> NOTEBOOK <
.
.
.
Somin memarkirkan mobil di garasi rumahnya. Dengan buru-buru, ia keluar dari mobil dan membuka pintu mobil sebelah kanan, di mana Jimin sudah menunggu. Jimin tampak lebih pucat, namun ia tetap tersenyum melihat ibunya yang siaga membukakan pintu. Seungyeon juga tak kalah sibuk. Ia bergegas mengeluarkan barang-barang dari bagasi.
"Aku masih bisa berdiri kok, Bu. Tidak perlu dipapah seperti ini." Ujar Jimin yang dengan lembut sambil menurunkan tangan sang ibu yang memegang lengan Jimin.
Ketika Jimin akan menaiki tangga di teras rumahnya, Seungyeon segera meraih tangan Jimin, kalau-kalau Jimin terjatuh. Jimin menatap Seungyeon dengan sinis dan menepis pelan tangan gadis itu.
"Setelah Ibu, sekarang kau juga memperlakukanku seperti orang yang lemah ya, Seungyeon-ah?" Jimin menyindir Seungyeon dengan wajah yang serius. Seungyeon menjadi salah tingkah dan melepas pegangannya dari tangan Jimin. Namun, ada perasaan lega di hatinya karena Jimin masih menyebut nama Seungyeon.
Melihat wajah Seungyeon yang menjadi murung, membuat Jimin tertawa pelan."Apakah kau marah, Seungyeon-ah? Wajahmu lucu sekali saat marah." ujar Jimin sambil mengambil tas-tas yang Seungyeon angkat tadi, kemudian berjalan masuk kedalam rumah, setelah Somin membuka pintu. Seungyeon mendengus kesal mendengar perkataan Jimin yang lebih terdengar seperti ledekan.
Setelah membantu Somin menyiapkan makanan, Seungyeon menyusul Jimin ke kamarnya sambil membawa nampan berisi segelas susu dan makanan lainnya. Seungyeon sedikit gugup untuk pertama kalinya masuk ke kamar Jimin, setelah mengetahui keadaan Jimin yang sebenarnya.
Ketika memasuki kamar Jimin, Seungyeon memperhatikan setiap sudut ruangan. Hampir setiap sudut ruangan tak luput dari note kecil yang tertempel dimana-mana.
Dinding-dindingnya dihiasi dengan foto-foto berukuran 3R yang menggambarkan berbagai macam momen. Satu hal yang kemudian Seungyeon sadari, bahwa kebanyakan dari foto-foto itu adalah foto dirinya. Hati Seungyeon bergetar ketika menyadari fakta bahwa Jimin menyimpan foto yang diambil saat mereka menghabiskan waktu bersama.Saat sedang terlarut dalam ketakjubannya, Seungyeon dikagetkan dengan suara gelas yang pecah. Seungyeon terkejut bukan main melihat gelas berisi susu yang ia bawakan untuk Jimin sudah berhamburan di lantai. Ia menoleh pada Jimin yang hanya menatap datar pada Seungyeon.
Seungyeon ingin berteriak histeris, namun dirinya terlalu cemas pada Jimin yang berada sangat dekat dengan pecahan kaca. Seungyeon mendekati Jimin dan mengecek apakah ada bagian tubuhnya yang terluka. Kemudian, dengan segera Seungyeon memunguti pecahan gelas dengan tangan kosong. Meskipun sudah berusaha untuk berhati-hati, tetap saja pecahan gelas itu melukai tangan Seungyeon dan membuat darah mengucur dari salah satu jarinya. Seungyeon berusaha keras untuk tidak tampak terganggu dengan kondisi tangannya yang sudah dipenuhi cairan merah segar.
Ketika hampir selesai memunguti pecahan kaca, tiba-tiba Jimin mencengkeram pergelangan tangan Seungyeon dengan sangat kuat. Sangat kuat hingga Seungyeon meringis. Namun, Seungyeon tidak mengeluh. Ia malah membalas tatapan Jimin yang tajam kepadanya.
"Seungyeon-ah, apa kau tidak takut padaku?" tanya Jimin dengan suara yang sangat rendah, hingga membuat bulu kuduk Seungyeon berdiri. Pertanyaan itu benar membuatnya menjadi takut. Seungyeon menelan ludah, kemudian tersenyum tipis."Ta-takut?" Seungyeon tertawa remeh. "Apa maksudmu? Untuk apa aku takut?" ujar Seungyeon dengan nada menantang.
Cengkraman Jimin malah semakin kuat. Kali ini Seungyeon berusaha untuk melepas genggaman Jimin. Namun, tenaga Jimin jauh lebih kuat.
"Aku bisa saja berubah jadi monster. Kapan saja, Seungyeon-ah. Aku bisa menjadi orang lain yang tidak mengenalmu. Aku tidak peduli kau adalah Seungyeon atau bukan. Aku bisa melukai siapa saja. Kapan pun. Kau tidak takut?" Jimin memperjelas pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Notebook ✔️
Fanfiction"Ceritamu ada disini. Di buku ini. Sampai aku tidak bisa lagi melakukan apa-apa, setidaknya kau tahu, aku pernah jadi salah satu manusia yang menyayangimu." "Kepalaku aneh, Seungyeon-ah. Jangan terlalu berharap padaku. Mengerti?" -Park JIMIN- Start...