catatan kecil berada tak jauh dari laptop Jimin. "Coba Jimin buka kembali to do list Jimin dalam catatan ini." Ujar Somin memberikan saran. Namun Jimin tampak tak bersemangat. Ia hanya memandangi catatan itu dengan rengutan.
Somin menarik Jimin yang berada pada posisi duduk ke dalam dekap hangatnya. Ia mengelus lembut rambut Jimin. "Sepertinya anak Ibu ini sedang kelelahan karena proyek ya? Kau harus beristirahat agar tidak stres begini ya, Nak." Jimin mengangguk lemah.
Setelah berhasil menenangkan Jimin, Somin keluar dari kamar sang anak. Ia menutup pintu dengan sangat pelan. Tidak ingin membuat anaknya terganggu dengan suara decitan pintu.
Di balik pintu, Somin bersandar sambil menghela napas. Ia memejamkan mata sejenak, lalu menunduk. Tak lama, terdengar isakan.
Somin menangis.
...
"Ibu, bisa antarkan aku ke rumah sakit?" tanya Seungyeon pada ibunya yang sedang menonton televisi. Ibu Seungyeon menoleh setelah mematikan televisi.
"Siapa yang sakit, Seungyeon-ah? Jimin? Tapi, Bibi Somin tidak memberitahu Ibu." Ibu Seungyeon mengangkat ponselnya. Berniat untuk menghubungi Somin. Menanyakan keadaan Jimin. Namun dengan cepat Seungyeon mencegahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Notebook ✔️
Hayran Kurgu"Ceritamu ada disini. Di buku ini. Sampai aku tidak bisa lagi melakukan apa-apa, setidaknya kau tahu, aku pernah jadi salah satu manusia yang menyayangimu." "Kepalaku aneh, Seungyeon-ah. Jangan terlalu berharap padaku. Mengerti?" -Park JIMIN- Start...