02

134 8 0
                                    

BAGIAN DUA

**

Luna akhirnya bisa bernafas lega setelah kalimat yang diucapkan oleh bapak kepala sekolah barusan.

"Masa Orientasi Peserta Didik Baru tahun 2018/2019 telah selesai"

Sorak sorai terdengar. Kali ini begitu meriah karena mereka semua sudah yakin penderitaan yang mereka alami selama empat hari berturut turut sudah selesai.

Mulai dari makan menggunakan tangan, tidak boleh mencuci tangan sesudah makan, dibentak-bentak anggota osis karena membuat story whatsaap yang berkaitan dengan sekolahan dan masih banyak lagi.

"Fir kita bebas!"

Luna kemudian memeluk teman barunya yang berdiri disampingnya.

"Seneng udah bebas dari kami?"

Rian berjalan mendekati Luna kemudian berdiri disamping luna dengan kedua tangan berada disaku celana.

kenapa sih kayak jelangkung tiba-tiba dateng_-

Luna menggelengkan kepalanya.

"Jangan mikir lo bakal bebas gitu aja, ini baru awal!"

Rian meninggalkan Luna dan Fira yang terpaku atas perkataanya barusan.


**

Rian menyandarkan punggungnya ke kursi kayu di ruang osis untuk melepaskan segala lelah, letih, kantuk yang ia rasakan selama empat hari ini. Menjadi anggota osis memanglah melelahkan tetapi itu semua tidak membuat Rian kapok.

Ia justru bangga dengan hasil yang telah ia torehkan. Mengingat perjuanganya untuk menjadi anggota osis dulu sangat menegangkan dan tidak mudah. Ia rela ketinggalan pelajaran, dimusuhi teman sekelas, telat makan, tidak mandi, tidur disekolahan, bahkan sampai tidak tidur untuk mengurusi segala kegiatan sekolah.

Sekarang ia puas setelah empat hari ini ia tidur disekolah untuk mengurusi kegiatan MOS, hasilnya sangat memuaskan. Tujuan selanjutnya ia hanya ingin menjadi ketua osis.

Rian bukan tipe laki-laki yang mudah jatuh cinta. Sejauh ini belum ada yang berhasil menjadi juara dihatinya. Keberadaanya tidak terlalu mencolok disekolahan.

Tetapi ia menjadi heran, padahal ia tidak terkenal disekolahanya, namun masih banyak saja siswi perempuan yang diam-diam memberinya surat melalui kedua sohibnya yaitu Rino dan Gilang.

Rian tidak pernah menggubris surat surat itu. Membacanya saja tidak ia lakukan. Ia hanya menerima untuk menghargainya. Mungkin akan ia baca setelah semua terkumpul banyak dan jika ada waktu.

"Pak pos datang membawa sepucuk surat cinta untuk abang Rian" Kata Gilang sambil bersenandung.

"taruh aja di tas, gue lagi magerr" balas Rian tak acuh.

"Kenapa lo, ditinggal kawin sama pacar orang?" Celoteh Gilang sambil nyengir tak berdosa.

"Dasar cabe-cabean kisut, mulut Lo licin banget" kata Rino menimpali ucapan Gilang.

"Nih licin gue kasih liptint tadi biar sexy" Gilang memonyongkan bibirnya sambil menunjuk menggunakan jari telunjuknya.

"Muke gile emang bener, nggak kalah dong sama janda super. Sekalian pake bedak belang belang biar kaya cabe pancoran"- Rino

SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang